Chapter 20

685 77 6
                                    

Samuel menuntun Erwin menuju ke kamarnya, dan pria pirang itu cepat-cepat membuka pintu sebelum akhirnya di suguhi oleh pemandangan mengecewakan ketika tidak melihat Levi di sana. Ternyata benar dugaannya, Levi pergi dan ia menyesal karena tidak mengunci pintu.

"Ayo, aku akan obati luka-luka mu" Samuel berujar, namun Erwin membalas ucapannya tanpa menoleh.

"Kau bisa pulang, aku bisa mengobati lukaku sendiri" ujarnya, seolah baru saja kembali ke realita bahwa ia memang membenci Samuel.

Mendengar nada bicara Erwin yang seperti itu, membuat Samuel kembali berkecil hati untuk lebih dekat dengan Erwin. Namun seperti biasanya, ia selalu punya seribu cara agar Erwin mau menerimanya, meskipun tak ada satupun yang berhasil.

Samuel berpura-pura tidak mendengarkan ucapan Erwin dan ia langsung melesat masuk ketika pria pirang itu sudah membuka pintu lebar-lebar.

Samuel mengerutkan dahinya ketika Erwin tampak mencari-cari sesuatu yang berharap bisa ia temukan di sekitar sana. Samuel ikut celingukan mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan untuk membantu Erwin.

"Kamu mencari apa, Erwin-san?" tanyanya dengan suara lembut. Samuel memang memiliki suara lembut yang menentramkan hati.

"Temanku, semalam dia ku suruh tidur dan beristirahat di sini, tapi hubunganku dengan nya tidak terlalu baik. Mungkin dia kabur setelah aku pergi beberapa menit yang lalu"

Samuel menganggukkan kepalanya paham. "Memangnya kenapa hubungan kalian tidak terlalu baik? Kamu bertengkar dengannya?" tanyanya lagi, yang kini sibuk membuka-buka laci dan bersyukur karena langsung menemukan alat-alat medis di sana. Sementara Erwin terduduk lesu di kasur kecilnya ketika Samuel berjalan ke arahnya dan duduk di hadapannya.

"Dia pria yang bodoh.." lirih Erwin. "Dia mengatakan padaku bahwa dia menyukaiku secara terang-terangan. Aku sudah mengatakan padanya bahwa jangan pernah berkata hal menjijikkan seperti itu, tapi dia tidak mempedulikannya"

Jujur saja Samuel tampak terkejut. "Seorang pria? Apakah seumuran denganmu?"

"Lebih muda satu tahun" jawabnya. Erwin terdiam ketika merasakan sentuhan Samuel di beberapa bekas luka nya. Dan ia melanjutkan ucapannya. "Dia awalnya memang mengejar-ngejar aku, tapi sekarang tidak lagi, dia malah tampak kesal sekali setiap kali bertemu denganku. Dia bilang tidak ingin menjadi pria bodoh yang mengejar seseorang yang selalu menatapnya dengan pandangan jijik. Aku mungkin telah menyakitinya berkali-kali dan tak pernah menghormati perasaan nya terhadapku. Aku terang-terangan mengatakan bahwa aku akan menemui seorang gadis di hadapannya, dia marah waktu itu, dan setelahnya hubungan kami merenggang, meski aku merasa bahwa kami sempat berteman"

Samuel menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia mulai bisa mencerna semua cerita yang baru saja di katakan oleh Erwin. Ia tersenyum lembut. "Apa yang kamu rasakan sekarang setelah ia berhenti mengejar-ngejar kamu?"

Erwin menggelengkan kepalanya. Tentu ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.

Samuel tampak berpikir untuk mengganti pertanyaan. "Apakah kamu merasa kesepian? Apakah kamu merasa kehilangan dia? Apakah ada dimana saat-saat kamu merindukannya?"

Erwin tampak enggan menjawab, mana mungkin ia mengatakan terang-terangan bahwa ia merindukan Levi yang selalu mengejar-ngejarnya di hadapan orang yang sudah lama di benci nya. Erwin bahkan terkejut ketika dirinya seterbuka itu pada Samuel untuk menceritakan perihal masalahnya dengan Levi. Namun ia tidak tahu lagi siapa yang bisa ia ajak bicara untuk masalah seperti ini.

"Jujur pada dirimu sendiri Erwin. Katakan padaku apa yang kamu rasakan, setelahnya aku akan membantumu"

Erwin menaikan sebelah alisnya. "Membantu apa?"

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang