September 2015
Ayudia adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang tinggal di kelas sebelas jurusan bisnis daring dan pemasaran. Dia seseorang yang ceria dan selalu bersemangat. Lihat sekarang, gadis itu tengah memakai jeans dan kaos hitam bertuliskan 'Panitia Pensi'. Badan mungilnya hilir mudik sejak pukul enam pagi. Memastikan semua peralatan bekerja dengan baik.
"Udah sarapan belom, lo?" Seorang remaja laki-laki menepuk pundaknya secara tiba-tiba, membuat gadis mungil dengan tinggi seratus lima puluh sentimeter itu menoleh kaget.
"Ampun, lo ngagetin!" Ayudia memukul lengan remaja laki-laki yang barusan mengagetkannya. Dia tengah membawa banyak keresek isi lontong dan gorengan untuk dibagi-bagikan ke panitia lain.
"Sarapan dulu! Sarapan dulu! Gue nggak mau ada panitia jatoh pingsan apa lagi sampe sakit di tengah-tengah acara," jelasnya dengan tegas. Remaja lelaki itu memberikan salah satu keresek pada gadis di depannya dengan terburu-buru. Karena dia harus mencari panitia lain yang sudah sibuk bergerilya di SMK sepagi ini.
Kemudian Ayudia duduk di atas kursi besar nan memanjang yang terbuat dari semen di pinggiran lapangan. Mulutnya sibuk komat-kamit membaca buku catatan kecil yang sejak tadi dia genggam. Pensi diadakan mulai pukul delapan pagi ini sampai tengah hari nanti. Begitu yang tertulis di agenda acara.
Mata bulat miliknya menyapu seluruh sudut lapangan yang telah selesai didekorasi kemarin siang. Melelahkan sekali. Mulai dari panggung megah yang lengkap dengan alat-alat band, kursi penonton, tenda besar penghalau panas, sampai meja administrasi di depan lapangan.
Pandangannya beralih pada dua belas stand makanan dan minuman yang mengelilingi lapangan basket–yang kini disulap menjadi tempat pensi. Di sana akan terisi oleh dua belas menu berbeda. Satu stand dipimpin oleh satu koki dan dua asisten. Seru sekali.
Sudah dua minggu lalu Ayudia berselancar di ranah facebook dan instagram untuk mempromosikan acara ini ke masyarakat luas, barangkali mereka akan ikut berkontribusi dengan mengisi stand-stand kosong itu. Biaya sewa stand itu masuk ke kantong panitia untuk dana tambahan acara. Atau biasanya untuk acara perpisahan panitia yang diisi dengan makan bersama di rumah makan.
Pukul tujuh pagi, mobil box sudah ramai berdatangan membawa berbagai macam makanan, minuman, beberapa asisten penjaga stand serta koki. Ayudia memerhatikan dengan seksama sambil mencatat siapa penanggungjawab setiap stand. Acara ini harus sukses tanpa cela. Gadis ini memang pemimpin acara terbaik di SMK.
Selesai memeriksa stand, Ayudia berjalan ke area tengah sekolah. Langkah kakinya cepat menuju aula. Ruangan paling besar di sekolah ini.
"Kalian nanti nomor urut satu, ya," ucap Ayudia saat menghampiri grup tari tradisional yang masih bersiap-siap dengan segala make up dan kostum mereka.
Selain dua grup tari tradisional, ada juga dua grup modern dance, lima grup band berbagai genre, satu stand up komedi, satu drama musikal, dua penyanyi solo dan satu grup yang hendak memamerkan atraksi sepeda.
"Baik, Yu," jawab pemimpin dari grup tari tradisional dengan nomor urut satu tersebut.
Untuk menghilangkan penat, gadis itu duduk di salah satu ruang kosong, tangan kanannya menjawil botol air minum yang selalu disiapkan Bu Hidayati di dalam tas kecil yang selalu dia bawa ke mana-mana.
"Yu," panggil Rama. Entah sejak kapan ketua panitia itu tiba di sana.
Gadis yang baru saja selesai meneguk air mineral itu menoleh ke arahnya. "Kenapa, Ram?" Air mukanya datar karena lelah hilir mudik.
"Lo tahu kan, nanti band senior temennya Kakak gue mau hadir di acara ini?" tanya Rama pada Ayudia. Mimik remaja laki-laki itu berubah agak serius.
Dahi Ayudia mengernyit, dia tak ingat mengenai band senior yang dimaksud Rama ini.
"Band senior dari SMK sebelah yang pernah gue ceritain beberapa hari lalu pas latihan, inget kan?" Rama terus menggali ingatan gadis itu.
“Oh, iya, gue inget.” Akhirnya Ayudia mengangguk.
Beberapa hari lalu, ketika grup band Ayudia sedang latihan. Datang beberapa orang lelaki yang katanya sudah kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Mereka adalah band senior dari SMK sebelah yang masih sering bermain ke studio musik itu. Singkat cerita, Rama--sang drummer akrab dengan mereka dan menobatkan tiga laki-laki itu sebagai ‘kakak senior’ dalam waktu sekejap.
“Terus kalo mereka hadir … gue harus apa?” tanya Ayudia penasaran pada Rama.
Lelaki itu mengangkat dua bahu agak lama, “Ya … ngasih tahu doang sih. Sekalian bantu ngomong ke pihak sekolah kalo mereka nanya ‘kenapa orang asing bisa masuk?’ gitu," jelas Rama.
“Gila ya. Kalo mereka bikin ulah gimana?” Dahi Ayudia mengernyit lagi.
“Nggak akan! Gue bisa jamin.” Tanpa kalimat panjang lainnya, Rama pergi berlalu dari aula. Raganya hilang ditelan keramaian.
***
Halo. Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin, ya. Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H! ♥️
Aku kembali lagi update nih, setelah kemarin libur, hihi. Iya dong, sibuk makan opor 😌✌️
Btw karena aku penulis baru, nggak bosen-bosennya buat ngingetin: sebelum baca follow akun ini dulu biar aku makin giat nulisnya, gitu. Vote dan komen kalian juga sangat berharga, lho.Lanjut!
Bagi kamu yang doyan ngebut baca, aku update juga di Karya Karsa dengan akun: Fitria Noormala
Di sana aku bagiin voucher disc 20% dengan kode: Noorm01
Ditunggu, ya!Salam,
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebaris Cinta Ayudia
RomantizmAyudia Adhisti adalah siswi SMA kelas sebelas yang mengikuti ekstrakurikuler musik di sekolahnya. Tiga bulan setelah acara pensi sekolah itu dia telat haid. Tapi, tak ada yang curiga sama sekali karena siklus haid dirinya memang tak teratur. Namun...