Kuchel semakin memandang galak ke arahnya. Ia berkacak pinggang dan menatap tajam ke arah Erwin.
"Jangan main-main, kenapa kau bisa tahu Onyankopon?"
Erwin tersenyum. "Aku melihat sepatu merah norak yang sama seperti yang sering di kenakan Onyankopon. Aku yakin guru privat Levi adalah dirinya, aku sempat belajar dengannya ketika SMP. Dia orang yang membosankan Nyonya Ackerman, percayalah.."
Kuchel tampak marah di buatnya. "Jangan bicara sembarangan tentang dia!"
Erwin masih tersenyum. "Kalau tidak percaya, tanya saja kepada anak anda. Nyonya Ackerman, benarkan? Onyankopon orang yang membosankan?"
Levi mengangguk dengan bersemangat. "Selalu mengoceh tentang dirinya sendiri, memuji dirinya sendiri, merasa bahwa jalan yang ia pilih adalah jalan terbaik dan yang paling menyebalkan adalah dia selalu merasa bahwa pilihanku belajar dengannya adalah pilihan terbaik" Levi mencurahkan isi hatinya yang selama seminggu ini sudah ia pendam. Erwin menyeringai di hadapannya.
"Dengar?" Erwin menoleh pada Kuchel yang wajahnya sudah sangat memerah menahan amarah.
"Kau sudah membuat Levi dalam masalah, sebaiknya kau jangan pernah menemui Levi lagi!" jerit nya.
Kini Levi yang tidak terima. "Jangan bicara seenaknya, kau tidak berhak menentukan apakah Erwin boleh menemuiku atau tidak!"
"Aku datang kesini dalam damai Nyonya Ackerman" ucap Erwin tampak masih kalem. "Aku ingin menawarkan diri menjadi guru privat Levi"
Kuchel tertawa meremehkan. "Bagaimana bisa kau melakukannya? Kau bahkan tidak terlihat lebih pintar dari Onyankopon. Kau bahkan masih muda dan tampak seumuran dengan Levi. Mana mungkin kau bisa menjadi guru dari anakku!"
"Lebih tua satu tahun lebih tepatnya" ralat Erwin. "Maka dari itu aku mau tes cerdas cermat dengan Onyankopon. Jika aku menang dalam cerdas cermat ini, Izinkan aku menjadi guru privat Levi di rumah ini"
Kuchel tampak tidak menerimanya, namun ia terlalu percaya terhadap Onyankopon dan yakin bahwa ia jauh lebih pintar dari pria pirang berperawakan Eropa di hadapannya.
"Baik, kalau kau memang bisa mengalahkan Onyankopon dalam kepintaran otaknya. Aku meremehkan mu, jujur saja"
Erwin masih tersenyum. "Tentu saja aku akan di remehkan. Siapa yang akan percaya bahwa seorang anak berandalan mampu mengalahkan anak yang berpendidikan tinggi nan sombong?" kekeh nya.
"Buktikan, aku akan memberikan kalian soal yang sulit, yang bahkan tidak akan mampu kau jawab!"
"Adil Nyonya Ackerman, tentu aku akan dengan senang hati menjawab pertanyaan yang anda berikan" ucapnya. Levi tampak bersemangat untuk melihat apa yang akan di lakukan Erwin ketika menghadapi Onyankopon. Meskipun Levi juga tidak yakin apakah si pirang itu mampu mengalahkan anak berpendidikan tinggi seperti Onyankopon.
Kuchel segera saja memanggilkan Onyankopon yang masih berada di dapur. Onyankopon tampak berjalan tegak ke arah ruang tamu ketika tahu bahwa ada seorang anak laki-laki yang menantangnya cerdas cermat. Onyankopon tampak lebih bersemangat sebelumnya, namun tidak lagi setelah ia melihat siapa anak laki-laki yang menantangnya cerdas cermat.
Erwin tersenyum ke arahnya, namun jika di lihat-lihat lebih jelas, bukan senyuman ramah yang ia perlihatkan, melainkan senyum mengejek seolah ia akan mengalahkan Onyankopon hanya dalam satu ronde saja.
"Kamu kan?" Onyankopon menunjuk Erwin dengan mata yang terbelalak. Seolah baru saja bertemu dengan musuh lama.
Erwin masih tersenyum manis. "Halo Mr Onyankopon. Masih ingat saya? Tentu tidak.. itu sudah lama sekali, tapi aku senang kau masih mengingat wajahku"
![](https://img.wattpad.com/cover/331068726-288-k910447.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [ ERURI ] ✔️
Roman pour AdolescentsLevi hendak menyerang komplotan dari sekolah lain yang di duga telah membuat kesal karena mereka terlihat pamer di media sosial. Namun ketika Levi menyerangnya, sesuatu yang aneh terjadi, ada seorang laki-laki pirang yang membuat Levi terpana..