Zee terjaga dari tidurnya ketika tubuh lembut didalam dekapannya bergerak seakan ingin keluar dari kungkungan lengan kuatnya.
“nu…?” zee membuka matanya perlahan, dan mendapati wajah nunew yang berada tidak jauh darinya, tersenyum manis.
“handphone kakak bunyi terus dari tadi.” Ujarnya menjelaskan alasan kenapa dia berusaha keluar dari pelukan zee.
Zee mengeritkan alisnya, tidak menyukai gangguan yang menyebabkan nunew keluar dari pelukannya.
Satu tangan zee meraih handphone yang dia taruh di nakas, menjawab panggolan telpon tanpa melihat siapa pemanggilnya.
“Hallo?”
Pria itu lalu kembali menarik nunew kedalam pelukannya, menciumi wakah istrinya denhan lembut, senyuman kecil tersungging di bibirnya. Mengundang tawa kecil keluar dari bibir nunew yang masih membengkak larena ciuman brutalnya subuh tadi.
Namun, senyuman itu perlahan luntur, berganti dengan ekspresi datar yang sekarang sudah mulai familiar di mata nunew, elspresi yang dogunakan zee untuk menyembunyikan amarah dan rasa gelisahnya.
Nunew mulai merasa khawatir ketika wajah zee berangsur menkadi semakin datar, dan matanya gelap menyembunyikan amarah yang dalam.
“selidiki detail kejadiannya. Saya akan kembali sore ini juga.”
Zee menutup telponnya. masih menahan amarah, zee memeluk erat tubuh polos nunew, menempelkan hodungnya dinleher istrinya itu dan menciumi aroma murni nunew untuk menenangkan emosinya yang berkecamuk.
“kak?...” bisik nunew, kedua tangannya otomatis memeluk tubuh zee, mengeratkan tauran mereka.
“saya minta maaf ya.” Bisik zee di pundak nunew.
“Maaf kenapa?”
“karena kita harus pulang hari ini juga. Padahal bulan madu kita belum selesai.”
Zee menarik nafasnya dalam, masih tidak percaya dengan berita yang diterimanya barusan.
“Max kecelakaan semalam, dia koma.” Ujarnya dengan nada datar, padahal dari ekspresi tertutupnya saja nunew sudah tau jika suaminya itu sedang menyembunyikan kekhawatirannya sekarang.
“Maafkan saya ya nu… tapi kita harus segera pulang untuk…” belum sempat zee menghabislan kalimatnya, nunew memotong ucapan suaminya.
“kak! Jangan minta maaf lagi. Kita siap-siap pulang sekarang ya? Max adik kamu, adik iparku juga. Keselamatan dia lebih penting dari bulan madu kita.” Ujar nunew sambil membubuhkan ciuman kecil di pipi zee.
Zee tersenyum, sedikit lega terasa didadanya.
*
*
Deru langkah cepat zee dan nunew bergema di lorong rumah sakit yang kosong itu, hanya ada beberapa perawat yang keluar masuk ruangan untuk memeriksa kondisi pasien.
Mata zee bergerak cepat, memperhatikan setiap nomor ruangan u tum menemukan kamar yang mereka cari.
601
Pahatan kayu italic yang terpampang di samping sebuah pintu ruangan menarik perhatian keduanya. Sesaat kemudian, zee membuka pintu kamar tersebut dan mendapati kedua orangtua dan adiknya dusum di sofa panjang yang di sediakan di ruangan itu dengan wajah kusut.
Sedangkan max terbaring di ranjang pasien dengan banyak kabel terpasang didada dan tangannya. Cairan infus dan transfusi darah menetes sedikit demi sedikit melalui jarun yang tertancap di lengan adiknya itu.
Wajah max yang neberapa hari lalu masih tampan dan tertawa su.rongah bersama zee, kini terlihat memiliki banyak goresan dan lebam, sudut bibirnya sobek. Dan kantung mata terlihat jelas di wajah nya yang terlihat lebih tirus dari beberapa hari yang lalu.
“Mi.. pi..” tegur zee.
Mami zee langsung bangun dan memeluk zee dengan erat, sadar betul jika kecelakaan max memberikan pukulan tersendiri untuk zee, mengingat jika max bukan hanya saudara bagi pria itu, tapi juga sahabat terdekatnya.
“how?..” zee terbata. Merasa tidak sanggup mendengar jawaban maminya.
Sebenarnya di jalan tadi zee sudah diberitahukan oleh foei melalui telpon detai kejadian kecelakaan max. Informasi yang mereka dapatkan dqri pihak polisi adalah jika kecelakaan itu hanyalah kecelakaan lalu lintas tunggal biasa, karena max mengendarai mobilnya dengan lelah.
Tapi tim suruhan zee menemukan fakta lain, ada seseorang yang sudah mengutak atik mobil adiknya.
Seseorang sudah berusaha untuk mencelakai max, dam zee tidak akan tinggal diam begitu saja.
Amarah bergemuruh didadanya, tapi pelukan mami nya dan jemari nunew yang terus menggengam tangannya tetap menuadarkan zee dan membendung emosinya yang masih memanas didada pria itu.
Beberapa saat kemudian, zew duduk di samping ranjang pasien dengan papinya, mendiskusika. Langkah yang akan mereka lakukan selanjutnya untuk menyelidiki siapa yang sudah berani mengusik adiknya. Sedangkan nunew duduk di sofa bersama love dan maminya, berbisik pelan dan menenangkan adik perempuannya itu yang sampai sekarang masih terus menitikkan air mata setiap kali matanya menangkap sosok tertidur max.
Pintu ruangan kembali terbuka, dan kedalamnya foei berjalan masuk diikiti oleh pamannya, adik papi zee, Leon Panich.
“Aku bergegas kesini setelah mendengar max kecelakaan, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya pria itu dengan ekspresi sedih.
Zee melirik papinya, dan seketika keduanya sepakat jika kebenaran tentang kecelakaan max akan mereka simpan sendiri untuk saat ini.
Tidak ada yang boleh tahu kebenarannua sampai zee menemukan siapa pelakunya.
“Polisi bilang kecelakaan tunggal.” Jawab zee, sambil berdiri dan menyerahkan kursi yang di tempatinya pada pamannya. Mempersilahkan pria yang lebih tua darinya itu untuk duduk.
Pandangan mata zee bertemu dengan nunew sejenak, dan istrinya itu memberikan senyuman manis kecil yang hanya bisa dibalas zee dengan ketir, emosinya masih tidak bisa dikendalikan.
Malam itu terasa panjang, dan jika saja zee tidak ingat nunew sedang mengandung, maka pria itu akan bwrsikeras untuk tinggal di rumah sakit, menemani kedua orangtuanya untuk menjaga max malam itu.
Tapi sosok nunew yang terlihat jelas sangat kelelahan tetapi mencoba untuk tegar dan menemani zee membuat zee luluh. Dan menerima suruhan mamanya untuk membawa nunew pulang dan baru kembali lagi besoknya untuk menjenguk max.
Dan disinilah mereka dua jam kemudian, setelah menembus macetnya jalanan jakarta, berada di depan rumah besar zee yang baru pertama kali dilihat oleh nunew.
Zee memandangi sosok nunew yang sudah tertidur di pundaknya sambil memengangi jemari zee dengan erat, matanya melembut dan dielusnya pipi nunew dengan hati-hati, sambil berbisik, memanggil nama nunew untuk membangunkannya.
“nu… nu bangun… kita sudah sampai dirumah.”
Nunew membuka matanya perlahan, lalu dengan gerakan malas melihat keluar jendela mobil, mengamati rumah besar bergaya eropa itu untuk beberapa saat sebelum yersenyum kecil pada zee.
Zee membalas senyuman Istrinya itu lalu mengajak nunew untuk masuk. Tidak sekalipun melepaskan tautan tangan mereka. Di belakang mereka foei mengarahkan para pelayan untuk membawa koper-koper yang di bawa mereka sebelum akhirnya berpamitan untuk pulang.
Zee tidak menyadari perubahan ini sebelumnya, tapi ada yang lain dengan sikap foei malam ini. Zee beralasan, mungkin saja asistennya itu sedang kewalahan karena saat ini, bukan hanya mengurusi pekerjaan yang zee tinggalkan, tetapi pria yang sudah lama bekerja dengannya itu juga harus memimpin penyelidikan privat mereka untuk mencari tau siapa dalang yang mencelakai adiknya, belum lagi foei juga harus pembersihan perusahaan keluarga kwon.
Beberapa saat kemudian, zee menuntun nunew untuk menuju kamar barunya, sama sekali tidak menghiraukan yuri yang datang untuk menyambut kedatangannya.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Kedua -END-
FanfictionNunew selalu berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain, karena dia sendiri juga sudah merasakan berada di posisi orang yang terkhianati. Sakit rasanya, terlalu sakit untuk diingat, Tapi apalah day...