Sepulangnya dari gemini, zee mengantarkan nunew langsung kerumahnya. Nunew yang sepertinya sudah kehabisan energi dengan cepat terbuai kantuk dan saat ini sedang terlelap di samping zee, dengan kepalanya yaang bersandar nyaman di bahu pria yang lebih tua darinya itu.
Zee sesekali tersenyum melihat wajah tenang nunew, pria itu pikir nunew mungkin tidak menyadari jika sejak dia mulai tertidur tadi, satu tangannya melingkar dan mendekap erat lengan zee, sama sekali tidak membiarkan pria itu menjauh darinya.
Zee kemudian melirik pada layar ponsel yang ada di genggamannya, jemarinya dengan cekatan mengirimkan pesan demi pesan kepada bawahannya yang dia percaya untuk mengurusi masalah internal perusahaan dan persiapan pernikahannya. Zee menyunggingkan senyuman licik, lalu mengirimkan satu pesan terakhir kepada mertuanya, mr. Kwon.
Zee : i will release the news tomorrow. Do your part,
“foei.”
“yes sir?”
“Hubungi awak media. Beritahu mereka tentang rencana pernikahan saya. Buat beritanya terbit paling lambat besok siang.”
Foei tersentak heran, pasalnya jika mengikuti rencana atasannya, seharusnya berita pernikahannya dengan nunew baru akan di sebarkan paling cepat 2 minggu lagi. Zee seakan mengetahui apa yang ada di pikiran asistennya itu menyahut pertanyaan yang tidak disuarakannya
“Kami bertemu yuri di gemini tadi. Kamu tau seperti apa dia. I have to bring nunew in, sebelum dia melakukan apa-apa pada nunew.”
“Bagaimana dengan rencana pernikahannya? Apa akan dimajukan juga pak?” tanya foei, seketika mengerti tujuan zee.
“akhir bulan ini.... buat jadi akhir bulan ini. Untuk venue, dekorasi dan tetek bengeknya kamu diskusikan dengan ibu dan calon mertua saya. Hanya ganggu nunew untuk hal yang paling penting saja, jangan buat dia stress.”
“yes sir.”
Zee melirik pada nunew yang masih juga tertidur di pundaknya dan menahan keinginannya untuk tersenyum, entah kenapa melihat wajah damai nunew seperti ini memberikannya ketenangan yang tidak bisa zee gambarkan.
Beberapa menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi terparkir di depan gerbang rumah nunew, rumah besar dengan model tahun 80-an itu terlihat hangat dengan cat putihnya yang disinari lampu-lampu malam. Rumah itu terlihat tenang.
Zee sebenarnya tidak tega untuk membangunkan nunew, tetapi si manis itu harus segera tidur dan berbaring di tempat yang benar, zee lebih tidak tega lagi ketika membayangkan nunew yang bangun dengan sekujur tubuh yang kesakitan nantinya.
“Nunew....”
“Umm....”
“New... kita sudah sampai. Ayo bangun...” ujarnya sambil sedikit menggoyangkan tubuh nunew.
Tidak lama kemudian nunew membuka matanya, dan memandangi zee dengan sedikit kerutan di dahinya.
Wajahnya sedikit cemberut, seakan tidak menyukai karena sudah di bangunkan dari tidurnya.
Zee tersenyum, merasa bahkan wajah kesal nunew yang seperti ini entah kenapa terlihat manis untuknya.
“kenapa?”
Nunew mendengus kesal, dan dengan segera menjauhkan badannya dari zee, wajahnya berpaling, menyembunyikan kekesalan dan juga semburat pink yang muncul di kedua pipinya. Sebenarnya nunew sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu, hanya saja pundak zee terasa sangat nyaman untuk disandarinya, sehingga nunew sedikit enggan untuk bergerak dan membuka matanya.
Sebenarnya saat ini perasaan nunew bercampur antara kesal dan malu karena sudah menyamankan dirinya di pundak pria yang lebih tua darinya itu, tetapi dia tidak tau bagaimana cara mengekspresikannya, sehingga nunew hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan zee.
Zee yang tidak mengetahui dilema nunew hanya tersenyum dan keluar mobil untuk membukakan pintu nunew sendiri tanpa menunggu foei untuk membukakannya untuk mereka.
Beberapa saat kemudian zee sudah mengantarkan nunew sampai kedepan pintu rumahnya, dari dalam rumah dapat terdengar suara televisi yang menyiarkan berita, dan nunew bisa menerka jika mungkin saat ini kedua orang tuanya sedang menonton tv di ruang tamu.
Rasa malu yang dia rasakan beberapa saat yang lalu sekarang sudah hilang, berganti dengan lelah yang entah datangnya dari mana.
“Terimakasih ya pak.” Ujarnya, sambil hendak membuka pintu rumah, tetapi sahutan zee menghentikannya
“Pak? Kembali ke pak lagi?” Ujar pria itu menggoda.
Nunew mengulum senyum. “terus? Kalau bukan pak, saya harus panggil apa?”
“bukannya kita sepakat supaya kamu memanggil saya dengan sebutan kak?”
Nunew menghela nafas, kali ini bertahan agar tidak terpancing dengan godaan zee. Dan hanya menyunggingkan senyuman kecil.
“Alright.... terimakasih ya kak zee. Saya pamit dulu.”
Zee mengulum senyumnya, ada perasaan berbeda setiap kali nunew memanggilnya dengan sebutan itu dibarengi dengan tatapan mata kucingnya.
Zee mengangguk “istirahat yang cukup. Besok saya akan mengirimkan seseorang untuk membantu kamu bersiap untuk pernikahan kita, sampaikan juga salam saya pada orang tuamu, saya tidak mau mengganggu mereka.” Ucap zee panjang lebar, sedangkan nunew hanya mengangguk, mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Kedua -END-
FanfictionNunew selalu berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain, karena dia sendiri juga sudah merasakan berada di posisi orang yang terkhianati. Sakit rasanya, terlalu sakit untuk diingat, Tapi apalah day...