Chapter 6

687 91 3
                                    

Seperti yang Erwin janjikan, Levi bersiap-siap untuk datang ke tempat pertemuan mereka, tentu ia sangat senang karena Erwin mau mengajaknya malam ini, meskipun ia berhati-hati dan jangan sampai membuat Erwin mengusirnya.

Levi akhirnya hanya memakai pakaian untuk berolahraga karena Erwin mengatakan tentang 'maraton' yang terngiang-ngiang di isi kepalanya. Mungkin mereka akan pergi ke tempat gym atau semacam lapangan untuk jogging? Tidak ada yang tahu, dan untuk mengetahuinya, Levi harus cepat-cepat datang.

Tepat setelah ia hendak turun ke lantai bawah, handphone nya berbunyi, telepon dari Farlan membuatnya berhenti di undakan tangga dan memilih untuk mengangkatnya terlebih dahulu.

"Farlan? Ada apa?" tanya pria kecil itu tampak terburu-buru dan ingin segera menyelesaikan percakapan.

"Ada apa? Kau ingat ini malam apa? Malam Minggu Lev, ayo nongkrong sampai pagi di tempat biasa!" seru nya menggebu-gebu di seberang telepon.

Levi benar-benar kebingungan, ia tak tahu harus menggunakan alasan apa untuk tidak datang ke pertemuan mereka. Biasanya Levi dan teman-temannya akan atau bahkan wajib nongkrong setiap malam minggunya sampai menjelang fajar. Namun kali ini Levi benar-benar tidak bisa datang.

"Maaf Lan, aku tidak bisa, sungguh.." ujar pria kecil itu.

"Apa? Kau bercanda ya? Zeke mau menjelaskan tentang rencana kita menjatuhkan Erwin dan teman-temannya, bagaimana mungkin kau tak bisa datang ke acara penting begini?!" suara Farlan terdengar sangat melengking sehingga Levi sedikit menjauhkan handphonenya dari gendang telinga.

"Aku benar-benar tak bisa, ibuku sedang marah sekali, dan dia tidak mengizinkan aku keluar" Levi mencari alasan lain.

"Kau bisa melawan seperti biasanya bung!"

"Tidak bisa!" tanpa sadar Levi menyentak. "Maksudku.. dia tak pernah semarah ini sebelumnya, aku sangat takut.."

Farlan hening sejenak, namun pada akhirnya ia kembali berbicara. "Begini saja, aku akan menjemputmu, kau turun lah lewat jendela atau semacamnya, langsung ke belakang rumah dan memanjat dinding. Aku dan Zeke akan menjemputmu di sana"

Levi mengusap wajahnya dan ia hampir mengerang kesal. Dengan sabar ia kembali berbicara. "Tidak sekarang Farlan, kalau aku sudah di perbolehkan keluar oleh ibuku, aku akan langsung menemuimu, aku janji. Lagi pula kalian nongkrong sampai pagi kan? Aku pasti akan kesana ketika ibuku sudah tidur"

"Deal!" seru Farlan di seberang telepon. "Kami akan menunggumu, sampai jumpa"

"Kalian bisa mendiskusikan rencananya tanpaku—"

Namun sambungan telepon sudah di tutup dan membuat Levi menggeram kesal. Namun pria kecil itu segera berlari menuruni tangga dan pergi keluar rumah. Tentu ibunya tak akan mempedulikan dirinya yang akan pergi kemana saja, tampaknya dia sudah lelah mengurusi Levi dan memilih untuk tidak peduli.

Levi memilih untuk tidak membawa motor, karena saat itu Erwin juga tidak bawa motor. Jadi pria kecil itu berjalan menuju halte bus dan naik transportasi umum yang ternyata sangat penuh dengan pasangan anak muda yang entah ingin kemana, sepertinya mereka akan mengabiskan waktu di luar dengan bersenang-senang, seru sekali memiliki pasangan...

Tidak membutuhkan waktu lama sampai akhirnya Levi bisa keluar dari tranportasi yang penuh sesak itu, ia tiba di depan pasar yang juga sangat ramai, namun trotoar jalan di samping pasar selalu sepi setiap harinya dan juga agak gelap, tampaknya beberapa orang di daerah sini selalu percaya bahwa kejahatan seperti pencopet atau begal motor akan ada di jalan trotoar yang gelap itu. Tetapi Levi memilih untuk berjalan santai ke sana.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang