"Hei Rossie!" Aku berbalik dan tersenyum padanya, lalu dia mengangkat satu alisnya dan berkata
"Ada apa?" lalu aku terbahak.
"Kau sendiri yang menyapa bukan?" Tanyaku
"Oh iya, tapi maksudku, kenapa kau tersenyum?" Tanyanya, ah, sasaran tepat!
"Tanyakan pada ibuku, atau tidak guru agama, nanti ada pelajarannya bukan?" Tanyaku memastikan sambil menepuk nepuk punggungnya. Dia mengangguk kecil.
"Baiklah, ayo kita kekelas bersama!" Ajaknya dengan riang, Sepertinya dia tak sadar apa yang telah kuperbuat saat aku menepuk punggungnya.
Pelajaran yang dinantikanpun tiba, dan Dendalion masih melihatku dengan tatapan aneh, lalu berbisik.
"Tadi ada yang lucu ya? Ketika istirahat?"
"Banyak hal." Aku tersenyum penuh arti padanya, sepertinya dia terlalu polos untuk mengerti apa yang kumaksud ini.
Memang banyak hal, aku memberi makananku pada Rony yang tak membawa bekalnya, dan berbincang dengan murid baru saat mereka menannyakan arah ke toilet, aku juga mengambilkan jus stroberinya Hellen karena pelajaran Penjas tadi dia lupa membawanya. Sebelumnya ada banyak hal yang terjadi pula.
"Pak Raddien!" Aku berdiri dan mengacungkan tanganku, pak Raddien mendelik padaku dan berdeham,
"Bolehkah aku bertanya?" Tanyaku
"Apa?" Katanya dingin,
"Apa itu arti senyum?" Sekian pak Raddien menjelaskannya, aku melirik pada Dendalion yang memandangku dengan tatapan terimakasih, lalu aku berseringai, 3... 2... 1...
"Ugh!" Rony mengeluh dan memegang perutnya kesakitan, mukanya pucat dan tak bisa menahan rasa sakitnya, sudah kutebak, dia sakit perut.
"Sebenarnya, apa kau tak sadar? Aku meletakkan lintah di punggungmu tadi pagi" Bisikku pada Dendalion, dia melihatku dan mulai merasakan sesuatu yang aneh, lintah itu melangkah, eh... entahlah cara berjalan lintah bagaimana.
Dendalion berteriak ketakutan, dia mencoba mencabut lintah itu, tapi sepertinya lintah itu melekat kuat kuat dan malah menggigitnya. Aku memasang muka kasihan dan mencoba membantunya,
"Aduh, sini, biar kubantu." Ucapku dengan nada panik, setelah itu aku berlari kearah Rony yang memakan makan siangku yang berupa belatung hidup dan nasi, juga telur dadar busuk yang kuberi kecap. Rony muntah darah, dan ada beberapa dari belatung itu yang keluar.
Aku memapahnya dengan beberapa cara untuk menghiburnya, tapi itu tak berhasil, jadi, aku memasang muka kasihan, sesudah lamanya aku tersenyum,sayang aku tak bisa melihat Hellen menderita dengan racun tikus yang kuberi pada jusnya. Hal terakhir adalah, aku ingin tau, bagaimana nasib murid baru itu yang berada di Sekolah lama yang konon berhantu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CreepyPasta & Horror Story
TerrorKumpulan cerita tentang creepypasta dan cerita horror yang menggunakan bahasa Indonesia dan dapat membuat bulu kudukmu berdiri. Baca pada malam hari atau saat sendirian.. Tapi aku mengingatkanmu untuk selalu memperhatikan sekitarmu, 'mereka' bisa sa...