Chapter 30

672 73 2
                                    

Menyelesaikan lukisan perlu beberapa hari untuk terlihat sempurna, tepat sehari sebelum seminggu berlalu, Levi hanya tinggal menyempurnakan lukisannya. Lukisan yang ia buat adalah tentang sebuah pria yang di kelilingi lingkaran hitam yang gelap namun ada titik-titik terang di setiap sisi nya. Seolah mengatakan bahwa pria yang terpuruk itu masih memiliki cahaya dalam hidupnya yang gelap meski itu hanya sedikit.

Erwin selama hampir seminggu ini, setiap pulang sekolah ia selalu memperhatikan Levi yang sedang melukis di atas kanvas nya, kadang-kadang ia akan mengganggu Levi dengan berakhir di atas ranjang. Akhir-akhir ini hubungan mereka menjadi semakin intim, meksipun Levi kerap kali marah kalau Erwin melakukannya secara berlebihan.

Akhirnya lukisan yang di buatnya selama beberapa hari ini sudah selesai, ia menatapnya dan meminta penilaian Erwin.

"Bagaimana?" tanyanya pada pria pirang yang sedang memeluk tubuhnya dari belakang.

Erwin memperhatikan lukisan itu dan tersenyum. "Benar-benar seni yang abstrak, yang bisa mengerti hanya orang-orang dengan jiwa seni saja. Tentu orang yang tak mengerti apa itu seni hanya akan mengira kalau ini sekedar lukisan tidak jelas"

Levi terkekeh, ia agak mendongak. "Kau mengerti dengan lukisan yang aku buat?"

"Tentu saja" balasnya, seraya mengecup bibir Levi dengan gemas ketika pria kecil itu masih mendongak. "Abstrak dan absurd tak jauh berbeda. Lukisan mu ini sangat menggambarkan perasaanmu yang sekarang"

Levi mengangguk dengan lesu. "Ya.. pria yang ada di dalam lingkaran hitam itu layaknya aku. Dan warna-warna hitam itu adalah gambaran dari lingkungan ku yang selalu memaksaku untuk menjadi sempurna seperti yang mereka inginkan. Lingkaran hitam itu juga merupakan rantai yang selalu mengikatku ke dalam kegelapan yang tidak berujung, aku tenggelam di dalamnya.."

Erwin mengangguk, lalu ia menunjuk pada titik kecil yang terlihat seperti kunang-kunang di dalam kegelapan. "Tapi kau masih punya titik terang di sini" ujarnya dengan suara yang lembut.

Levi tersenyum kecil.  "Titik-titik ini adalah orang-orang yang merangkul ku dalam kegelapan. Titik-titik kecil ini akan menjadi lebih terang jika kamu lihat dari sisi sebelah kiri"

Erwin tersentak. "Benar kah?" Ia segera melepaskan pelukannya pada Levi, menatap lukisan itu dari sisi sebelah kiri. Ia terkejut ketika melihat warna-warna hitam yang mengelilingi tubuh pria itu menjadi terang seakan titik terang dalam hidupnya sudah membawanya pergi dari rana kegelapan.

"Itu adalah kau" ujar pria kecil itu. "Kalau bukan karena kau yang meyakinkan ku bahwa seni bisa ku tekuni, aku tak akan pernah bisa melihat titik terang di balik warna hitam itu"

Erwin tersenyum, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Lukisan itu menjadi terang di samping kiri karena paparan sinar matahari yang menyoroti. Tentu akan sangat bagus jika di simpan di antara sisi gelap dan sisi terang.

Erwin berjalan ke arah Levi, sedikit membungkuk sampai akhirnya ia mencium bibir pria itu dengan lembut, seolah lewat ciuman itu, ia mengatakan tak akan pernah meninggalkan Levi dan akan selalu menuntunnya dalam cahaya yang menerangi nya di kegelapan. Erwin akan menjadi penyelamatnya, dan ia akan membantu Levi supaya bisa di terima kembali oleh ibunya.

Erwin melepaskan ciuman nya, mengusak rambut pria kecil itu dengan sangat gemas. Lantas memberinya kecupan di dahi.

"Aku mencintaimu Levi, aku senang bisa menuntun mu sejauh ini"

Levi tersenyum menatapnya. "Aku senang bisa mendapatkan mu dalam hidupku, aku tidak kecewa saat diriku sempat di tolak olehmu ketika aku mengejarmu. Namun satu hal yang perlu kau tahu, aku tak pernah menyesal karena telah mengejarmu..."

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang