Chapter 23

696 78 4
                                    

Levi akhirnya tinggal di rumah Farlan setelah perdebatan nya dengan Zeke. Hubungannya dengan Zeke sedang tidak terlalu baik, namun Levi tidak bisa terus menerus seperti ini. Levi harus berbaikan dengannya, mau bagaimanapun juga, Zeke adalah temannya.

Namun Levi mengesampingkan terlebih dahulu masalah Zeke, besok paginya dia pergi ke tempat yang di katakan Erwin kemarin. Ia ingin tahu pekerja apa yang akan ia dapatkan, apakah sangat menyenangkan seperti yang di katakan oleh pria pirang itu sendiri?

Untungnya Farlan tidak bisa bangun cepat seperti Zeke, ia selalu bangun kesiangan dan Levi tak punya waktu untuk membangunkannya dan mengajaknya ikut menemui Erwin.

Jadi sekarang.. dia mencoba menemui Erwin seorang diri dengan menggunakan alat transportasi umum.

Tidak membutuhkan waktu lama sampai akhirnya ia tiba di pasar Tradisional yang di katakan oleh Erwin. Bahkan saat Levi baru berjalan ke arah gerbang masuk pasar tersebut, ia sudah melihat Erwin dengan seragam sekolah nya yang berdiri di depan pintu masuk. Sedang berbicara dengan seorang bapak-bapak tua penjual sayuran.

Levi berjalan ke arahnya dengan hati-hati, awalnya Erwin tidak menyadari kedatangannya, namun ketika ia menoleh dan melihat Levi, pria itu melambai dan tersenyum lebar.

"Kemari!" ujarnya tampak sangat bersemangat dari biasanya. Levi mempercepat langkahnya dan segera menghampiri Erwin.

"Apa yang akan kau tunjukkan? Pekerjaan apa?" Levi segera saja mencecar nya dengan pertanyaan. Nampaknya mood Levi kurang baik akibat perdebatan nya dengan Zeke.

"Santai saja, ayo ikut aku"

Erwin berjalan di hadapannya, membuat Levi ikut di belakang seraya mengekori nya.

"Kau tidak pergi sekolah?" tentu Levi bertanya-tanya mengapa pria pirang ini bisa berkeliaran di pasar Tradisional pada hari Kamis pagi.

"Aku masuk siang, lagi pula Mike bilang padaku bahwa gurunya sedang tidak masuk" jawab Erwin. Yang terus berjalan sampai akhirnya mereka sampai di sebuah toko di dalam pasar. Tampaknya itu adalah toko mainan anak-anak yang akan segera di buka. Levi bisa tahu dari nama toko yang ada di depannya.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Levi, namun Erwin tidak menjawabnya dan ia langsung masuk ke dalam toko yang tidak terlalu luas itu.

"Ini akan jadi toko mainan" ujar si pirang itu. "Dan pemilik toko meminta bantuan ku untuk membuat mural yang menarik di sini, agar anak-anak lebih tertarik datang ke toko yang akan segera di buka ini"

Levi mulai paham dengan apa yang akan Erwin katakan sebagai pekerjaan yang berikutnya. Pria kecil itu bersuara. "Jadi kita akan membuat mural?"

Erwin tersenyum dan mengangguk. "Dan bayarannya jauh lebih besar, kalau mural nya bagus dan menarik, bisa mencapai jutaan rupiah lho"

Levi menatapnya antusias. "Betulan?"

Erwin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku dengan senang hati mau berbagi pekerjaan ini denganmu. Itupun kalau kau mau?"

Levi hanya tersenyum, kalau saja isi hati dan isi kepalanya sedang tidak terlalu memikirkan masalah, ia pasti sudah berjingkrak kesenangan. Namun kali ini Levi hanya tersenyum kepada Erwin.

"Terima kasih, aku senang sekali mendapatkan pekerjaan ini. Sesuai dengan hobiku"

Namun sepertinya Erwin menyadari gurat ketidaksenangan di dalam wajah Levi. Pria kecil itu tidak berantusias, bahkan saat pertama kali ia datang, Levi tidak berantusias seperti yang di harapkan nya.

"Kau.. tidak senang ya?" Erwin akhirnya bertanya. "Kau lebih suka bekerja di kedai makanan?"

Levi terkejut, ia segera menggeleng cepat. "Tidak tidak, aku sangat senang, sungguh. Aku tak tahu harus bagaimana berterimakasih kepadamu karena telah memberikan aku pekerjaan yang hebat!" Levi mencoba tampak girang, namun sayangnya itu sangat terlihat di buat-buat. Erwin tak bisa di bohongi hanya dengan eskpresi wajah.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang