Chapter 7

687 77 4
                                    

Levi mengerjapkan matanya ketika dirasa bahwa sinar mentari masuk lewat celah-celah jendela yang gordennya baru saja di buka oleh seseorang. Setelahnya pria kecil itu langsung tersentak dan bangun dari tidurnya.

"Levi!" pekik seseorang yang berdiri tak jauh darinya, tampaknya orang itulah yang barusan membuka gorden dan membuat Levi terbangun karena cahaya matahari yang menyilaukan.

"Erwin? Dimana ini?" tanyanya menatap sekeliling, ia ada di ruangan dalam satu petak yang sangat rapi sekali, buku-buku tersusun di rak, ada komputer di pojok ruangan, tembok-tembok penuh sekali dengan mural yang unik-unik dan ada banyak foto-foto Erwin dengan teman-temannya terpajang di dinding. Apakah ini rumah Erwin?

"Ini kosan ku" ucap Erwin, menghampirinya dan duduk di tepi tempat tidur yang menyatu dengan lantai, tempat tidur sederhana yang tidak memiliki kaki ranjang.

"Aku tak tahu kalau kau benar-benar tinggal di tempat ini" ucap Levi, masih menatap sekeliling dan ia membayangkan betapa bergelimang harta nya keluarga Erwin namun si pirang itu memilih untuk tinggal di sini karena ego nya yang tak bisa menerima keputusan ayahnya.

"Aku tak mampu menyewa apartemen, tentu aku tinggal di sini, aku juga bekerja paruh waktu" ujarnya, menatap Levi dengan senyuman kecil. "Kau baik-baik saja kan?"

"Aku baik-baik saja.." ujar pria itu tampak malu. "Maaf merepotkan mu, aku tiba-tiba saja pingsan begitu"

Erwin terkekeh. "Kenapa tidak bilang padaku kalau kau sensitif terhadap makanan pedas sebelumnya? Aku bisa saja menghentikan mu memakannya, aku juga tak akan memaksa kalau itu benar-benar membahayakan mu"

Levi menghela napas, Erwin terlanjur mengejeknya dan ia tidak mau kelihatan lemah hanya karena tak bisa memakan makanan pedas. Akhirnya ia memutuskan untuk memakannya demi gengsi.

"Maaf tidak memberitahumu dari awal, kau jadi kerepotan harus membawaku kemari" ucap Levi agak menunduk.

"Tidak masalah, lagipula tubuhmu ringan sekali, menggendong mu tidak membuatku keberatan sama sekali" ucap Erwin santai, yang membuat Levi bernapas lega.

"Terima kasih sudah membantu—"

"Tidak masalah" Erwin langsung menyahut. "Mau sarapan pagi? Ayo kita cari makan di luar" ujarnya.

"Cari makan?"

Erwin mengangguk. "Aku tidak sempat memasak, soalnya semalam aku tidak belanja bahan makanan dan makanan di kosanku sudah habis. Kita sekalian jalan santai dan menikmati sinar matahari pagi, itu baik sekali untuk tubuh, ayo"

Erwin mengulurkan tangannya pada Levi, pria kecil itu segera menerima uluran nya dan pergi ke wastafel untuk mencuci muka. Setelahnya kembali pada Erwin yang sudah menunggunya di ambang pintu dengan wajah berseri-seri.

"Ayo Levi!" seru nya, membuka pintu dan mereka keluar. Levi bisa melihat kamar-kamar lainnya yang masih tertutup rapat dan sebagian orang keluar hanya untuk mandi. Namun ini hari Minggu, semua memilih bersantai dalam kamar mereka.

Mereka berjalan di sepanjang trotoar yang tidak terlalu ramai kendaraan di jalan nya, mungkin karena tempat kost Erwin ada di pinggiran kota yang jarang terjamah kendaraan, sehingga polusi udara tidak terlalu menyebar kemana-mana. Levi menghirup udara banyak-banyak hingga rasanya paru-paru nya menjadi lebih baik.

"Mau sarapan apa?" tanya Erwin, berbalik menatap Levi lantas berjalan mundur, namun anehnya dia tidak terjatuh seolah sudah tahu seluk beluk dari jalan yang tengah ia injak itu.

"Apa saja, yang menurutmu lezat" ucap Levi, membuat Erwin yang masih berjalan mundur tampak memutar bola matanya, dan Levi semakin terkejut ketika Erwin dengan lancarnya berbelok di sebuah tikungan tanpa terjerembab.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang