Bel pulang telah berbunyi. Siswa kelas sepuluh, sebelas dan dua belas berhamburan keluar berdesak-desakan. Ayudia memerhatikan mereka sambil duduk bersandar di ranjang. Sesekali napasnya yang mulai tenang mendengkus lancar. Dia tengah memikirkan caranya untuk pulang ke rumah.
Tak lama pintu UKS dibuka dengan kasar. Di baliknya ada Deon dan Nilam. Mereka setia sekali menghampirinya terus-menerus hari ini.
"Mau pulang apa mau nginep di sini, lo?" Seperti biasa, kalimat pertama yang keluar dari mulut Deon selalu mengundang tawa orang sekitar.
Ayudia tak terlalu menggubris Deon yang tengah meracau. Dia bangkit dari ranjang dibantu oleh Nilam dan dua gadis kelas sepuluh yang menjaga UKS shift kedua.
Karena merasa kondisinya sudah membaik, Ayudia memberi tanda pada Deon dan Nilam bahwa dia bisa berjalan sendiri–meski sangat pelan seperti siput. Mereka bertiga menyusuri sekolah yang mulai lengang.
Baik Deon atau Nilam, mereka sabar sekali menyamai langkah Ayudia yang benar-benar seperti bayi.
"Oh, tas gue mana, ya?" Gadis itu bertanya pada dua orang di sampingnya.
"Udah gue bawa, kok, tenang aja." Nilam memberikan tas gendong cokelat milik Ayudia.
Gadis berusia tujuh belas tahun itu harus banyak bersyukur karena memiliki teman sekelas yang peduli dengannya.
"Ahm." Ayudia berhenti tepat di gerbang sekolah. Maniknya menatap Deon dan Nilam bergantian. "Gue bisa pulang sendiri. Makasih banyak, ya."
Deon dan Nilam saling bertatapan. Kemudian mengangguk serempak. Di balik punggung gadis itu, mereka cekikikan.
Saat Ayudia menemukan matik hitam putihnya di parkiran, dia merogoh kunci motornya di dalam tas dan di saku rimpelnya. Tak ada. Gadis itu berjalan jongkok ke mana-mana pun tak ada hasil. Di mana?
Dia terus berjalan jongkok sampai kembali lagi ke gerbang sekolah. Dari sana, terdengar teriakan Deon di seberang jalan, "Ayo naik, Yu!"
Saat Ayudia menoleh, motor matiknya sudah dikendarai Deon.
"Ngeselin banget, sih, lo," gerutu Ayudia sambil berjalan mendekat. "Sini balikin motor gue."
"Nggak usah, gue anterin." Deon mengelak.
"Gue bis–"
"Cepetan!" Deon melayangkan raut serius pada Ayudia.
Netra gadis itu mencari keberadaan Nilam. Bukankah sejak tadi dia bersama dengan Deon?
"Di mana Nilam?" tanya Ayudia saat motornya mulai melaju.
"Udah balik tadi naek angkot," jawab Deon dengan nada datar.
"Terus motor lo, gimana?" tanya Ayudia lagi.
"Biarin aja di sekolah, aman. Ntar gue balik lagi naik grab."
Gadis itu hanya mengangguk pelan di jok belakang. Dia tak ingin mengganggu konsentrasi Deon yang tengah berbaik hati mengantarnya pulang.
Kondisi jalanan pulang tak sedamai saat berangkat tadi. Kendaraan umum makin liar merajai jalan. Misalnya angkot yang berhenti di tengah jalan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, bus berukuran sedang yang ugal-ugalan, atau pengendara motor yang nakal memakai jalur busway. Yang jelas, asap knalpot dari masing-masing kendaraan mengepul tebal di udara, membuat kepala Ayudia makin pening dan mual.
"Hoek!" Ayudia lupa memakai maskernya tadi karena sibuk jalan jongkok mencari kunci motor. Perutnya tak enak sekali sekarang. Ditambah udara Jakarta yang begitu panas, memperparah kondisi gadis itu.
"Hoek!" Rasa mual itu kembali datang. Perutnya benar-benar merasa tak nyaman.
Deon yang mendengar suara aneh di belakang segera menepi. "Eh, eh. Lo nggak apa-apa?" Deon memutar tubuhnya yang panjang, melihat wajah Ayudia yang memucat.
"Ampun, wajah lo pucet banget lagi, Yu," ucapnya sambil mengangkat wajah teman perempuannya.
Ayudia tak menjawab apa-apa. Rasanya duduk terlalu lama di tengah-tengah jalanan padat, ramai dan bau asap kendaraan membuat tubuhnya seakan hendak ambruk.
"Ayu, please, lo jangan mati di sini. Nanti gue jadi tersangka," racau Deon mengiba.
***
Halo, terima kasih sudah menjadi pembaca setia Sebaris Cinta Ayudia, ya.
Jangan lupa follow, vote dan komen, oke?Kalau kamu mau ngebut baca, boleh kok berkunjung ke www.karyakarsa.com dengan nama akun: Fitria Noormala
Di sana cerita ini sudah otw Bab 22 lho nanti siang 😍
Aku update di sana 2 bab per hari.Selain cerita Sebaris Cinta Ayudia, aku juga nulis Pelakor Sedarah yang sudah mau tamat!
Salam,
Author ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebaris Cinta Ayudia
RomansaAyudia Adhisti adalah siswi SMA kelas sebelas yang mengikuti ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Tiga bulan setelah acara pensi sekolah itu dia telat haid. Tapi, tak ada yang curiga sama sekali karena siklus haid dirinya memang tak teratur. Namun...