Chapter 19

631 75 8
                                    

Erwin berlari cepat menuju kamar kost nya membawa Levi dalam gendongannya, namun ia sangat bersyukur ketika melihat ketiga temannya yang ada di depan kamar menantinya dengan sangat khawatir.

"Kemana saja sih kau ini? Kupikir kau tidak bisa melarikan diri dari kekacauan tadi!" sentak Mike tampak marah sekaligus khawatir.

"Tolong buka pintu, Levi harus di obati!" Namun Erwin tampaknya tidak mempedulikan dirinya sendiri, ia hanya mempedulikan Levi yang masih ada di dalam gendongannya.

Dennis segera saja membuka pintu dan Erwin langsung membawa pria kecil itu masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan tubuh kecil Levi yang penuh memar di atas kasur kecil yang tidak terlalu nyaman.

"Apa dia tidak apa-apa?" tanya Dieter tampak sangat ngeri.

"Lukanya banyak, sudah pasti terjadi apa-apa padanya" timpal Mike.

"Jangan bicara sembarangan!" sentak Erwin tampak marah, ia langsung menggeledah isi laci kecilnya dan mengeluarkan alat-alat medis berupa perban dan obat biru.

Mike dan Dieter meraba-raba bekas luka nya, sementara Dennis melihat aksi mereka dan sesekali menunjuk ke arah bekas luka Levi yang tampak menyakitkan. Erwin kesal karena mereka terus mengganggu pria kecil yang terkapar tak berdaya itu, jadi nya Erwin menyuruh mereka untuk segera pulang ke rumah saja. Lagi pula besok mereka masih harus sekolah.

Erwin mengolesi beberapa luka Levi yang sedikit terbuka, kadang-kadang secara tidak sadar, pria kecil itu akan meringis kesakitan akibat sentuhan Erwin yang tak sengaja menekannya terlalu keras. Namun Erwin mengabaikannya karena Levi belum sadarkan diri.

Setelah selesai melakukan pengobatan terhadap pria kecil itu, Erwin membereskan semua alat medis nya dan kembali duduk menatap tubuh kecil yang masih belum bergerak juga. Erwin menghela napas dalam-dalam, meskipun lukanya tidak parah, tetap saja itu terasa menyakitkan jika di lihat-lihat. Erwin juga mengobati pipi kirinya yang terkena goresan belati.

"Bagaimana cara nya kau bebas dari ibumu? Kenapa bisa berada di luar? Bukankah kau dalam pengawasan ibumu?"

Begitu banyak pertanyaan yang tak bisa di jawab oleh Levi itu sendiri. Erwin akan mati penasaran namun ia tidak mungkin bertanya pada pria kecil itu secara langsung. Mengingat hubungan mereka yang sudah merenggang dan Levi menepati janjinya untuk tidak mengganggu Erwin lagi. Sudah lama sekali Erwin tidak melihat pria yang kini sedang tertidur di hadapannya.

Karena tidak mau mengganggu Levi yang masih tertidur, Erwin hendak pergi dan membaca beberapa komik yang belum ia selesaikan, namun belum sempat ia beranjak dari tempatnya, pria kecil di hadapannya sudah mengerjapkan mata.

Erwin enggan untuk beranjak, namun ketika Levi terbelalak dan membuka matanya lebar-lebar, sejenak ia berpikir untuk bersembunyi di mana saja agar pria kecil itu tidak melihatnya. Namun ia tidak bisa melakukannya, kakinya seperti terpaku dan ia menatap Levi yang langsung terbangun.

"Sial, dimana ini?" Levi meraba-raba dahi nya yang di ikat oleh perban, tangannya juga terdapat banyak luka namun seseorang sudah mengobatinya.

Erwin tidak berani bersuara meskipun ia berada di samping Levi. Ia menunggu saat dimana Levi menoleh ke arahnya, namun ketika Levi benar-benar menoleh ke arahnya, pria itu terpaku menatap Erwin.

Perlu beberapa detik untuk membuat dirinya sendiri tersadar ke dunia nyata, ia segera berdiri dan membuat Erwin ikut berdiri.

"Mau kemana kau?" tanya Erwin cepat-cepat.

"Pulang" jawab Levi tanpa minat, ia langsung berjalan cepat menuju pintu keluar, namun Erwin segera mencengkram erat pergelangan tangannya sehingga membuat Levi berbalik.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang