Chapter 9

624 83 0
                                    

Keesokan paginya, Erwin berangkat menuju sekolah seperti biasanya, dengan motor sport kesayangannya tanpa memikirkan beban apapun tentang ayahnya yang berkunjung semalam. Ia menunggu teman-temannya di sebuah perempatan jalan raya yang tidak terlalu ramai. Tidak lama kemudian Mike dan Nile datang bersamaan, membuat Erwin menoleh dan menyapa mereka.

"Pagi yang cerah ya?" Erwin menyapa keduanya seraya tersenyum lebar.

"Begitulah, tidurmu nyenyak?" Mike bertanya tanpa minat, ia celingukan menatap ke belakang Nile yang sedang menguap lebar.

"Dennis mana? Biasanya jam segini sudah nangkring di atas motor sambil malak anak-anak SMP" ucap Mike yang masih celingukan, sementara Erwin tertawa kecil di depannya.

"Telat mungkin?" Nile bersuara dengan nada yang setengah mengantuk, tampaknya dia begadang semalaman.

"Nanaba dan Eld juga belum datang, biasanya mereka datang sama-sama" Erwin ikut menimpali dan celingukan seperti Mike di belakangnya.

Mike menatap jam di lengannya, menunjukkan hampir pukul tujuh pagi, dan kalau Eld dan Nanaba tidak datang dalam waktu sepuluh menit lagi, mereka pasti akan telat sampai ke sekolah.

"Apa sebaiknya kita susul mereka?" usul Erwin.

"Boleh saja" Nile bersuara, lantas menatap handphone nya untuk memastikan jam, tetapi ia langsung mengerutkan dahinya ketika membaca pesan dari Dennis. "Si Dennis sakit, dia tidak bisa masuk sekolah"

Mike mendengus. "Orang sepertinya bisa sakit juga ya?"

Erwin tertawa. "Mungkin dia sedang berburu event game terbaru yang keluar beberapa Minggu ini, katanya game itu di bagikan secara gratis di mall Paradise"

Kini Nile yang mendengus geli. "Pantas saja mendadak sakit, perasaan kemarin-kemarin masih sehat-sehat saja tuh"

Mike menggelengkan kepalanya, akhirnya ia mengusulkan untuk pergi ke rumah Nanaba saja sebelum pergi ke rumah Eld yang memang lebih jauh dari rumah Nanaba. Tidak membutuhkan waktu lama sampai akhirnya mereka tiba di sebuah rumah mewah yang sangat mencolok di antara rumah-rumah lainnya. Ibu Nanaba adalah seorang wanita pemilik toko baju yang sangat besar di pusat kota, bahkan memiliki merek nya tersendiri dan itupun cukup terkenal di hampir sepuluh negara.

Tapi Erwin, Mike dan Nile mengerutkan dahinya ketika melihat Eld yang tampak berbincang-bincang dengan seorang wanita paruh baya berambut pirang yang masih terlihat sangat cantik, sudah pasti itu adalah ibu nya Nanaba. Ibunya Nanaba tampak khawatir sekali dan Erwin beserta dua temannya langsung turun dari motornya.

"Tante, ada apa?" Erwin tampaknya telah menyela perbincangan Eld dengan ibu Nanaba. Ibu Nanaba menoleh ke arah Erwin dengan mata berkaca-kaca.

"Erwin, apa Nanaba bersamamu? Semalam dia tidak pulang ke rumah setelah pamit keluar untuk membeli bahan masakan. Aku tidak tahu dia kemana, biasanya dia akan pulang cepat karena tahu bahwa besok harus sekolah"

Kini Erwin lah yang mengerutkan kening. "Kami tidak pernah nongkrong jika besok bukan akhir pekan Tante. Kami bahkan tidak saling bertemu semalaman. Kapan kira-kira nya Nanaba pergi dari rumah?" akhirnya Erwin bertanya, membuat keempat temannya menjadi semakin tegang dan panik.

"Jam delapan malam, belum terlalu malam, tapi dia tidak juga pulang.." lirih sang ibu.

Mike tampak memegangi dagu nya. "Jam delapan malam salah satu di antara kita tidak kemana-mana kan? Bahkan kita saling berbicara di grup chat. Apa Nanaba punya kenalan lain selain kita?"

Eld menggeleng. "Nanaba tidak punya kenalan lain di sekolah, dia hanya akrab dengan kita"

"Teman-teman.." Nile yang selalu update tentang apapun di sosial media—bahkan Twitter komplotan Erwin akun nya di pegang olehnya—bersuara seraya menunjukkan sesuatu di DM Twitternya, ada akun bodong tanpa profil yang mengirim foto Nanaba tengah menangis dan di ikat di sebuah kursi tanpa lengan.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang