Chapter 13

590 77 2
                                    

Levi terbangun ketika di rasa seluruh tubuhnya menjadi sangat sakit. Ia mengerjapkan matanya sebelum akhirnya membuka lebar-lebar, di atasnya masih tertidur pulas seorang pria pirang yang tampak damai dalam mimpinya, ada dengkuran halus yang membuat wajah Levi agak panas terkena napasnya.

Levi tidak berani berkutik, namun ia juga tampak keberatan dengan Erwin yang ada di atasnya, tubuh Erwin dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya, dan ia sedikit pengap. Tapi masih nyaman dengan posisinya, kapan lagi ia bisa sedekat ini dengan pria yang di dambakan nya?

Namun tak butuh waktu lama untuk Erwin membuka matanya dan membuat Levi pura-pura tertidur kembali di tempatnya. Pria pirang itu mengerjapkan matanya, sebelum membuka nya lebar-lebar dan tampak sangat terkejut melihat pria kecil yang tertidur di bawahnya.

Erwin segera menyingkir dari atas tubuh Levi yang tidur tampak pulas. Meskipun sebenarnya Levi hanya pura-pura tertidur saja. Dan Erwin tampak menghela napas kesal saat tahu bahwa ia tertidur dalam dekapan pria kecil yang menjengkelkan itu.

Setelah Erwin tidak terdengar lagi di sekitarnya, barulah Levi membuka mata dan mengintip apa yang kini sedang di lakukan Erwin. Sekilas ia melihat pria pirang itu yang pergi keluar membawa handuk. Kebetulan kamar kost Erwin tidak memiliki kamar mandi dan jika ingin mandi, ia harus pergi keluar dan mengantri dengan penghuni kost yang lain.

Sepeninggalan Erwin. Levi segera membereskan barang-barang yang berserakan, hendak membersihkan kamar yang sebenarnya tidak terlalu berantakan. Levi mengambil sapu, alat pel dan juga membersihkan jendela serta meja dan rak kecil yang sedikit berdebu. Tidak butuh waktu lama bagi Levi untuk membersihkan seluruh kamar itu, sampai ketika Erwin kembali ke kamarnya, ia melihat sekeliling dan tampak berbinar.

"Kau membersihkannya?" tanyanya, seraya menyimpan handuk di sembarang tempat.

"Ya, kau sendiri mau kemana? Nongkrong?"

Erwin menggeleng seraya menata rambutnya dengan sisir. "Ke sekolah, aku harus ikut ekstrakulikuler" ujarnya.

"Tidak libur? Ini kan hari Sabtu?"

Erwin menggeleng seraya mengambil bola voli di sudut ruangannya. "Setiap hari Sabtu, sekolah Shingeki tidak libur dan mereka wajib mengikuti ekstrakurikuler yang di laksanakan"

"Ekstrakulikuler menjadi nilai wajib?"

Erwin mengangguk seraya memainkan bola voli di atas kepalanya. "Begitulah, aneh sekali ya? Padahal menurutku yang menjadi nilai wajib itu seharusnya mata pelajaran yang di ambil dari masing-masing jurusan. Bukannya nilai ekstrakurikuler nya"

Levi terkekeh. "Setiap sekolah kan punya peraturannya masing-masing. Kalau di sekolah ku, attitude menjadi nilai wajib bagi para siswa. Sayangnya tidak ada yang peduli akan hal itu"

Erwin tersenyum kecil. "Tapi attitude itu kan bukan nilai wajib. Itu memang kewajiban yang tak perlu di nilai dan mesti di tetapkan di kehidupan sehari-hari"

Levi mengangguk setuju. "Aku mengerti"

"Aku mau pergi ke sekolah, kau mau pulang sekarang?" tanyanya.

Levi tampak menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ka-kalau ikut denganmu boleh?"

Erwin memutar bola mata. "Jangan bodoh Levi. Mana mungkin kau pergi ke sekolah ku. Apalagi sebagian anak-anak sudah mengenalmu, bisa-bisa kau kena masalah"

Levi tampak kecewa, ia menatap Erwin yang sudah memasukan bola voli kedalam tas nya. Ia menoleh ke arah Levi dan memintanya untuk segera keluar agar ia bisa mengunci pintunya.

"Kecuali kalau kau mau terkunci di dalam kamarku sepanjang hari ini. Aku sih tidak masalah" ujarnya yang hendak menutup pintu. Membuat Levi segera berlari keluar sebelum Erwin benar-benar menutupnya. Setelah itu barulah Erwin mengunci pintunya tanpa mengatakan apapun lagi pada Levi.

Mine [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang