Master

1.6K 139 69
                                    

Nunew melangkahkan kakinya perlahan, menyusuri lorong dan memasuki ruangan-ruangan luas yang ada dirumah itu, memperhatikan setiap sudutnya. Bibi ja dan may mengekorinya dua langkah di belakang, sesekali bibi may akan menjelaskan pada nunew fungsi ruangan yang mereka kunjungi, dan memperkenalkan beberapa pelayan yang berpapasan dengan mereka di perjalanan.

Sampai akhirnya langkah nunew terhenti di ambang pintu mahogani raksasa yang terbuka setengah, dibalik pintu, lorong luas dan mewah yang hampir mirip dengan bagian rumah yang ditempatinya terpampang luas.

"ini sayap kiri rumah tuan muda, tempat tinggal nyonya yuri.” Jelas bibi may.

Nunew mengangguk, dan berbalik arah, berencana untuk memeriksa bagian lain rumah itu untuk beberapa saat lagi sebelum pergi ke rumah sakit dan mengunjungi max, dan memeriksa kondisi mertuanya yang tidak juga pulang dari rumah sakit. Setia menunggui max yamg masih terbaring koma.

“ada apa ini? Apa tuan baru sedang melihat-lihat?” sebuah suara angkuh menegur nunew dari belakang.

Yuri berjalan angkuh, diikuti dengan seorang pelayan yang membawa beberapa tas belanja yang menampilkan merk ternama.

Nunew tersenyum manis, tetapi tidak menanggapi ucapan yuri.

“kak yuri, selamat siang.” Sapanya, dengan senyuman termanis yang bisa dia palsukan saat itu.

Yuri mengeraslan rahangnya, matanya menatap nunew tajam.

“Siapa yang kamu panggil kakak?!”

“Tentu saja anda. Kita sama-sama istri mas zee sekarang, agak aneh kalau saya harus tetap memanggil anda nyonya kan?”

“Kamu!!!...” yuri berlagak seperti akan menyerang nunew, tetapi nunew hanya tersenyum damai. Ada sedikit rasa geli didalam diri pria manis itu ketika hanya beberapa ucapan saja darinya bisa menimbulkan reaksi berlebihan seperti pada yuri.

Nunew tidak menyangka wanita yang dulunya sering menghantui mimpi buruknya bisa dengan mudah terpancing dengan beberapa kata sederhana dari nunew.

“Kalau begitu, saya permisi dulu ya kak.” Ujarnya sambil membalikkan badan, tapi beberapa saat kemudian, nunew terhenti, lalu kembali berbalik masih dengan senyuman manisnya.

“oh, saya hampir lupa. Mas zee menitipkan pesan, katanya kak yuri tidak perlu menunggu mas zee datang kekamar kak yuri untuk beberapa hari kedepan. Mas zee masih betah di kamarku.” Ujarnya dengan senyuman sumringah, lalu cepat-cepat melangkah pergi, meninggalkan yuri dengan kemarahan tertahannya. Wajah wanita itu memerah, kesal.


Nunew bisa mengetahui jika beberapa pelayan di rumah itu terlihat sedikit menjauhinya, dan lebih memilih untuk mengikuti perintah yuri, nyonya pertama mereka, tapi sejauh ini tidak ada yang secara terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya ter...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nunew bisa mengetahui jika beberapa pelayan di rumah itu terlihat sedikit menjauhinya, dan lebih memilih untuk mengikuti perintah yuri, nyonya pertama mereka, tapi sejauh ini tidak ada yang secara terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya terhadap nunew, mungkin karena selama beberapa hari nunew tinggal di rumah itu mereka bisa melihat jika zee memperlakukan nunew dengan sangat baik, lebih baik dari yuri. Atau mungkin juga karena selama beberapa hari ini, bibi may, yang merupakan senior mereka melayani nunew dengan penuh hormat.

Nunew tidak terlalu mementingkannya, selama tidak ada yang mengganggu ketenangannya, nunew tidak akan mempermasalahkan sikap para pelayan di rumah ini.

“tuan muda, silahkan dininum dulu tehnya.” Ujar bibi ja, memecahkan lamunan nunew yang sedang duduk di taman, menunggu supir pribadi yang ditugaskan zee untuknya menyiapkan mobilnya, agar nunew bisa pergi mengunjungi rumah sakit segera, menjenguk adik iparnya.

Nunew menyesap teh yang diberikan bibi ja, merasakan sentuhan rempah di dalam cairan gelap hangat itu.

Seakan mengetahui pikirannya, bibi ja tersenyum “saya menambahkan beberapa rempah yang bagus untuk kehamilan dan nafsu makan. Semoga tuan muda menyukainya.”

Nunew tersenyum manis, dengan tulus kali ini. “terimakasih bi.”

Nunew kembali menyicipi tehnya, kali ini bisa merasakan dengan jelas sentuhan rempah itu didalam mulutnya, dan rasa hangat yang mulai menjalar di sepanjang tenggorokannya.

Aku Yang Kedua -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang