Naf'an tengah duduk bersama adiknya di teras rumah, sambil mencemili kacang rebus buatan Ibu.
"Mas, masa tadi aku ketemu Kak Rai. Aku nyapa dia, terus dia nanyain kabar aku." Kata adiknya.
"Dimana?"
"PS." Naf'an hanya mengatakan 'oh' tanpa suara. Sebenarnya, mendengar itu, Naf'an lumayan senang. Mengingat, setelah jam istirahat kedua tadi wajahnya terlihat murung. Bahkan di koridor tadi ia sempat melihat Rai menangis. Mungkin Rai menghibur diri dengan pergi ke Plaza Senayan sendirian.
Ya meskipun ia tidak tahu masalahnya, setidaknya ia senang Rai tidak sedih lagi--eh? Ya pokoknya gitu lah.
"Mas tuh masih suka berantem sama dia?" Naf'an tersentak dari lamunannya.
Adiknya tau mengenai Rai karena dulu sempat satu sekolah waktu SMP. Jadi waktu Naf'an dan Raina kelas sembilan, Adiknya kelas tujuh.
"Sebenarnya gue sama dia tuh nggak berantem, dek. Cuma dia tuh kayak gampang emosi gitu, jadinya kita kayak berantem." Mecca terkikik. "Tapi kalian lucu tau, kayak love-hate relationship gitu." Naf'an melemparkan kulit kacangnya ke tempat sampah--tapi sayangnya gagal masuk. Kalau ibu tau, ia bisa langsung di lempar sandal swallow burik milik bapaknya.
"Hate relationship doang. Gada Love nya."
"Halaaa, awas, nelen ludah sendiri nggak enak loh. Kalo aku denger mas deket sama kak Rai aku ketawain pake toa mushola." Naf'an tersedak kacang yang baru sampai tenggorokan. Omongan itu sama seperti yang Naf'an utarakan pada Raina beberapa hari yang lalu. Laki-laki itu terbatuk, membuat Mecca harus memukul-mukul punggungnya.
"Wah, jangan-jangan udah baper nih?"
"Apasih nggak---uhuk-uhukk!"
Jangan sampe ni bocah tau gue sebangku sama Bocil.
"Ngaku deh, mas."
"Eng--"
"Kalian, beliin gula di warung." Keduanya serempak menoleh melihat ibu yang menyodorkan uang dua puluh ribu. "Kembaliannya buat kalian." Mecca langsung merebutnya, kemudian berlari dari kejaran Naf'an. Tahu begini mending Naf'an saja yang membelikan gula. Lumayan kan lima ribu buat beli es krim.
"Heh udah, udah. Eca buruan beliin."
Hidup Naf'an memang sesederhana itu. Tapi rasanya ringan dan bahagia. Biasanya ada bapak juga yang turut bergabung di teras, mencemili kacang rebus
"Itu roti siapa di meja makan? Banyak banget satu kresek."
"Punya mas. Di kasih pak satpam, katanya grand opening toko roti istrinya, terus mas suruh bagiin."
"Lah, terus kok masih banyak?"
"Kata orangnya gapapasi kalo mas ambil sendiri." Ibu menggeleng mendengar kelakuan putra sulungnya. Dia memang selalu nyeleneh dan susah di tebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules Semeja!
FanfictionHari ini Rai memakai jepit rambut Lotso nya lagi. Tidak ada yang salah dengan jepit rambut itu, hanya saja afeksi yang di timbulkan membuat Naf'an harus dua kali kerja--menjadi tempat terurainya kegalakan Rai, dan juga mengatur detak jantungnya. Sua...