Chapter 10

712 77 1
                                    

Levi sudah merasa lebih baik sehingga ia bisa masuk ke sekolah seperti biasanya, namun hal pertama yang di carinya adalah teman-temannya yang sangat ceroboh. Levi tidak dapat melihat Zeke dan ketiga kawannya di area sekolah, akhirnya ia memanjat dinding di belakang sekolah dan sampai di warung biasa mereka nongkrong, barulah Levi dapat melihat Zeke dan yang lainnya. Mereka tampak putus asa sekali, entah apa yang di lakukan Erwin kepada mereka.

Levi berjalan ke arahnya, lalu duduk di sela-sela Farlan dan Zeke, menatap mereka satu persatu dengan mata tajam dan tangan yang ia lipat ke dada. Nampaknya keempat temannya terkejut mengetahui dirinya datang, namun keterkejutannya tidak lebih besar dari rasa putus asa atas kegagalan rencana mereka untuk membuat Erwin memohon maaf dengan keadaan telanjang bulat.

"Usaha yang bagus" Levi memuji namun itu hanya sarkastik. "Usaha yang sangat bagus, menculik Nanaba tanpa persiapan apapun bahkan tak melibatkan aku di dalamnya. Erwin hampir saja membunuhku karena mengira kalau akulah yang merencanakan semua ini!" geram Levi.

Farlan tampak sangat terkejut di bandingkan yang lainnya. "Erwin mendatangimu? Apa kau baik-baik saja?"

"Terima kasih sudah bertanya Farlan, tapi anggap saja begitu. Erwin mendatangiku dan dia marah sekali padaku"

Zeke tampak menjadi orang yang paling menyesal. "Maaf Levi, aku tak tahu kalau Erwin akan mendatangimu" lirihnya.

Levi menghela napasnya. "Kenapa kalian begitu ceroboh? Tapi salahku sih, tidak memberitahu pada kalian tentang Erwin yang sebenarnya. Erwin itu kuat sekali, dan aku akui kalau kita bukan tandingannya. Aku bahkan kalah saat pertama kali kita menyerang sekolah Shingeki. Aku di kejar olehnya dan aku terpojokkan, bahkan kalian juga begitu kan? Teman-teman Erwin sama kuatnya, mereka bukan hanya kuat, tetapi juga pintar. Mereka bertindak menggunakan otak, bukan hanya fisik seperti kalian" Levi tetap saja marah kepada teman-temannya.

Oruo ikut menghela napas. "Levi, kita menyesal, aku betul-betul tak tahu kalau hal ini akan terjadi. Kita terlalu meremehkan mereka"

Hange mengangguk setuju. "Yeah.. sangat meremehkan lebih tepatnya. Kita sangat meremehkan mereka tanpa tahu kekuatan mereka yang sebenarnya"

Levi tampak mengusap wajahnya, lalu menatap Zeke dengan raut wajah berusaha tenang. "Zeke, sebaiknya hentikan saja semuanya, berhentilah memerangi Erwin dan kawan-kawannya, sebenarnya kita tidak terlalu memiliki masalah dengan mereka, untuk apa memancing keributan?"

Zeke mengerutkan dahinya. "Kenapa seolah-olah kau ingin berdamai dengan mereka? Bukankah kita sepakat untuk menghancurkan Erwin dan kawan-kawannya? Mengapa kau ingin berhenti? Kita bisa menggunakan cara lain"

Levi tampak bingung untuk menjawab, namun ia mencoba untuk terlihat biasa saja. "Aku tidak bermaksud berdamai dengan mereka, aku hanya ingin kita tidak memiliki urusan apapun dengan Erwin dan kawan-kawannya"

Farlan tidak setuju. "Seolah-olah kita telah mundur dalam pertempuran, tidak bisa Levi. Kita terlihat seperti pecundang, apalagi setelah kejadian kemarin"

"Kau juga membenci mereka kan?" ucap Zeke penuh penekanan.

Levi benar-benar kebingungan, ia melihat teman-temannya yang tampak berambisi untuk menghancurkan Erwin. Sementara dirinya sendiri ingin sekali berdamai dengan Erwin.

"Teman-teman, aku membenci mereka, sama seperti kalian. Tapi kita tidak bisa menyerang orang lain tanpa alasan hanya karena kita membencinya. Kita yang memulai peperangan dengan menyerang sekolah Erwin, dan kita terlihat ingin mencari sensasi dengan memerangi mereka. Aku tidak mau orang-orang berpikir buruk tentang kita" Levi mencoba segala cara untuk membujuk kawan-kawannya.

Zeke, Farlan, Oruo dan Hange akhirnya terdiam untuk merenungi setiap kata yang di ucapkan oleh Levi. Meskipun tampaknya di wajah mereka masih ada keinginan untuk mencincang tubuh Erwin. Tetapi Levi lega karena mereka menerima apa yang di ucapkan nya.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang