Chapter - 43. Jangan Lepaskan Aku

122 8 0
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------------

Adam memasangkan cincin berlian yang telah ia beli dengan senyum mengembang begitu lebar dari bibir. Cincin yang ia sematkan di jemari Winter bukanlah cincin murahan. Ia meminta Shivan mencari pengukir dan pendesain termahal hanya untuk membuat cincin terlangka karena dengan ini ia menebus apa yang Winter lakukan untuknya.

Karena ini juga, ia ingin Winter menjadi satu-satunya perempuan yang menikmati pemberiannya. Ini baru cincin, akan ada banyak material yang ia berikan untuk calon masa depan. Semoga, Winter tidak terkejut. 

Ia tidak pernah menduga harus melakukan sesuatu menggelikan seperti tadi, meskipun sudah membayangkan sebelumnya. Itu hanya sekadar membayangkan. Mana ia tahu malah jadi kenyataan. Ia pikir ia tidak harus melakukannya. Tapi demi Winter, ia akan melakukan segalanya, dari yang paling memalukan sampai yang paling menyenangkan.

Ia membawa Winter ke pelukan, memberinya kehangatan, sekaligus menerima kerinduan yang kini begitu lega di dada. Berkali-kali ia mengecup rambut Winter, menggumamkan kata-kata cinta yang tiada habis untuk dikatakan. Cinta ini menyadarkannya banyak hal. Cinta ini memberinya kehidupan. Cinta ini membuatnya membuatnya beruntung hampir mengalami kejadian menantang maut. Tanpa itu, ia tidak akan pernah bertemu Winter. Ia tidak akan pernah merasakan cinta sejati, cinta seasli ini. Ia tidak akan merasakan kenikmatan dalam cinta ini.

Winter menggigit bibir, menyembunyikan kemerahan yang begitu parah di dada Adam. Aroma asli dari Adam telah ia temukan. Sebelumnya jika berpelukan dengan Adam, ia pasti mencium wangi pakaiannya atau wangi khas dirinya sendiri. Sekarang ia tahu selera Adam seperti apa. Lelaki macho yang begitu keren. Bukankah seharusnya keren itu disematkan untuk Adam?

"Kau wangi sekali."

"Aku wangi demi dirimu. Aku wangi karena aku ingin kau mengenali wangi ini. Kau tahu, aroma ini sangat langka, loh."

Winter mendongak dengan tatapan tak percaya. "Oh, ya?"

"Ya, temanku yang meraciknya untukku. Dia serba bisa dalam segala hal. Dan kalau kau mau, kau bisa membelinya dariku. Kuberi gratis."

"Kalau begitu kenapa aku harus membelinya? Kau, kan, memberiku gratis!" Winter memprotes. Ada-ada saja Adam ini. Setelah mengetahui kelemahan Adam dalam menulis, ia malah jadi berpikir kalau Adam bisa saja mempunyai kelemahan dalam bicara juga.

Sayangnya, pasti tidak. Adam ahli dalam segala hal, hanya saja belum terasah. Ia lebih percaya kalau ia yang akan kalah dari Adam dalam menulis seandainya kalau Adam menggeluti hal tersebut.

"Tentu saja. Gratis perihal uang, tapi kau harus membayarnya dengan dirimu. Jadi kau mendapat bonus dua. Wangiku dan diriku sendiri."

Winter tertawa terbahak-bahak. Sudah ia duga jika Lion adalah perayu. Ia tidak perlu susah payah untuk memberi tanggapan karena dari tawanya sudah menjelaskan.

"Ada-ada saja kau ini. Dasar menyebalkan!" Pukulan di dada Adam memunculkan dua gelak tawa, diiringi sekaligus gelak tawa orang-orang yang memandang mereka penuh cinta dan bahagia.

"I love you, Winter," bisik Adam, tepat di depan bibir Winter. Tatapannya menggelap, bersama dengan bibirnya yang semakin dekat dan akhirnya berlabuh di bibir merah merekah Winter. Berciuman di tengah orang-orang banyak, mengungkapkan cinta yang membesar tanpa kata.

Winter mengalungkan lengan kecilnya di leher Adam, memberi respons bahwa ia akan mengatakan hal yang sama, tapi tidak bisa karena mulutnya disumpal. Tanpa berbicara pun, Adam pasti akan tahu dengan balasan lumatannya jika ia mencintai pria itu sebesar pria itu mencintainya.

Pembalap Miliarder ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang