5. ᴍyꜱᴛᴇʀɪᴏᴜꜱ ꜱᴄʀᴏʟʟ

5 2 0
                                    

"Tidak selamanya awan menaungimu dan memberimu kesejukan, kadang awan itu mengguyurmu dengan hujan yang paling deras."

Meja makan tampak sepi, seperti biasa, tanpa ayah dan ibu. Sejak pulang sekolah hingga sekarang ibu belum pulang dari kantornya, ia terlalu sibuk.

Apron merah bermotif kotak-kotak masih melekat menutupi piama tidurku, aku baru saja selesai memasak.. Hanya untukku, karna aku tau ibu pasti akan pulang sangat larut malam sehingga tidak ada waktu untuk makan atau bahkan ia sudah makan malam di kantor, tanpa aku.

Sunyi, itu lah yang mendominasi malam ini, di ruang makan bahkan di seluruh komplek perumahan. Semuanya sepi, hening...

Aku menoleh kala mendengar suara tirai yang bergesekan dengan kaca jendela di dekat westafel, tidak ingin di hantui rasa penasaran aku segera berjalan menuju dapur untuk memastikan suara itu, seingat ku semua jendela dan pintu telah ku tutup dan di kunci lantas bagaimana tirai itu bisa berhembus kalau tidak jendelanya terbuka lebar.

"Siapa itu?" ucapku sedikit berteriak namun di lubuk hati ku yang paling dalam sungguh aku takut.

Aku semakin mendekat dengan langkah pelan, aku melirik sekitar untuk mencari sesuatu sebagai perlindungan. Yah disana di dalam kardus dekat dengan kaki ku berpijak sekarang terdapat tongkat baseball hitam yang bersender di pojok dinding.

Langkahku perlahan tapi pasti semakin dekat dengan tirai.

SREETT

angin kencang berhembus menerpa wajahku katika tirai yang berterbangan ku tepis cepat dengan tanganku, jendela memang terbuka lebar bahkan bunyi bingkainya yang menabrak tembok terdengar kencang.

Ku raih kedua jendela itu dan segera menutupnya ssbelum sesuatu buruk terjadi, namun sesuatu di dekat jendela mengalihkan perhatian ku, sebuah botol kaca dengan gulungan kertas putih di dalamnya menggelinding dari jendela ke meja westafel kemudian..

PRANGG

Botolnya terjatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang melengking. Botolnya pecah, kaki ku berdarah.

Tunggu!!

Sial, aku benci darah, warna merah pekat yang kental serta baunya yang menyengat membuatku merasa mual. Aku menunduk menatap ke bawah ini sangat perih belingnya menusuk kulit kakiku.

Tak peduli dengan jendela yang terbuka serta botol yang pecah dengan beling-beling yang berserakan aku segera berlari dengan langkah gontai menuju kamarku, sekarang tujuanku hanyalah kotak P3K.

•••

Setelah kejadian tadi malam yang membuat jantungku ingin melompat dari persemayamannya, aku segera menceritakan kejadian itu pada ibu, alih-alih di beri perhatian sebab luka di kakiku ibu malah mengomel panjang lebar sebab aku tidak menutup jendela dengan benar.

Aku tidak menceritakan tentang kejadian botol misterius dan gulungan kertas itu, aku hanya mengatakan bahwa ada yang melempar sebuah botol beling dari arah luar, tidak seluruhnya salahkan? Memang benar kok ada botol beling di situ, pada waktu itu.

Sampai sekarang aku belum membuka gulungan kertas itu, bukan karna takut hanya saja tidak ingin suatu hal buruk terjadi.

Mungkin saja itu kutukan.

Universe SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang