Dingin

1.7K 151 49
                                    

Rumah kaca itu penuh dengan cahaya terang, memantulkan sinar matahari pagi yang menghangatkan. Bunga-bunga serta pohon-pohon kecil yang ditanam didalamnya tumbuh subur. Aroma manis dan lembut khas bunga segar memenuhi udara, menemani Zee dan Nunew yang sedang menyantap sarapan mereka dengan tenang.

Zee menyeruput teh panasnya, sedangkan Nunew meminum susu nutrisi kehamilannya sambil memakan beberapa potong pancake untuk mengisi perutnya yang kosong.

“Jadi, mami tidak sengaja membocorkan kehamilanmu pada Yuri?” tanya Zee. Matanya memperhatikan nunew yang sekarang mengenakan maternity gown berwarna ungu pastel. Pakaian khusus kehamilan yang dirancang bukan untuk menyembunyikan lekukan perut hamilnya, tapi menonjolkannya.

Nunew terlihat lebih baik seperti ini pikir zee, lebih segar dan bercahaya, tanpa menyembunyikan kehamilannya.

“Nunew pikir, mami bahkan tidak tau kalau kita berniat untuk menyembunyikan kehamilan ku kak. Jadi kita harus bagaimana sekarang? Tidak apa-apa Yuri mengetahui keberadaan anak kita?” tanya Nunew, sedikit khawatir.

Zee terkekeh. “biarkan saja dia mengetahuinya. Kwon sudah kehilangan kekuasaan mereka, keluarga mereka hanya tinggal nama sekarang. Tapi tetap, jauhi Yuri Nunew, saya takut dia nekat dan mencelakakan kamu dan anak kita. Sampai kak Zee menceraikannya dengan bersih, jangan dekat-dekat dengan Yuri dulu, mengerti?”

Nunew mengangguk setuju, bibirnya menyunggingkan senyuman lega.

Tapi baru saja dia akan membuka mulutnya, menanyakan kapan mereka akan berangkat ke klinik kandungan ketika Zee memandanginya seakan ingin mengatakan sesuatu.

“Kak?” tegurnya.

Zee terlihat ragu sesaat sebelum membuka mulutnya “Pike sudah kembali Nunew.” Ujarnya.

Nada bicara Zee mungkin terasa datar, tapi matanya memperhatikan Nunew dengan khawatir.

Nunew terdiam, ada sedikit rasa sakit yang melekit didalam dadanya ketika mendengar nama Pike, tapi entah kenapa rasa sakit itu tidak lagi menguasainya seperti dulu.

Memandangi wajah Zee seperti ini, Nunew menjadi semakin yakin jika dia sudah sembuh dari rasa sakit dan trauma yang diberikan pike padanya.

"Dia bekerja sebagai salah satu manager di perusahaanku. Foei menerimanya bekerja tanpa sepengerahuanku." Tambah Zee.

Nunew menyunggingkan senyum simpul pada suaminya, lalu mengambil satu suapan lagi. “dan? Kak Zee tau kan kalau aku sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi dengan pria itu?”

Zee menatapi wajah damai Nunew yang menyunggingkan senyuman simpulnya.

“kak Zee tau kalau kalian sudah tidak punya hubungan. Tapi kak Zee juga tau kalau dia sudah melukai perasaan kamu terlalu dalam. Kak Zee Cuma khawatir kalau kehadiran dia akan mengganggu pikiran kamu.”

Senyuman simpul Nunew mengembang, mendengarkan penjelasan Zee, si pria dingin di hadapannya ini menyebut dirinya sendiri dengan sebutan ‘kak Zee’. Sebuah cara bicara yang terlalu imut untuk seseorang yang mengutarakannya tanpa banyak ekspresi.

Sudah beberapa hari ini Zee berhenti menggunakan kata ‘saya’ saat menyebutkan dirinya didepan Nunew, dan menggantinya dengan kata ‘kak Zee’, suatu perubahan yang saat menggemaskan di mata Nunew. Pria yang terlihat dingin dan datar seperti suaminya, melembutkan dirinya dan memanggil dirinya dengan sebutan kak Zee, hanya demi membuat Nunew merasa lebih nyaman dengannya.

Pria dingin yang ternyata mampu memperlakukannya lebih lembut lagi dibandingkan sebelum mereka menikah. Pria dingin yang selalu mendahulukan kenyamanan dan kebaikan Nunew semenjak awal pernikahan mereka.

Aku Yang Kedua -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang