8 Minggu

1.9K 146 22
                                    

Bagi yang belum liat tag nya. Ini cerita M-preg. Just for a reminder 😃

===

“Hubungi saya segera jika kamu sudah memiliki keputusan, Zee .


Begitu isi pesan yang tertulis dengan deretan huruf cursiv yang berait elegan, tertulis dengan rapi diatas selembar kertas yang berada di genggaman nunew.

Di ujung bawah kertas tersebut tertulis sederet nomor ponsel.

Nomor pribadi zee.

Nunew  menghela nafas, lalu mengantongi kertas berisikan pesan Zee  tersebut. Di atas wastafel kamar mandi kamarnya, tergeletak sebuah alat test kehamilan yang menunjukkan 2 garis jelas. Nunew  kembali menghela nafas, pikirannya terus terombang-ambing di antara kembali menjalani kehidupannya seolah-olah dia sama sekali tidak pernah bertemu kembali dengan zee, atau menghubungi deretan nomor yang berada di carikan kertas yang masih terus disimpannya itu.

Di dapur kedua orangtuanya menunggu nunew yang masih belum bisa memberanikan diri untuk menghadapi kedua nya saat ini. Sudah hampir 30 menit nunew mengurung diri di dalam kamar mandi, bingung dengan jalan yang harus dipilihnya selanjutnya.

Pikirannya kosong.

Seandainya kedua orangtuanya tidak mengetahui jika saat ini nunew sedang melakukan tes kehamilan mandiri mungkin dia tidak akan merasa terlalu bimbang seperti saat ini. Setidaknya dia memiliki sedikit lebih banyak waktu untuk memikirkan responsnya tentang perubahan mengejutkan ini.

Tapi sayangnya mamanya lah yang sudah menyaksikan morning sickness pertama Nunew  dan papanya yang sudah menemukannya tergeletak pingsan kemarin saat Nunew tiba-tiba merasakan pandangannya berubah gelap.

Ketiganya sempat ragu, tetapi mereka sepakat untuk mencoba melakukan tes kehamilan rumahan hanya untuk memastikan apakah benar-benar ada nyawa lain yang tercipta karena hubungan semalam antara Nunew dan Zee pruk malam itu.

Ya, hubungan Nunew dan kedua orangtuanya yang merenggang beberapa tahun belakangan mulai membaik semenjak Nunew mengikuti saran Zee untuk berbicara terbuka dengan keduanya. Nunew menceritakan apa yang sudah terjadi diantara dia dan Pike, apa penyebab putusnya hubungan mereka, dan sebagai balasannya kedua orangtuanya juga menceritakan kenapa mereka sangat bersikeras untuk menjodohkannya dengan david.

Bukan karena hutang, bukan juga karena malu, tetapi murni karena kepedulian sebagai orang tua untuk mengenalkan jodoh yang menurut mereka adalah yang terbaik untuk anaknya. Ternyata Nunew salah menilai sikap orangtuanya selama ini, seandainya Nunew tetap diam, dan memendam senuanya sendiri, mungkin prasangkanya terhadap papa dan mamanya akan terus bergulat didalam otaknya dan akan memperburuk keadaan.

Untungnya Nunew mendengarkan saran Zee, dia harus menyampaikan terimakasihnya pada pria itu jika memang dia akan memutuslan untuk menemui Zee lagi nantinya.

Hubungan ketiganya memang berangsur mulai membaik, tapi Nunew masih segan dengan keduanya. Takut jika perilaku baik yang diterimanya dari kedua orangtuanya akan berubah ketika nunew kembali mengancam reputasi baik keluarga mereka.

Nunew memandangi mata merahnya yang terpantul diatas kaca kamar mandi sebelum menganggukkan kepalanya dengan yakin, seolah memberanikan diri dengan keputusannya.

Pria manis itu keluar kamar mandi lalu berjalan perlahan menuju dapur sambil menggenggam hasil testnya.

Ketika Nunew memasuki dapur kedua orangtuanya serempak melihat kearahnya, dan sesaat setelah mamanya melihat ekspresi Nunew, wanita paruh baya itu mengeluarkan isakan tertahan.

“oh… nu…”

Wanita itu dengan sigap menghampiri putranya lalu menarik pria manis itu kedalam pelukan erat.

“Tidak apa-apa nu…. Tidak apa-apa…. Mama dan papa ada disini untuk kamu. Kamu nggak sendiri…”

Wanita itu mengusap-usap punggung Nunew dengan lembut, suaranya bergetar tetapi masih berusaha untuk tegar demi menjaga perasaan Nunew.
Dari balik punggung ibunya, Nunew memperhatikan papanya yang terdiam dengan ekspresi kaku, tetapi Nunew tau jika saat ini papanya itu sedang penuh dengan kebingungan.

===

“apa rencana kamu sekarang?” tanya papa Nunew sambil mengamati Nunew yang duduk terdiam didepannya.

“Nunew belum tau pa. Tapi yang jelas, nunew mau anak ini.” Sahut Nunew lirih, tapi terbesit keyakinan yang kuat didalam suara pelannya.

Di samping Nunew, mamanya yang dari tadi hanya diam sambil menggenggam tangannya mengangguk setuju dengan perkataan Nunew.

Bagaimanapun, dan dengan situasi apapun bayi yang Nunew kandung tercipta, bayi itu tidak berdosa, dia berhak untuk terlahir dan hidup didunia.

“well…. Apapun keputusan kamu, ingat disini ada papa dan mama yang akan selalu mendukung kamu. Sudah cukup bertahun-tahun waktu kita terbuang karena kesalahpahaman yang disebabkan kurang komunikasi. Jadi kali ini, apapun keputusan kamu, diskusikan dengan kami nak, papa dan mama selalu ada untuk kamu.” Ujar wanita paruh baya itu sambil memandangi wajah putranya demgan penuh haru.

Air mata mulai menggenangi mata Nunew, si manis berusaha untuk nemahan agar buliran bening itu tidak jatuh dan membasahi pipinya, tidak ingin suasana di ruangan itu menjadi lebih sedih lagi.

“Nunew, papa mungkin kurang mengatakannya. Tapi kamu harus tau, kamu anak papa dan mama, tidak ada yang lebih penting dan berharga dibandingkan kamu untuk kami.”

Mendengarkan perkataan papanya, sontak air mata yang ditahan Nunew sedari tadi berjatuhan, membasahi pipinya yang pucat.

Nunew ingin menyahut perkataan orangtuanya, tetapi yang keluar hanyalah isakan pilu.

Ohh… syukurlah Nunew mendengarkan saran Zee Pruk dan berbicara terbuka tentang masalahnya pada kedua orangtuanya. Seandainya dia masih memilih untuk diam, tidak akan mungkin Nunew bisa tau seberapa dalam cinta orang tuanya untuknya. Mungkin saat ini dia akan menghadapi situasi ini sendiri, tanpa ada sandaran dan ucapan penenang sedikitpun.

Rasa malu dan tidak pantas yang Nunew bayangkan selama ini, ternyata hanyalah pikiran buruknya saja.
Orangtuanya menyayanginya. Mungkin dengan cara yang berbeda, tetapi dia tetap di sayang. Dia bukanlah aib untuk orangtuanya.

Nunew mencoba menenangkan dirinya, kemudian saat isakannya sudah mulai reda, Nunew mulai memikirkan langkah yang akan dia ambil selanjutnya.

“nunew mau memeriksakan kandungan, kalau bisa secepatnya.” Bukanya sambil memandangi mamanya yang masih berlinangan air mata. "Cuma untuk memastikan, kalau bayinya baik-baik saja"

“ok, mama temani ya?”

“papa juga ikut.” Tambah papanya dengan yakin. “ bilang hari apa kamu mau pergi, biar papa kosongkan jadwal untuk menemani kamu.”

“sekarang aja gimana?” tambah mamanya, wanita itu mulai terlihat bersemangat, tetapi penampilannya sedikit di kacaukan oleh wajahnya yang kotor karena air mata.

Nunew tersenyum kecil melihat tingkah orangtuanya. Sebenarnya Nunew juga mau memeriksakan kandungannya dengan segera, tetapi kondisi tubuhnya yang lelah karena baru saja muntah-muntah hebat dan shok karena mengetahui kehamilannya membuat kondisi fisik dan mentalnya yang tidak baik-baik saja saat ini membuat nunew mengurungkan niatnya.

Terlebih lagi, dokter kandungan yang ingin di tuju Nunew sepertinya membutuhkan janji temu sebelum Nunew bisa datang untuk check up.

“Besok aja ma, atau lusa. Hari ini Nunew capek. Nunew bikin janjinya dulu ya pa, ma.”

Kedua orangtuanya mengangguk setuju, dan Nunew mengira pembicaraan mereka akan selesai disini. Tetapi papanya terlihat ragu beberapa saat sebelum mengutarakan pikirannya.

“Bagaimana dengan tuan Zee?”

Nunew menggigit bibirnya khawatir, kembali teringat pada deretan nomor ponsel yang bahkan saat ini sudah nunew hapal.

“Nunew belum tau pa.”

Mamanya mengusap perlahan sisa-sisa air mata yang ada di pipinya.

“Nak, apapun jawaban kamu atas lamaran tuan Zee. Kami tidak akan ikut campur. Tapi menurut mama, tuan Zee berhak mengetahui keberadaan bayi ini.”

Nunew termenung mendengarkan ucapan mamanya. Sebenarnya akhir-akhir ini Nunew mulai mempertimbangkan tawaran Zee dengan serius, sebelum mengetahui tentang kehamilannya. Tetapi bayi ini ada, dan pikiran Nunew yang mulai tertata kembali kacau karenanya.

Nunew masih butuh waktu untuk memikirkan semuanya.

“Pak Zee dan kita berbeda ma, pa. Apa dia benar-benar bisa menerima Nunew? Walaupun dia menikahi Nunew hanya untuk tanggung jawab, tetapi pernikahan adalah tanggung jawab yang besar.”

“Nunew takut pak Zee akan menyesalinya nanti.”

“Nak, kita tidak bisa tau sepenuhnya apa yang ada di pikiran orang lain. Tetapi dari yang papa tau tentang seorang Zee Pruk dan dari pembicaraan singkat kami waktu itu, papa tau jika tuan Zee adalah orang yang bertanggung jawab. Dan walaupun pernikahan kalian tidak didasari karena cinta, papa tau tuan Zee peduli padamu, setidaknya dari landasan peduli itu, dia tidak akan menyakiti kamu.”

“perasaan cinta bisa hilang dan datang tanpa kita sadari, semuanya karena takdir tuhan. Tapi rasa peduli dan menghargai? Itu tidak bisa di hilangkan ataupun muncul begitu saja, semuanya tergantung karakter seseorang. Dan mama percaya tuan Zee bisa menjadi pendamping yang baik, tidak karena cinta, tapi karena peduli.” Tambah mamanya.

Aku Yang Kedua -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang