Egoisme

210 31 5
                                    

New merapatkan diri kebarisan kelas 12 IPA 1, lalu menyelip masuk dalam barisan, untungnya banyak dari anak IPA 1 adalah teman-temannya sehingga tidak ada yang menyeruhkan protes saat tubuh gembulnya menyerobot barisan.

New terus menyalip hingga tubuhnya kini tepat dibelakang Tay. New bisa melihat tetes-tetes keringat yang membasahi tengkuk Tay, aroma tubuh lelaki itu makin mengguar terkena sinar mentari pagi dan terpaan angin sepoi-sepoi.

Jemari New bergerak pelan ditengkuk Tay, membuat cowok itu terkejut dan segerah menoleh. mata Tay membola menemukan New ada dibarisan kelasnya.

"ada apa?" tanya Tay dengan suara pelan setelah kembali menghadap depan, sebentar lagi bendera akan dikibarkan.

New menggeleng "harusnya gue yang tanya gitu ke elo" jawab New juga berbisik, bahkan remaja itu sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, memastikan Tay mendengarnya.

Tay diam, tangannya bergerak naik menghormat setelah diperintah pemimpin upacara.

"gue okey" jawab Tay 

"nggak! mata loe kosong Tay, gue tahu.... seorang Tay Tawan nggak mungkin datang kesekolah dengan keadaan mengambang" sahut New diselah nyanyian lagu Indonesia Raya

Tay menjilat bibirnya, matanya bergerak cepat kearah barisan kelas 10 dan dengan mudah dia menemukan Gun diantara banyaknya siswa kelas 10, sebab adiknya selalu memilih barisan paling depan jika upacara benderah. Tay bisa melihat betapa semangatnya Gun menyanyikan lagu Indonesia Raya, bahkan terkadang Tay melihat perubahan raut wajah Gun seakan-akan dia benar-benar menghayati lagu itu. dibelakangnya New yang sadar segerah mengikui arah pandang Tay. 

disana dibarisan kelas 10, Off tiba-tiba saja menyembul dan berbaris tepat disamping Gun. remaja kecil itu menoleh dengan raut wajah kesal, mungkin merasa terganggu sebab dirinya tengah menghayati lagu kebangsaan Indonesia, namun sesaat kemudian matanya membola, lalu bibirnya melengkungkan senyum secerah mentari saat Off memberinya sebuah Wink.

Off sedikit menunduk kearah Gun lalu membisikan sesuatu yang membuat senyum Gun makin berkembang indah, matanya tak kalah berkilaunya.

"Off beruntung yah bisa dapatin malaikat kek Gun...." bisik New 

"Gun juga beruntung dapatin pangeran kek Off" lanjut remaja itu sembari tersenyum

New diam menunggu reaksi Tay, namun remaja didapannya sama sekali tidak memberi respon selain ikut menyanyi dengan yang lainnya.

Tepat saat Bendera mencapai puncak tiang, Tay berbalik lalu pergi meninggalkan barisan. lama-lama berdiri didekat New hanya akan membuatnya semakin bimbang. bisa-bisa saja mantannya itu membongkar isi otaknya, sebab New bisa tahu segalahnya tentang Tay hanya dari gerak geriknya, hanya dari tatapan matanya, hanya dari helaan napasnya. New tahu perubahan Tay meski hanya secuil kuku.

Dijam Istirahat banyak siswa berkumpul dihalaman gedung Auditorium dengan suara sorak-sorai bagai penonton di pertandingan tinju. Gun dan teman-temannya yang merasa penasaranpun ikut berkumpul, setelah mendengar cerita singkat dari mulut ke mulut, bahwa ada perkelahian disana. namun tidak jelas siapa yang kini terlibat perkelahian, sebab lingkaran penonton terlalu tebal untuk ditembusi, dan sebagian besar penonton garda depan, adalah sporternya sehingga tidak punya waktu untuk sekedar memberi info sebab pemain yang menjadi inti butuh diberi dukungan, meski mereka semua tahu itu bukanlah hal yang benar, terlebih ini terjadi disekolah. 

dua guru laki-laki melangkah dengan cepat menuju kerumunan, dengan sedikit geplakan pada kepala orang terbelakang, jalanpun mulai terbuka secara perlahan begitu semua sadar bahwa ada guru ditengah mereka. mata Gun membola melihat Off dan Tay keluar dari sana, dengan keadaan babak belur dan dibelakang mereka diikuti dua pak Guru tadi sambil mengatai mereka pengecut dan bodoh karena sudah melakukan tindak kekerasan diarea sekolah, terlebih mereka adalah siswa tingkat akhir yang harusnya memberi contoh pada adik kelas.

G U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang