Chapter 26

594 77 12
                                    

Levi menendang kerikil dengan sangat kesal, kerikil itu mengenai kucing jalanan yang menggeram marah kepadanya. Namun seolah sedang di rasuki kegilaan, Levi melotot kepada kucing itu dan kembali menendang kerikil hingga mengenai nya. Kucing itu kabur terbirit-birit sementara Levi menyeringai puas.

"Seandainya yang terkena lemparan kerikil itu adalah si pirang dan cewek menjengkelkan itu. Aku pasti akan jauh lebih senang" gerutu pria kecil itu.

Levi terus berjalan meninggalkan pusat kota, ia mencoba mencari tempat sepi yang tidak terlalu menyeramkan di malam hari. Dan ia menemukannya, sebuah jembatan besar dengan lampu berkelap-kelip juga beberapa pengendara yang berlalu-lalang. Levi ingat bahwa jembatan itu adalah tempat dimana ia dan Erwin sempat mengobrol bersama. Ia pernah menaiki jembatan itu dengan berakhir Erwin yang terus memegangi pinggangnya karena ia takut jatuh.

Levi mendengus kesal, rasa takut itu seolah sirna untuk sekarang. Levi memanjat jembatan itu dan langsung duduk menghadap lautan. Cahaya-cahaya dari kapal yang berlalu-lalang juga menambah kesan dramatis di malam yang tidak terlalu dingin. Mungkin sebagian orang akan berkata bahwa ini dingin, namun tidak dengan Levi, ia merasakan api panas kemarahan yang seolah membakar seluruh tubuhnya.

Levi sedang asyik menatap lautan yang berkilau oleh cahaya lampu, sebelum akhirnya ia mendengar seseorang yang memanggilnya di bawah jembatan yang sedang ia duduki.

"Apa itu kau, Levi?"

Suara yang familiar, yang bahkan sudah lama tak Levi dengar. Sebenarnya tidak sulit untuk mengenali seseorang karena tempat itu penuh dengan cahaya lampu. Levi segera menoleh dan ia bisa melihat Zeke yang berdiri gugup di belakangnya.

"Zeke?" Levi mencoba sebisa mungkin untuk tidak terlalu berantusias. Ia juga marah terhadap Zeke karena pria itu sudah mendiamkannya lama sekali.

"A-apa yang kau lakukan di tempat seperti ini? Kau bisa jatuh"

Levi mendengus. "Jika kau peduli padaku hanya karena kau menyukaiku. Sepertinya aku akan baik-baik saja, meskipun aku jatuh, aku bisa berenang sejauh mungkin"

Zeke tampak menghela napas, lantas ia mendekat ke arah Levi. Sepertinya dia tidak memiliki keberanian untuk naik ke atas, jadi ia tetap diam sambil bersandar ke pembatasan jembatan.

"Soal waktu itu.. aku memang serius mengatakan bahwa aku mencintaimu" ujarnya dengan suara pelan.

"Lalu?"

Zeke tampak kikuk sekali, namun ia mencoba untuk melanjutkan ucapannya. "Tidak bisakah aku mendapat kesempatan? Maksudku.. kita sudah bersama lama sekali, bahkan lebih lama ketika kau belum mengenal Erwin. Kenapa harus dia?"

Levi tidak memandang ke arah Zeke, namun telinga nya masih berfungsi dengan baik. "Kenapa harus dia? Entahlah Zeke.. aku awalnya memang sangat menginginkan Erwin, tapi aku berpikir untuk berhenti mengejarnya"

"Itulah, jadi kenapa kau masih ingin berteman dengannya?!"

Levi masih tidak memandang Zeke. "Begini.. Erwin memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya, mungkin sama halnya denganku. Tapi jika Erwin hanya diam saja dan memendam perasaannya terhadapku, ia tidak akan mendapatkan apapun kecuali kebencian dariku. Kasusnya sama seperti dirimu, kau temanku, kau sahabatku, aku sudah menganggapmu bagian dari hidupku sebagai teman yang selalu ada di sampingku. Aku menganggap semua kebaikan yang kau lakukan murni karena kau adalah sahabatku. Tapi kau diam saja dan tidak mengungkapkan perasaanmu padaku. Kau pengecut, dan aku di dapatkan oleh orang lain yang lebih berani mengungkapkan perasaannya di banding dirimu"

Zeke mengeratkan pegangannya pada besi-besi pembatas, kuku-kukunya tampak memutih, jelas ia sedang sangat kesal.

"Lalu kenapa.. kenapa kau tidak bisa memberiku kesempatan? Kenapa kau lebih memilih untuk memaafkan Erwin yang bahkan sudah menyakitimu dengan mengatakan bahwa dirimu pria yang menjijikkan?"

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang