Note: Tolong dibaca sampai akhir 🙏
*****
Gun baru saja melambai pada Off setelah kekasihnya itu mengantarkannya pulang kerumah. Ini sudah seminggu lebih sejak dirinya dikeroyok disekolah, tidak banyak berubah, Gun masih menjadi sasaran olokkan sebagain siswa Grammy yang menyalahkannya atas hekangnya si ketua Lucifer namun setidaknya tidak seberani sebelumnya, mungkin takut karena ancaman Off yang tersebar di base sekolah. Gun sedikit tidak setuju dengan cara Off, pasalnya kekasihnya itu bukan hanya membahayakan siswa lain, tapi juga dirinya sendiri. Minggu lalu Off disidak dan hampir dikeluarkan dari sekolah atas tindak kekerasannya, untung dia kaya, kalau tidak mungkin mereka sudah bedah sekolah.
Gun sudah akan melangkah memasuki pekarangan rumahnya sampai terdengar suara motor yang berhenti didepan pagar rumah. Gun berbalik dengan rasa penasaran lalu matanya membulat terkejut mengetahui siapa yang kini nangkring didepan rumahnya.
"Hay cantik... Udah lama yah nggak ketemu" sapa Luke setelah menyugar rambutnya.
Gun diam, tidak ingin menjawab sapaan Luke.
Seakan tahu kalau Gun tak sudi bicara padanya, Luke berdehem sebentar, kemudian menatap kearah rumah Gun.
"Awalnya gue bingung kenapa Tay marah-marah ke gue waktu tahu gue nyulik loe waktu itu .... Ehh tahunya..." Luke dengan sengaja menjeda bicaranya, dia menatap Gun menunggu reaksi terkejut remaja mungil itu. Dan benar saja, Gun langsung terlihat was-was. Gun meneguk paksa ludahnya
"Tay marah karena adeknya hampir gue celakain..." Sambung Luke puas. Sebab kini Gun memucat menatapnya. Kena jugakan.
"Ck... Kok bisa yah, satu grammy nggak ada yang tahu kalian sodaraan, kandung pula..." Luke lagi-lagi berdecak kali ini sambil menggelengkan kepalanya. Tangannya sibuk mencari ponselnya di saku celana. Setelah didapatnya benda pipih itu, dengan lancang Luke mengambil satu jepretan Gun dan juga rumahnya.
Gun terkejut saat cahaya flash ponsel Luke menyilaukan matanya.
"Kalau gue kirim fakta ini ke base grammy, pada ribut nggak tuh..??" Tanya Luke diakhiri dengan kekehan membuat Gun makin panik jadinya.
"J-ja-jangan... Na-nan-ti k-kak Tay, ma-malu" Gun menggeleng dengan wajah memelas tangannya meremat kuat tali tas di sisi kiri dan kanan pinggangnya.
"Tapi gue penasaran reaksi grammy gimana kalau tahu ini?" Ucap Luke benar-benar penasaran. Gun buru-buru mendekati Luke, dua tangan mungilnya memcengkram pelan sebelah lengan Luke. Wajahnya merah padam dengan genangan air mata yang menumpuk di pelupuk mata.
"G-gun mo-mohon, j-ja-ngan k-kirim i-itu ke se-seko-lah, na-nanti k-kak Tay ma-rahin G-gun"
Gun hampir menangis, tapi Luke malah tersenyum lebar. Dasar iblis."Jangan nangis dong... Nanti cantiknya hilang" goda Luke kelewat santai sembari membelai lembut pipi gembul milik Gun.
Gun tahu laki-laki didepannya ini tidak akan bermain-main, dia licik dan terlalu manipulatif. Dia bahkan telah membuat Off berlutut didepannya apa lagi hanya rahasia seperti yang Gun miliki saat ini, tentu saja sangat muda baginya untuk diumbar keseluruh siswa grammy.
"G-gun m-mo-mohon k-kak, j-ja-janga......" Tangisan pecah juga meski tidak dengan suara yang meraung keras.
Melihat yang disayangnya menangis, Luke tak sampe hati untuk terus menjahili si kecil. Lalu cowok itu menarik pelan Gun agar semakin mendekatinya. Dibelainya lembut pucuk kepala Gun kemudian beralih menghapus air mata yang membasahi pipi gembil favoritenya.
"Nggak, nggak akan gue kirim k base grammy kok... Udah yah jangan nangis..." Bujuk Luke lembut
Gun mematap Luke ragu-ragu
"Be-be-bena-ran?" Tanya Gun tak percayah

KAMU SEDANG MEMBACA
G U N
FanfictionBahagia itu milik siapa? kesedihan juga milik siapa? aku? dia? kami? ataukah mereka? Bukan Gun namanya kalau tidak menuruti permintaan Tay, Kakaknya, termasuk dia harus menyembunyikan identitasnya sebagai adik Tay dari semua orang. sampai Off Jump...