Keesokan paginya, Levi tampak murung dan tidak bersemangat, bahkan teman-temannya tampak heran melihat ekspresi wajah pria yang biasanya begitu menyebalkan kini murung nampak uring-uringan seolah ada yang mengganggu isi kepalanya. Meskipun tampaknya memang begitu.
Farlan dan Oruo tidak ingin mengganggu Levi yang mungkin bisa meledak kapan saja, jadi keduanya pergi bolos meskipun sempat mengajak ketiga temannya yang lain. Levi tentu menolak, Hange juga lebih memilih belajar dengan Moblit meskipun tampaknya bukan itu alasannya, dan Zeke berkata bahwa ia akan menemani Levi di kelas saja.
Setelah mereka berpisah haluan, akhirnya Zeke menghampiri Levi saat ada jam kosong di karenakan guru yang sedang sakit dan tak bisa hadir. Zeke duduk di kursi samping Levi yang kebetulan kosong karena itu adalah tempat Farlan.
"Jadi apa yang mengganggumu hari ini?" tanyanya berbasa-basi, sementara Levi mendengus kesal.
"Bukan urusanmu" ujarnya dengan suara yang nampaknya memang sedang kesal sekali.
"Ayolah, kau bisa cerita apa saja, aku bukan orang asing bagimu"
Levi menghela napas, ia tahu kalau Zeke akan terus memaksanya meskipun ia tak ingin cerita. Levi juga tak bisa menyembuhkan ekspresi wajah darinya, dan akhirnya ia memilih untuk bercerita, namun tentu tidak menceritakan tentang Erwin.
"Aku suka seseorang, aku sangat ingin sekali memilikinya"
Jujur saja Zeke tampak terkejut ketika mendengarnya, namun ia berusaha untuk memperlihatkan ekspresi wajah sewajar mungkin. "Itu bagus sekali, lalu apa masalahnya?"
"Dia menolak ku!" geram Levi sedikit menyentak. "Aku mengatakan bahwa aku mau menjadi pacarnya, tapi dia menolak ku dan mengatakan bahwa aku menjijikkan"
Zeke terbelalak. "Itu sebuah penghinaan Levi, dia mengatai mu, dan kau tetap mau memilikinya sebagai kekasihmu?"
Sekali lagi Levi menghela napasnya. "Yeah.. kata-katanya memang menyebalkan, tapi aku masih tetap menginginkan orang itu, dia sangat sempurna dalam penampilan, dalam isi kepala juga, kurasa"
Kini giliran Zeke yang menghela napas. "Kalau kau memang menginginkannya, cobalah untuk meluluhkan hatinya, kurasa itu akan membuatnya menyukaimu"
"Kau pikir akan semudah itu?" ketus Levi, seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Aku tak bilang itu mudah, tapi kau harus mencobanya"
"Begitu?"
"Tentu" Zeke memberikan anggukan mantap, seolah ia meyakinkan Levi meskipun dirinya sendiri tampak tak yakin. Lalu tiba-tiba ia memukul meja keras-keras dan membuat sebagian anak mencibir dan memaki ke arah mereka. Tetapi Levi tidak mempedulikannya.
"Baiklah, aku akan mendapatkannya apapun yang terjadi. Pertama-tama.. aku harus tahu kapan aku bisa bertemu dengannya"
Levi langsung membuka handphonenya dan tak memperhatikan Zeke yang nampak mengerutkan dahi, meksipun pada akhirnya Zeke memilih untuk bersikap bodo amat lalu kembali ke kursinya, toh tampaknya Levi juga sudah tidak terlalu kesal seperti sebelumnya.
Levi sendiri langsung melakukan pengecekan pada beberapa akun media sosial di Twitter nya yang membahas tentang sekolah-sekolah Shingeki dan kegiatannya. Erwin cukup populer karena ia anak nakal yang sangat di segani oleh hampir seluruh penghuni Shingeki. Sebenarnya Levi sangat heran mengapa orang seperti Erwin yang terkenal akan kenakalannya justru sangat di senangi oleh orang-orang di sekolahnya. Sementara Levi apa? Dia malah di benci di sekolahnya, bukannya malah di senangi.
Levi berdecak kesal karena ia tidak menemukan apapun yang dapat ia temukan untuk ia dan Erwin kembali bertemu. Ia sudah mengecek hampir seluruh akun, bahkan sampai ke akun komplotan sekolah Erwin. Tidak ada apapun yang berguna yang dapat ia lihat.
![](https://img.wattpad.com/cover/331068726-288-k910447.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [ ERURI ] ✔️
Teen FictionLevi hendak menyerang komplotan dari sekolah lain yang di duga telah membuat kesal karena mereka terlihat pamer di media sosial. Namun ketika Levi menyerangnya, sesuatu yang aneh terjadi, ada seorang laki-laki pirang yang membuat Levi terpana..