Emosional Remaja

186 35 7
                                    

Tay menatap datar pada Gun yang masih terduduk di ranjangnya. Beberapa menit lalu, Tay membantunya berganti pakian, lalu mengobati lukanya dan sekarang harusnya Gun makan, tapi si mungil malah menolak sepiring nasi yang disiapkan Tay.

"Terserah deh kalau nggak mau makan, bukan gue yang sakit kok..." Ucap Tay tenang.

Gun melirik Tay sekilas, lalu kembali sibuk memperhatikan tempelan plester obat berkarakter doraemon di beberapa jarinya.

"Pa-pa-dahal G-gun ma-u mi-mi-num su-su" bisiknya lirih, dia terlalu takut untuk memintah pada Tay. Bukan apa-apa, hanya saja Gun tahu Tay tidak mungkin mau menurutinya. Sudah biasa bukan dia ditolak kakaknya itu.

Tay pergi dari kamarnya tanpa sepata katapun, meninggalkan Gun yang hanya bisa mencurutkan bibirnya sembari mengembungkan pipi, kembali merasa sendirian. Padahal beberapa waktu lalu Tay benar-benar baik padanya. Menggendongnya, menjaganya, menenangkannya sampai membantunya membersihkan tubuh dan merawatnya. Ternyata Gun harus terluka dulu baru Tay mau melihatnya.

Gun melirik piring berisi makanan diatas nakas, lebih tepatnya dia melihat pada garpu diatas piring itu. Sebersit pikiran untuk melukai diri kembali terlintas dalam otaknya. Gun membayangkan Tay pasti akan khawatir padanya kalau Gun melukai dirinya dengan garpu itu. Yah pasti Tay mau merawatnya lagi. Gun mulai mendengar suara-suara gaduh dalam otaknya yang menuntutnya untuk mengambil garpu itu lalu menusuknya kekulit tubuhnya.

Tangan mungilnya mulai terulur perlahan mencoba menggapai garpu itu, setelah berhasil didapatnya, dia mengancang-ancang untuk menancapkan ujung garpu yang lancip ketangannya yang putih mulus.

"GUN!!" Bentak Tay keras, membuat Gun tersadar. Garpu terlepas dengan sendirinya dari tangan Gun, terjatuh ke lantai berdenting sebentar sebelum akhirnya terhenti didepan pintu kamar mandi

Gun bengong dan bingung sendiri. Apa yang dia lakukan tadi? Seketika otaknya kosong.

"Adek mimpi buruk?" Tanya Tay lembut setelah meletakan segelas susu hangat diatas nakas

"Hah...?" Tanya Gun kebingungan dengan pikiran yang kosong, padahal beberapa detik sebelumnya kepalanya sangat ribut akan suara-suara yang entah datang dari mana.

"Tadi adek mimpi buruk, tapi sekarang adek udah baik-baik ajah..." Jawab Tay lembut

"Mi-mim-pi bu-buruk?" Tanya Gun masih bingung

Tay mengangguk pelan "hmm'm tadi adek mimpi buruk lagi...." Jawab Tay masih dengan kelembutan yang sama.

Bukan hal biasa bagi Tay melihat kelakuan Gun yang menyakiti dirinya sendiri. Ini salah satu sindrom yang diderita orang dengan sakit yang sama seperti Gun. Orang autis memang sering melukai diri mereka sendiri. Dulu saat kecil Gun sering memukul kepalanya sendiri bahkan membentur kepalanya ketembok, pernah beberapa kali sampai terluka dan dibawa ke rumah sakit.

Tay mengusap lembut pucuk kepala Gun dengan sayang.

"Adek mam yah...." Bujuknya lembut. Gun mengangguk cepat lalu segerah makan dengan lahap setelah menghabiskan segelas susu hangatnya yang dibawah Tay

Tay berdiri tak jauh, memperhatikannya dalam diam. Setelah dinyatakan sembuh dari autisnya, hampir 6-7 kali Gun terserang sindrom ini lagi, tapi setelah mulai SMA baru hari ini lagi, sindrom itu muncul. Jujur saja Tay khawatir melihat Gun seperti ini. Apa yang akan dia katakannya pada mama setelah ini?

Tay menghembuskan napas panjang lalu pergi dari kamar Gun sebab bel pintu rumahnya berbunyi keras dan berulang kali, sepertinya tamunya malam ini adalah orang yang tak sabaran, siapa lagi kalau bukan Off Jumpol.

Sahabat lamanya itu berdiri tepat didepan pintu rumahnya dengan jawah bekas memar, baju kemeja sekolah yang kusut, dan secup besar ice cream kesukaan Gun.

G U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang