HAPPY READING 📖
------------------------------------------
"Hei!" Lion langsung menoleh mendengar suara Winter yang riang serta lambaian tangan. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia ikut melambaikan tangan dan menunggu dengan tak sabar Winter menghampirinya.
"Woah," gumam Lion kecil, terpana, menatap Winter yang juga memotong rambut. Winter semakin keren dengan model big curls apalagi saat rambut itu diikat dan memberinya beberapa helai rambut di sisi setiap rahang.
Beberapa kali, ada saja kelakuan Lion yang tidak terduga. Ia mengira Lion akan memilih gaya potongan yang keren, tapi ternyata model French Crop menjadi pilihan. Lion berubah menjadi pria gagah yang lugu dan lucu. Ia bahkan menduga-duga jika lelaki itu sebenarnya tidak selugu yang diduga. Hanya saja, Lion sering memberinya sebuah keajaiban dan ini adalah salah satu keajaiban yang tidak bisa diduga sebelum-sebelumnya. Lion adalah kejutan dalam hidupnya dan akan selalu begitu.
"Lion," panggil Winter dengan suara pelan.
"A-aa, ya?" Lion tergagap, takut ketahuan jika ia menatapnya lekat terpukau. Winter memang tidak begitu cantik, tapi pesonanya itu yang tidak bisa ditahan untuk tidak melihatnya lekat dan dekat. Kenapa ada perempuan secantik dan semanis Winter, seolah Winter diciptakan untuk menjadi paket komplit dari artinya kecantikan.
"Kau yang pilih gaya rambut itu?"
Lion menaik-turunkan kepala, kemudian bertanya, "Kenapa? Jelek, ya? Katanya model rambut ini sedang naik daun, jadi aku mengiyakan."
Senyum terkulum di bibir tipis Winter. Ia tidak ingin jujur, tapi mulutnya seakan dipaksa untuk berbohong.
"Bagus, kok." Memang itu faktanya. Karena Lion tampan, jadi semua jenis potongan rambut pun akan terlihat bagus. "Lucu saja. Kau seperti anak-anak."
Lion merasa itu pujian, jadi ia tersenyum dengan bibir terkatup, menerima pujian itu dengan senang hati. Sama sekali tidak terpikirkan jika ada maksud lain dari kata-kata itu dan menganggap memang sepenuhnya memuji.
"Kau juga cantik begitu. Sangat cantik dari perempuan mana pun yang kulihat. Tidak ada yang bisa menandingimu, Winter." Kejujuran yang dari hati itu terasa lega diutarakan, dan bagi Winter begitu indah didengar. Seperti suling memberikan suara indah sebagai melodi dalam benang merah tak terlihat untuk menyatu dua hati yang berdetak.
Winter menyelipkan rambut di belakang telinga. Setelahnya, menyadari jika tindakan tadi adalah hal paling menjijikan. Seumur hidup, ia tidak pernah bertingkah malu-malu saat dipuji. Malah sebaliknya, ia akan memberikan sinisan dan menyeletuk tak enak terhadap apa yang mereka katakan. Ia tidak peduli setelah itu mereka akan menjauhinya, karena ia memang jijik, sekaligus tak terbiasa. Tapi Lion pengecualian. Lion menumbuhkan sisi feminim untuk memberinya stimulasi agar menjadi cantik seperti putri-putri dongeng. Penyebab ia memotong rambut begini pun karena setelah membayanginya dan ternyata hasilnya bagus, ia merasa pilihannya tepat. Tak lain pula, Lion-lah alasan ia ingin terlihat segar dan menarik.
"Masa?" tanya malu-malu dengan rona merah di pipi.
"Aku serius. Kau adalah perempuan pertama yang paling cantik yang pernah kulihat. Kau seperti bidadari."
Jika saja itu orang lain, sudah dipastikan Winter akan mendelik jijik dan mencibir, terparahnya menampar. Sayangnya, ini berbeda. Sosok pemujinya adalah Lion. Hati cintanya berkata itu bukan godaan, melainkan pengakuan terbesar untuk menjunjungnya bak raja menyanjung ratu.
"Kau juga tampan. Pria paling tampan yang pernah kukenal dan lucu."
Jika sebelumnya rasa suka pada Winter seperti rintik gerimis, sekarang ia sadar jika rasa ini telah berubah menjadi air terjun yang tidak akan pernah berhenti untuk mengalir, tidak akan pernah berhenti untuk mempersilakan dewi cinta menusuk hati.
Aku sangat menyukaimu, Winter. Aku sangat menyukaimu. Tatapan lembutnya berbicara tanpa suara, memandang Winter seolah Winter satu-satunya perempuan di dunia. Ia memang pernah berkata langsung pada Winter. Tapi ia tidak tahu apakah jika ia mengatakannya langsung sekali lagi, Winter akan percaya atau tidak. Intinya, rasa sukanya ini seperti bukit besi yang sulit terkikis.
Malam yang gelap, menutup rona-rona geli di pipi, tapi keduanya tahu kemerahan malu itu sudah tidak bisa ditahan dan akan diketahui satu sama lain. Lagi-lagi, hanya mata yang bisa memberikan alasan.
***
Shivan menarik pergelangan Cara, memaksa wanita itu untuk jujur. Ia sadar jika sejak tadi ia tampak membuang waktu hanya untuk memaksa. Tapi ia tak peduli karena semakin lama Adam jauh dari pandangan, keadaan hidup pria itu tidak baik-baik saja. Keluarga Adam sudah mendengar berita kehilangan dan Bright berniat untuk memalsukan yang mereka sebut kematian dengan alasan bunuh diri. Jika semua bukti menyatakan Adam bunuh diri, maka harta yang seharusnya diwariskan untuk Adam akan jatuh ke tangan Bright. Namun, yang membuat ia berusaha tidak hanya itu. Perkiraannya yang belum tentu pasti, Bright akan melakukan pembunuhan besar-besaran di keluarga Green. Ia memang tidak mengatakan itu akan terjadi, tapi setiap gerakan Bright, akan ia pantau dan petunjuknya adalah benang merah pendek yang akan semakin panjang.
"Aku yakin kau tahu di mana Adam sekarang, Cara! Jangan memancingku untuk mengasarimu!" Shivan bersumpah, di tempat sepi yang mirip gang ini bisa membuatnya gelap mata. Ia bisa memperkosa lalu membunuh Cara di sini, meskipun pada akhirnya ia akan dihantui oleh Bright, tapi ia tak peduli. Sebelum itu pula, ancaman mengenai Cara akan ia layangkan untuk Bright sebagai ultimatum. Jika masih tidak berhasil, akal gelapnyalah yang bekerja.
"Harus berapa kali kubilang kalau aku sama sekali tidak tahu, Shivan! Aku harus apa agar kau percaya?" Cara menekan kata. Ia juga sudah lelah terus-terusan dikejar dan diancam. "Aku memang tidak ada hubungannya dengan kehilangan Adam! Semua terjadi begitu saja! Kenapa kau tidak mau menerimanya dan malah menyalahkan orang lain?!"
Shivan berdecih dengan senyum miring yang terlihat melecehkan. "Sekarang aku tahu kalau kau memang tidak pernah mencintainya. Sikap tenangmu semakin menguatkan dugaanku, Cara." Hal terburuk yang hendak ia lakukan mendadak hilang. Hanya kekecewaan besar yang ia dapat dari wanita ini. Selintas pikiran untuk menyiksa Cara telah menghilang karena melalui kekecewaan dari ucapan Cara, Cara tidak peduli. Cara tidak merasa kehilangan. Jika memang Cara bukan penyebab, kini ia tahu Cara tidaklah tulus.
Shivan menarik napas panjang. Semua ini membuatnya lelah tak berkesudahan.
"Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kalau aku menemukan Adam, aku bersumpah kau tidak akan bersatu dengannya karena aku tahu kau tidak benar-benar mencintainya! Kata cintamu busuk!" Shivan berbalik, melangkah pergi dan tidak akan berbalik. Ia telah memutuskan tidak akan pernah menemui Cara lagi dalam kondisi apa pun. Ia tidak akan pernah menginginkan hubungan meskipun sekadar kenalan dengan wanita itu. Semuanya telah selesai hari ini.
Satu hal yang paling pasti yang bisa ia lakukan adalah meyakinkan keluarga Adam jika Adam akan kembali dan tidak membiarkan semua kekayaan itu jatuh ke tangan Bright.
.
.
.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembalap Miliarder ✅
RomancePertama kali publish : 18 Februari 2023 Adam Green, pembalap miliarder penyuka tantangan mengalami kecelakaan setelah menerima tantangan balapan dengan musuhnya. Tatkala membuka mata, ia kehilangan semua ingatan, semua kenangan, jati diri, tak lagi...