Chapter 24

859 83 6
                                    

Levi bangun lebih dulu dengan Erwin yang masih tertidur memunggungi nya dan tampak sangat lelap tertidur. Levi tidak ingin mengganggunya, ia mendudukkan dirinya dan memegangi kepalanya yang sangat pening.

Sejenak Levi menatap belakang kepala Erwin, ia senang sekali karena bisa sedekat ini dengan Erwin setelah semua yang ia lakukan untuk mendapatkan pria pirang itu. Sekarang lihatlah.. dia ada di sini, di dekatnya dan semalam baru saja memeluknya.

Namun perasaannya kembali hampa, ia teringat tentang teman-temannya, ia teringat ketika mereka berkumpul bersama, dan ia teringat tentang Zeke yang mungkin masih sangat marah terhadapnya. Apa yang harus ia lakukan untuk berbaikan dengan temannya itu? Ia tidak bisa bertengkar dengan Zeke, maupun dengan ketiga temannya yang lain. Levi sudah menganggap mereka seperti saudaranya sendiri.

Levi hendak pergi dan berdiri, namun Erwin melingkarkan tangannya di pinggang nya dan membuat Levi sontak terkejut, ia menoleh menatap Erwin yang masih memejamkan matanya, namun pelukannya sangat erat sekali sampai Levi tidak bisa bergerak.

"Erwin?" Levi mencoba memanggilnya, namun pria itu hanya membalasnya dengan gumaman kecil yang tak jelas, tampaknya dia masih mengantuk, namun ia tahu Levi akan segera beranjak, jadi ia mencoba tersadar dan membuat Levi tetap tinggal di sekitarnya.

"Lepaskan aku.." Levi berbicara setenang mungkin, mencoba melepaskan tangan Erwin dari pinggangnya.

"Mau kemana?" tanya Erwin dengan suara yang amat kecil. Matanya masih tetap terpejam.

"Aku harus pergi.." Levi berucap lagi, namun Erwin tidak membiarkannya pergi dan terus memeluknya.

"Kau tidak perlu terburu-buru, ayo tidur lagi" ucap Erwin masih dengan suara yang sama.

Levi menghela napas, ia tidak bisa menghilangkan perasaan gundah di hatinya, ia ingin berbicara dengan Zeke dan menyelesaikan masalahnya.

"Aku mau pergi!" Akhirnya Levi menyingkirkan tangan Erwin dengan paksa sampai itu benar-benar terlepas. Erwin seketika menggeram kesal dan terbangun dari tidurnya. Ia menatap Levi dengan tajam seolah rasa kantuknya menghilang dengan cepat.

"Mau kemana?" tanyanya dengan suara geraman rendah.

"Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Zeke!"

Mendengar nama itu membuat Erwin terbakar muak, ia tak ingin kalau Levi terus menyebut nama itu, ia ingin kalau pria itu menikmati setiap detik ketika ia sedang bersamanya. Erwin mendekat dan langsung mencengkram kedua bahu nya.

"Diamlah di sini, semuanya bukan salahmu. Bukan kau yang harus mendatangi si Zeke sialan itu, bukan salahmu semua kekacauan ini, ini salahnya sendiri karena telah menyukaimu. Itu urusannya, bukan urusanmu!"

"Kau tidak mengerti, dia temanku, aku sudah lama bersama dengannya"

Erwin mencengkram bahu Levi semakin erat, sampai akhirnya menghembuskan tubuh kecil itu ke atas kasur kecil di sana. Erwin menindihnya, dan Levi merasakan deja vu yang sangat kuat ketika ia ingat bahwa ciuman pertama mereka di lakukan dengan hal yang sama ketika Erwin tiba-tiba menariknya dan menindihnya.

"Kau tidak akan pergi secepat itu. Kalau Zeke memang temanmu, dia akan menyelesaikan masalahnya denganmu, dia tak akan kuat berlama-lama saling diam denganmu. Zeke pasti menghampiri mu dengan sendirinya, ini bukan salahmu, kau tidak harus memohon maaf atau mengemis kepadanya untuk memaafkan kesalahan yang bahkan kau sendiri tak tahu salahmu apa!"

Levi terbelalak menatap Erwin, benar apa yang di katakan pria pirang itu. Levi tak tahu apa kesalahannya, ia juga tak tahu kalau Zeke menyukainya, Zeke sendiri tak pernah mengatakan apapun padanya. Levi berpikir kalau Zeke sama seperti nya, peduli karena mereka berteman, bukan karena saling suka. Levi tidak bersalah, bukankah itu urusan Zeke sendiri? Mengapa Levi yang harus memohon maaf?

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang