Bab 2 (bagian 2)

260 11 0
                                    

Halo selamat pagi, sebelum mulai membaca, nggak ada salahnya, dong follow aku dulu (?) Hehe
Aku penulis baru, nih. Jadi follow-an kalian sangat berarti banget buat aku.

Setelah baca jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote dan komen juga, ya 🙏😍

Oh, iya. Aku juga update di Karya Karsa. Bagi kalian yang penasaran boleh mampir! Di sana sudah sampai Bab 4, ya. Update setiap sore 😍😍
Akun: Fitria Noormala

Salam,

Author

———

"Se-sebentar, Sayang. Bun-Bunda sakit banget ini," racau Ayudia pada bayinya yang tak mau tahu tentang derita ibunya. Dia malah menjerit semakin kencang, membuat perempuan delapan belas tahun itu semakin panik.

Dengan tangan gemetar, Ayudia melihat lengan, kaki, leher dan area tubuh putranya. Ternyata ada semut kecil yang tengah mengigit bahu kanan mungilnya dengan lahap. Tangan kirinya sigap menangkap lalu membuang sang semut. Makhluk kecil itu dalam hitungan detik sudah tenang kembali.

Ayudia terdiam lama di ruangan sempit ini seorang diri. Hanya ada suara embusan AC dan sesekali derap langkah sepatu pantofel perawat yang hilir mudik di lorong klinik.

Ah, mungkin Benny sudah membalas pesanku! Pekik Ayudia dalam hati.

Perempuan itu berdiri, berjalan pelan dengan susah payah satu langkah demi satu langkah. Dia hendak menjawil ponsel miliknya di atas nakas di dekat ranjang bayi yang kosong. Karena si empunya lebih betah bersarang di bawah ketiak ibunya dan melakukan drama seperti tadi.

Benny:
Ya, syukurlah.

Dua alis Ayudia berkernyit. Kenapa balasan seorang ayah seperti ini?

Bulir air mata turun tanpa rencana. Dia berjongkok di ujung ruangan sambil terisak. Pelan sekali, takut membangunkan bayi yang baru saja tertidur. Benny tak merasakan susah payah hamil seperti dirinya, melahirkan dengan kontraksi hebat belasan jam, menyusui dengan puting lecet, atau untuk berjalan normal saja rasanya sulit, seperti digerayangi silet di area bawah tubuh.

Ayudia:
Sialan kamu, Benny!

Kemudian ponsel miliknya dia tinggalkan begitu saja tergeletak di lantai. Isakan tangisnya tak mau berhenti sampai seseorang membuka pintu dengan perlahan.

"Kenapa, Nak?" Bu Hidayati mengelus-elus puncak kepala putrinya.

Ayudia hanya menggeleng.

"Kerepotan mengurus bayi sendirian, ya? Maaf ibu habis salat di musala tadi sama Ayah," jawab Bu Hidayati dengan penuh rasa bersalah.

Bukan ibu yang harusnya merasa bersalah di sini. Tapi Benny sialan itu! Gumamnya dalam hati.

Sejak kejadian hari itu--satu tahun lalu, penderitaan Ayudia terus saja berdatangan tanpa henti. Masa remaja yang indah, sirna dalam sekejap. Semua karena Benny.

Tapi, sekarang apa?
Rimbanya saja entah di mana dia sekarang.

Hidup begitu menyakitkan dan amat berat untuk perempuan yang baru menginjak kelas dua SMA itu.

Tanpa kata, Ayudia memeluk ibunya erat.

"Maafin aku, Bu, nggak bisa jadi anak kebanggaan Ibu," ucapnya lirih.

Hati Bu Utami berdenyut hebat. Jika ada seseorang yang sakit dan kecewa ... itu bukan Ayudia, melainkan dirinya, ibu kandung dari si gadis yang membesarkannya dengan penuh kasih. Bahkan dunia sudah runtuh sejak tahu Ayudia berbadan dua.

"Nak, siapa nama bayi itu?" Dengan suara lembut, Bu Utami menunjuk si bayi yang tengah pulas di atas ranjang.

"Dean Fahaz, Bu. Gimana?" Wajah Ayudia mendongak, melihat raut menenangkan milik sang ibu. 

Ada secercah bahagia saat nama itu digaungkan oleh Ayudia. Sekelebat, mata perempuan itu bersinar, melupakan nestapa sesaat. 

"Bagus sekali nama cucu oma … kita rawat baik-baik Dean, ya, Sayang?" Bibir wanita itu menyunggingkan senyum.

Ayudia memeluk ibunya sekali lagi.

“Iya, Bu,” jawabnya lirih.

***

Sebaris Cinta AyudiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang