Seminggu berlalu, tanpa terasa hari ini adalah hari taruhan yang disepakati Tay dan Luke. Beberapa hari lalu Tay sudah cukup berlatih bersama Joong, namun Tay masih percayah pada keberuntungannya. Belajar di waktu tenggat sama saja dengan menyiram tanaman di siang hari. Kelihatannya bagus, tapi tidak ada yang tahu reaksi didalamnya seperti apa. Sama halnya dengan Tay, kata Joong meski baru berlatih untuk balapan, Tay cukup baik, namun Joong mana tahu seberapa kuat Tay menghalau rasa takutnya dengan berdoa semoga dia beruntung.
Hari ini kantin cukup sepi, sebenarnya karena jam pelajaran tengah berlangsung makanya kantin sepi. Disana hanya ada Arm dan singto yang ternyata kabur dari kelas karena malas mengikuti ujian Try Out yang diadakan sekolah. Dan sampai detik inipun Off masih belum menampakkan diri, beberapa ujian terlewatkan begitu saja, bahkan dari pihak keluargapun tidak ada yang datang dan membuat laporan kesekolah tentang ketidak hadiran Off selama minggu-minggu ujian ini.
Dan karena suasana yang cukup sepi itu, Ohm memberanikan diri mendekati dua kakak kelasnya itu.
"Ada hal penting yang mau gue omongin" ucap Ohm setelah mendapat tatapan tidak suka dari dua kakak kelasnya itu
"Ini soal taruhan Luke dan Tay" lanjut Ohm sebab Arm maupun Singto tidak bereaksi apapun, keduanya bahkan seakan menganggapnya tak ada.
"Bukan urusan kita!" Sahut Singto
"Bahan taruhannya Gun" ucap Ohm yang mampu membuat Singto dan Arm menoleh seketika padanya.
"Taruhan apa yang loe maksud?" Tanya Arm serius
"Jadi benar Tay naksir Gun?" Tanya Singto yang sampai hari ini masih penasaran akan itu. Seketika juga tangan Arm bergerak menggeplak kepalanya.
"Jangan nanya dulu, entar gue jelasin" ucap Arm lalu kembali menghadap Ohm
"Gue nggak yakin jelasnya gimana, intinya Tay dan Luke sepakat ngadai taruhan buat dapatin Gun, ini berkaitan sama balas dendam mereka, Off juga terlibat, jadi kalau ada dari loe berdua yang bisa ngontak Off, suruh dia balik, Gun dalam bahaya kalau sampai Luke menangin balapan entar malam" jelas Ohm
"Gue cuman mau nyampein itu ajah" sambung remaja itu
"Maksud loe apa nyampein ini ke kita? Bukannya loe sekutunya si ono?" Tanya Arm agak sangsi
"Karena Gun bukan korban yang harusnya terlibat dalam urusan mereka" jawab Ohm lalu pergi dari kantin.
Setelah kepergian Ohm, Singto segerah menagih janji Arm untuk memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi antara OffGun dan Tay.
"Anjing! Brengsek benar tuh orang, nyesal gue waktu itu milih dia jadi wakil osis, kelakuannya minus ternyata" ucap Singto yang tak habis pikir akan kelakuan Tay yang terbilang sangat jahat pada Gun yang adalah adiknya sendiri.
"Udahlah, yang terpenting sekarang kita harus nyari Off" usul Arm yang segerah disetujui oleh Singto.
***
Hari ini Tay tampak berbeda, dia cemas dan ketakutan tapi dirinya tak bisa apa-apa. Dia tidak bisa membatalkan perlombahan ilegal yang telah dia setujui. Dirinyapun tak bisa lari begitu saja melepas tanggung jawabnya. Tapi jika Ia melangkahpun Gun tetap tidak bisa dibuat menjauh dari Luke, dan Tay tidak suka hal itu. Tay benci kenapa dia selalu tak bisa diandalkan. Kenapa dirinya sangat penakut seperti ini.
"Nanti malam yah?" Tanya New saat dia menemukan Tau duduk sendirian di pelataran auditorium yang sepi.
Tay manaikan pandangan menatap New. Mantannya itu berdiri tak jauh darinya sembari membawa sebungkus cemilan rasa udang kesukaan Gun.
New berjalan semakin mendekati Tay, lalu ditepuknyanpundak Tay pelan.
"Gue senang, sekarang loe udah mau ngakuin Gun, gue bangga sama loe Tay" ucap pria itu tulus

KAMU SEDANG MEMBACA
G U N
FanfictionBahagia itu milik siapa? kesedihan juga milik siapa? aku? dia? kami? ataukah mereka? Bukan Gun namanya kalau tidak menuruti permintaan Tay, Kakaknya, termasuk dia harus menyembunyikan identitasnya sebagai adik Tay dari semua orang. sampai Off Jump...