Perpisahan Yang Sesungguhnya

337 30 17
                                    

Jenazah Gun disemayamkan di rumahnya hingga menjelang penguburannya. Dan kabar duka ini telah menyebar kemana-mana. Beritanya tersebar luas lewat laporan berita pada saluran TV nasional, tak sedikit juga yang menyebarnya lewat video di media sosial. Dunia yang sudah secanggih ini patut disyukuri, sebab banyaknya berita yang berseliweran di televisi ataupun media sosial itu berhasil memanggil seseorang dari tempat persembunyiannya.

Off Jumpol tentu saja. Hari itu juga setelah tanpa sengaja menonton berita pagi dari televisi kamar villanya, Off segerah memesan tiket penerbangan saat itu juga, beruntungnya dia berhasil mendapatkan satu tiket penerbangan secepat dia membutuhkan hal itu meski dengan bayaran yang tak kalah mahalnya.

Apa saja yang terjadi sejak kepergiannya?

Off kalut bukan main, sejak awal keberangkatannya dari bandara Komodo, Labuan Bajo sampai saat ini dirinya tengah dalam perjalanan kerumah sakit, Off masih meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah Gun, (mantan) kekasihnya.

Off berlari tak sabaran saat taxi berhenti tepat didepan rumah sakit milik keluarganya, secepat mungkin Off memaksa pegawai resepsionis untuk memberitahunya kabar tentang Gun.

"Korban yang kecelakaan pagi tadi?" Tanya wanita si penjaga meja resepsionis, Off segerah mengangguk.

"Satu korban berhasil diselamatkan, namun masih dalam kondisi koma, satunya lagi telah dinyatakan meninggal dunia sejak ditempat kejadian" kata wanita itu.

"Si-siapa... siapa nama korban yang meninggal?" Tanya Off gugup dan takut. Dalam hatinya dia merapal doa agar bukan nama Gun yang disebutkan, namun jika dirinya benar-benar percaya pada berita pagi tadi, dia tidak perlu bertanya lagi.

"Gun Atthaphan, usia 16 tahun, waktu meninggal 03:30 dini hari, jenazah sudah dipulangkan kekediamannya" jawab si wanita.

Mendengar itu, Off merasa separuh jiwanya telah diambil paksa dari raganya, kakinya seketika melemas bagai jelly, dadanya sesak bukan main, napasnya terengah-engah, air matanya berlombah membasahi pipi tirusnya, detak jantungnya tak karuan. Beberapa orang disana tampak panik, lalu mulai mengerubunginya, menanyai keadaannya.

Off menggeleng, bukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar untuknya, tapi Ia menggeleng karena tak percaya pada kenyataan.

"Gun nggak mungkin meninggal, nggak! Gun nggak boleh pergi ninggalin gue, Nggak mungkin Gun pergi ninggalin gue!!" Ucap Off masih mencoba mengenyakan kenyataan pahit yang seharusnya tak terjadi padanya.

Off buru-buru berdiri, sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan-pertanyaan khawatir yang dilontarkan untuknya. Kaki-kaki jenjang miliknya dipaksa kuat untuk berlari keluar rumah sakit, dan saat ada sebuah taxi yang lewat, Off langsung menghentikannya dan alamat rumah Gunlah yang diucapkan dengan terburu-buru yang menjadi tujuannya.

***

Off menarik napas panjang saat taxi yang di tumpanginya berhenti tepat didepan rumah Gun. Rumah itu tampak begitu ramai, dan dipenuhi siswa berseragam sekolahnya. Ah mungkin hampir dari separuh Grammy yang datang melayat hari ini, dan Off masih berdiri diam didepan pagar rumah Gun.

Off melangkah masuk dengan lunglai, tidak! Gun harusnya tidak meninggalkannya seperti ini, Gun tidak boleh meninggalkannya. Dirinya hanya pergi mengistirahatkan pikiran bukan untuk meninggalkan Gun, lalu bagaimana bisa pria mungil itu malah pergi untuk selamanya dari hidupnya. GUN... bahkan Off merasa malu mengucapkan nama itu dari bibirnya.

Langkah Off pelan dan lunglai persis seperti orang yang tidak diberi makan 3 hari, raganya disana, berjalan bersamanya namun hati, pikiran dan separuh jiwanya melayang entah kemana.

"Kak Off!" Panggil Chimon yang kebetulan keluar untuk melayani beberapa pelayat yang datang.

Saat nama itu dipanggil, semua mata menatap padanya dan Off, sebab Chimon memanggilnya tidak dengan suara yang pelan.

G U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang