A Story to Scare My Son

10.9K 480 10
                                    

Apakah kau telah memberi alamat rumah kita pada Helper23? Kau seharusnya tidak melakukan hal itu! Kami selalu mengingatkan jangan sampai menyebarkan informasi pribadi di internet!'

"Ibunya melanjutkan, 'dia bukan anak-anak! Dia cuma berpura-pura. Apa kau tahu yang telah dilakukannya? Dia datang ke rumah kita, menyelinap masuk, dan membunuh kami berdua! Sehingga dia bisa meluangkan waktu denganmu setelahnya!'

"Seorang pria gendut dalam balutan jaket basah muncul di depan pintu kamar Colby, di kedua tangannya adalah dua kepala ayah dan ibu Colby. Colby menjerit dan meloncat dari ranjang saat pria itu menjatuhkan kepala-kepala itu. Kemudian, pria itu menghunus pisau dan masuk untuk menyiksa Colby."

Saat sampai di sini, putraku menjerit juga akhirnya. Dia menekuk tangannya di depan wajah seperti hendak berlindung dari sesuatu. Namun, aku baru saja hendak masuk pada bagian penting dari cerita.

"Beberapa jam berlalu, dan Colby sudah nyaris tewas. Jeritannya berganti dengan ringkikan lemah. Si pembunuh menyadari ada bayi di kamar sebelah, kemudian, dia mengalihkan pisaunya dari Colby. Hal ini merupakan sesuatu yang spesial. Dia tidak pernah membunuh bayi sebelumnya, membayangkan seperti apa sensasinya, tuan pembunuh ini sudah gemetar saking girangnya. Helper23 meninggalkan Colby untuk mati kehabisan darah, dia mengikuti suara tangis yang muncul di rumah yang sekarang sudah seperti rumah jagal.

"Di kamar bayi, dia mendekati keranjang bayi, mengangkat si bayi, dan menggendongnya. Dia berjalan menuju meja ganti agar bisa melihat dengan lebih jelas. Namun saat menggendongnya, tangis bayi itu mereda tiba-tiba saja. Si bayi menatap pria itu dan menyunggingkan senyum. Helper23 tak pernah menggendong bayi sebelumnya, namun dengan lembut, dia mengayun-ayun layaknya seorang ayah tulen. Dia mengelap tangannya yang berdarah pada selimut sehingga bisa membelai pipi montok si bayi. 'Halo, sobat kecil.' Suaranya yang sebelumnya penuh amarah dan sadis, kini terdengar lembut dan hangat.

"Dia berjalan keluar dari kamar, membawa bayi itu pulang, menamainya William, dan menganggap serta menyayanginya layaknya putranya sendiri."

Setelah selesai bercerita, putraku nampak terguncang dan gemetaran. Di antara nafasnya yang tersengal dan marah, dia bicara tergagap, "t-tapi, A-ayah. Na-namaku William."

Aku mengedipkan sebelah mata padanya dan mengacak rambutnya. "Tentu saja, Nak."

William berlari ke lantai atas menuju kamarnya sambil terisak marah.

Namun jauh di lubuk hatinya ... kupikir dia suka ceritaku.

CreepyPasta & Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang