Ada teriakan dan kikikan penuh gembira di halaman samping rumah besar milik keluarga Panich sore itu.
Bibi May yang sudah mulai terlihat kalah dengan usia hanya bisa berdiri di tepi lapangan, sambil tersenyum menyaksikan tuan muda kesayangan keluarga itu berlarian dengan senyuman lebar, mennghindari kejaran main-main papanya.
Sedangkan Nunew menontoni kegiatan keluarganya dari bangku taman yang dibawah naungan pohon teduh dengan senyuman tipis, sambil memegangi perutnya yang membuncit besar, tanda kehamilan yang sudah memasuki usia tua.
Tinggal 3 minggu lagi, menurut prediksi dokter, dalam tida minggu Nunew akan siap untuk menjalani operasi melahirkan. Ada sedikit kesedihan didada Nunew, tidak bisa melakukan proses melahirkan secara normal, tetapi akibat kecelakaan saat melahirkan anak pertamanya 3 tahun yang lalu, kondisi Nunew tidak memungkinkannya untuk bisa melahirkan secara normal, dan Nunew menerimanya.
Baginya, normal atau cesar, asalkan anak-ananya selamat, Nunew akan menerimanya.
3 tahun, tidak terasa anak pertamanya sudah berusia 3 tahun. Anak yang semakin hari tumbuh pesat dan semakin menunjukkan kemiripannya dengan Nunew.
Mereka memberinya nama Kian Panich, sebuah nama sederhana yang di berikan Nunew untuk bayinya yang berharga.
Nunew dan Zee menyimpan banyak kekhawatiran untuk pertumbuhan Kian, tapi nyatanya tidak ada yang perlu di khawatirkan, Kian tumbuh sehat tiap harinya, bermain dan tertawa dengan lepas tanpa beban. Sesuai yang diharapkan kedua orangtuanya.
“maamaaaaa” teriak Kian, langkah pendek dari kedua kaki kecilnya membawa anak itu dengan cepat menghampiri Nunew.
Kian akan menabrakkan dirinya ke perut besar Nunew, jika saja Zee tidak dengan cepat menangkap kesayangan kecilnya itu dan mendudukkannya di samping Nunew dengan lembut.“hati-hati, mama sedang mengandung adik kecil.” Peringatnya, dengan lembut.
Kian mengangguk serius, dan sesaat kemudian berkonsentrasi mengelusi perut membuncit Nunew dengan senyuman lebar.
“ma, nanti kalau adik cudah lahil. Adik mau dadi teman Tian nggak?” Tanya Kian dengan baby speechnya, dua mata bulat gelapnya menatapi Nunew penuh percaya. (ma, nanti kalau adik sudah lahir. Adik mau jadi teman Kian nggak)
“tentu doong, asal Kian baik sama adik bayi, adik pasti mau jadi teman Kian.” Sahut Nunew, sambil memegangi kedua pipi Kian dengan sayang.
Kian membalas ucapan Nunew dengan senyuman merekah yang menunjukkan dua gigi ompong nya.
“hehe… Tian cayang mamaaaa” ucap putranya itu dengan manja, sambil memeluki perut besar Nunew. (Kian sayang mamaaaa)
“dan adik bayi?” Tanya Nunew penuh goda, tangannya dengan sayang membelai lembut surai legam dan halus milik Kian.
“iyaaaa… adik bayi tuga.” Jawabnya tegas. (adik bayi juga)
Zee yang sedari tadi keduanya abaikan memeluk Nunew dengan erat, dan menghimpit Kian di antara keduanya.
“papa gimana? Kian nggak sayang papa?” Tanya pria itu, sambil berpura-pura marah. Yang sayangnya, dianggap serius oleh Kian.
“tayang!!” sahut Kian, dengan wajag menggemaskannya. (sayang)
“lebih sayang mana? mama atau papa?” Tanya Zee lagi, penuh goda.
Kian, dengan pikiran lugunya yang menyayangi kedua orang tuanya, terdiam cukup lama memikirkan jawabannya dengan hati-hati.
“uumm… Tian… cayang cemua.” Ucapnya, dengan suara lembut, tapi penuh yakin. Di dalam pikiran lugu Kian, cintanya terbagi sama rata, antara papanya yang selalu bermain dengannya, dan mama yang selalu memeluk dan menyayanginya sampai tertidur. (Tian… sayang semua)
Tawa bahagia kembali pecah di sore cerah itu. Lepas, penuh sayang.
Zee memandangi keluarga kecilnya, bersyukur dan merasa hangat didalam dadanya, menyaksikan anak dan istri yang dicintainya tertawa lepas tanpa beban dengan perasaan bahagia penuh bangga.
Zee, mencintai keluarga kecilnya.
Dan jika 3 minggu kemudian, keluarga kecilnya bertambah dengan kehadiran panich kecil dengan suara tangisan lantang dan guratan bayang alis tebal yang terlihat sangat mirip dengannya? Zee tidak akan keberatan.
Kehadiran Leon Panich hanya menambah kebahagiaanannya.
Dan mewujudkan keinginan kecil Nunew untuk membesarkan Zee mini yang sudah lama dinantikannya.
=
"Kita akan bahagia kan? Mulai sekarang?"
"Yes, tentu saja, kamu, kak zee, dan kedua anak kita. Akan terus berbahagia, sampai hari tua nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Kedua -END-
FanfictionNunew selalu berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain, karena dia sendiri juga sudah merasakan berada di posisi orang yang terkhianati. Sakit rasanya, terlalu sakit untuk diingat, Tapi apalah day...