Becareful

247 34 5
                                    

Gun menghentikan langkahnya saat pintu ruang kelasnya hanya berjarak beberapa langkah lagi. Genggamannya pada jemari Off menguat, membuat sang kekasih tau betul apa yang dirasanya kini.

"Kenapa Gun?" Tanya New yang merasa heran

Gun tak menjawabnya, lelaki mungil itu lebih memilih menarik napas lalu menghembuskannya perlahan.

Off mengelus lembut punggung sempitnya "nggak papa sayang, ada aku" ucap Off memberi semangat. Kekasihnya mendongkak menatap matanya dengan pandangan ketakutan, demi Tuhan, Off merasa hatinya teriris menyaksikan itu.

"T-ta-ta-pi k-kak Off ng-nggak mu-mung-kin se-seha-rian d-di ke-kelas Gun" ucapnya ketakutan. Telapak tangannya berkeringat, basah hingga ke telapak tangan Off.

Off terdiam, apa yang dikatakan Gun benar, Off tidak mungkin menyempil dalam kelas Gun seharian ini, lagi pula sebentar lagi kelas 12 akan mengikuti ujian akhir yang membuat Off harus belajar lebih keras, dan tidak meninggalkan kelas lagi.

Didekat mereka Singto dan New memilih diam memperhatikan mereka dengan berdiri bersandar ke pagar pembatas. Bukannya tidak ingin ikut menyemangati, hanya saja pada bagian ini, bukan kata-kata semangat mereka yang dibutuhkan Gun, tapi lelaki jakung itu, kekasihnya adalah orang yang paling dibutuhkan Gun. Seorang yang menjadi akar dari semua kegemparan hari kemarin, si pencipta badai dalam kebidupan Gun, sebab itulah Gun harus kembali pada badai itu sendiri, berlindung padanya. kata orang, tempat yang tidak diusik badai adalah pusaran badai itu sendiri, pada kasus ini, adalah Off.

"Kita udah janji buat ngelewatin ini sama-samakan??" Tanya Off mencoba meyakinkan Gun.

Gun diam, masih menatap Off seperti sebelumnya.

"Hey sayang, mereka nggak akan berani ngapa-ngapain kamu, percaya sama aku yah..." Bujuk Off seraya mengelus pipi gembil kekasihnya.

Gun berpikir mungkin teman-temannya tidak akan memukulinya, tapi kata-kata mereka menyakitinya lebih dari kekerasan fisik. Gun pernah mengalahminya diawal masuk sekolah, dan itu membuatnya fruatasi dan ingin berhenti sekolah, jika saja tidak ada Off, si kakak kelas yang diam-diam menyimpan rasa padanya. Dan kali ini Gun berharap Off juga bisa membuatnya bertahan sekali lagi, demi sang kekasihnya itu.

Off memggenggam kedua tangannya, meremat pelan kesepuluh jarinya, tatapan laki-laki itu menenangkan, lalu tersenyum.

"Siapa yang berani menyentuh pacar  mantan ketua geng sekolah hah??" Tanya Off dengan sebentuk senyun geli hunggi menampilkan sedikit gigi depannya.

Gun menggeleng "ng-nggak ada" jawabnya berteguh hati. Yah sekali lagi Gun harus melewati ini demi Off.

"Yuk, masuk" ajak Off kembali menggandeng tangan Gun lalu melangkah kedalam kelas Gun.

Seluruh siswa dalam kelas itu hampir semuanya sudah hadir, bahkan Lee pun ada disana meski perutnya masih terasa sakit.

Hiruk piuk pagi seketika terhenti begitu Off dan Gun masuk kekelas mereka, semua mata tertuju kearah pintu.

Gun tersenyum begitu matanya bertemu Krist dan Win. Lalu dia berjalan kearah tempat duduknya.

Sementara Off masih setiah berdiri didekat pintu, matanya melirik tajam semua siswa kelas itu
"Liat apa?" Tanya Off dengan wajah garang. Semua siswa dikelas itu buru-buru mengalihkan pandangan mereka masing-masing, pura-pura sibuk seperti semula.

Setelah memastikan kekasihnya duduk nyaman di kelasnya, Offpun pergi dari sana, tapi sebelumnya dia harus menunggu Singto yang masih menggoda Krist.

"Sing, buruan ah, udah mau bel nih" ujarnya memaksa

G U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang