Chapter 12

648 83 9
                                    

Levi benar-benar membelinya sampai sepuluh bungkus. Sebenarnya memang hanya ada sepuluh dan Levi memborong habis semuanya. Setalah itu dia mengendarai motornya dan pergi ke kosan Erwin yang ada di pinggiran kota. Namun seperti biasa, Erwin jarang berada di sana sehingga ia hampir menyerah untuk menunggu ketika ia sudah berdiri hampir satu jam di depan pintu kamarnya yang tertutup.

Levi hendak melangkah pergi, namun ia tersentak ketika Erwin menatap datar ke arahnya di balik punggungnya. Ada kantung mata hitam seperti panda di sekitar mata nya.

"E-Erwin?" ujarnya tampak gugup.

"Ya? Mau nganter paket?" tanyanya tanpa minat, memutar kunci pintu kamar dan hendak masuk. Levi segera menahan pintunya dan memperlihatkan satu bungkus kue kering Hello Kitty yang di bawa nya.

"Mengobrol lah denganku!" geram nya tampak menyeramkan.

Erwin terbelalak dan langsung membuka pintu lebar-lebar. "I-itu.. i-itu.."

"Aku beli sepuluh!" seru Levi, menunjukkan kantung plastik yang amat sangat penuh sehingga Erwin terbelalak untuk yang kedua kalinya.

"Kau yang memborong nya, kata nya ada bocah SMP yang baru saja memborong nya, kau.. Kau yang melakukannya!"

Levi memutar bola matanya, kenapa juga penjual itu harus menyebutnya bocah SMP? Benar-benar menjengkelkan.

"Ini untukmu, jika kau mengizinkan aku masuk" ucap Levi, menyeringai lebar ke arah pria yang sedang bingung.

"Aku beli saja satu!" ujarnya.

"Kau tidak akan membelinya jika kau membiarkan aku masuk, dan aku akan memberikan semuanya secara cuma-cuma kalau kau mengizinkan aku masuk!"

Erwin terbelalak lagi, ia benar-benar kebingungan, ia tak tahu harus apa, ia tidak suka dengan Levi yang ada di dalam kamarnya, namun bingkisan kue kering itu sangat menggodanya dan membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Kapan lagi ia mendapatkan sepuluh bungkus besar secara gratis? Ini kesempatan emas.

Erwin menghela napas tampak sangat berat. "Ba-baiklah.. baiklah... Masuk!"

Levi bersorak dan langsung menerobos masuk ke dalam kamar kost Erwin yang tidak terlalu luas. Dengan senang hati ia langsung memberikan bungkusan itu kepada Erwin dan membuat pria pirang itu tampak sangat senang di buatnya. Levi tak tahu kalau pria itu sangat terobsesi dengan kue kering berbentuk kucing imut.

"Ja-jangan bilang siapa-siapa" ujar si pirang dengan suara kaku. Namun Levi tidak terlalu mendengarkannya dan lebih tertarik dengan semua barang yang ada di dalam kamar kecil itu. Banyak pilok-pilok berbagai macam warna, ada buku-buku yang penuh dengan coretan dan gambar-gambar, juga beberapa sajak yang di buat Erwin. Rasanya Levi ingin membaca lebih banyak buku yang di miliki oleh Erwin.

"Teh?" tawar Erwin tampak sangat terpaksa. Levi langsung mengangguk bersemangat karena ia sangat menyukai teh. Ia masih melihat-lihat isi kamar Erwin sementara Erwin membuatkan teh hangat untuk nya.

Levi bisa melihat poster-poster yang menempel di dinding. Kebanyakan poster tentang politik, lalu ada juga berbagai macam kanvas yang sudah terisi dengan lukisan menarik. Palet yang sudah tercampur dengan banyak warna dan kuas yang di simpan sembarangan. Erwin benar-benar definisi anak seni yang memadai.

"Kau suka melukis ya?" tanya Levi, ketika Erwin kembali dan memberikan teh hangat kepadanya. Levi meminumnya dengan hati-hati. Enak dan harum sekali.

"Dari kecil aku sudah suka melukis, menggambar, bahkan mencoret-coret tembok rumahku" ujarnya seraya terkekeh, lalu mengajak Levi untuk duduk di lantai dengan meja kecil di antara mereka berdua. Levi menyimpan gelas teh nya di atas meja.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang