Kemarin Nude mogok di jalan. Rai tidak tahu penyebabnya tapi sepertinya kemasukan air karena hujan memang cukup lebat saat itu. Rai mencoba menghubungi Daniel, tapi katanya masih di Bandung ke kondangan saudara.
Ayolah pacarmu disini sedang urgent, dan lo malah enak makan rendang sambil foto-foto. Gak waras. Tapi ya sudahlah, Rai tidak mungkin menyuruh Daniel untuk pulang sekarang juga karena pasti akan memakan waktu. Sekarang gimana caranya Rai bisa sampai di tempat les tanpa harus meninggalkan Nude sendirian.
Sampai seseorang berteriak dari balik helm bogo hitam nya. "Cilll! Ngapain disitu?" Rai sempat celingukan siapa itu, tapi begitu pemiliknya membuka kaca helm, Rai langsung menjawab keras.
"Motor gue mogok!" Dari tempatnya berdiri, Rai melihat Naf'an turun dari motornya, lalu menghampiri Rai. Agak berguna juga ruko yang kosong ini. "Kok bisa mogok?" Tanyanya.
"Kayaknya kemasukan air. Gimana nih, mar? Gue mau les." Sebenarnya Rai gengsi curhat begitu, takut di kira minta anterin atau apa. Tapi satu-satunya orang yang ia kenal saat ini hanya Naf'an. "Gue anterin, motornya taro aja sini. Nanti gue bawa temen buat benerin."
"Gapapa..?"
"Gue tau lo males, gengsi, atau apalah tapi kalo urgent tolong simpen dulu, oke?" Rai mengangguk. Kok bisa nurut sih? Naf'an menaikkan motorn Rai sampai bisa berteduh di depan ruko, tidak lupa di kunci ganda agar tidak di curi orang. Nafan juga mengambil rantai dan gembok dari dalam jok motor untuk mengunci ban motor Rai. Ini kelewat niat sih, Rai hanya mengangumi betapa cekatannya Naf'an.
Nggak salah nih? Mengagumi banget bahasanya?
Sempat-sempatnya Rai menepuk-nepuk pipinya agar sadar kalau itu hanya Naf'an.
"Ayo." Setelah itu, untuk pertama kalinya Rai bonceng Naf'an. "Eh bentar telpon temen gue dulu."
Naf'an agak sibuk dengan ponselnya beberapa saat, lalu sambungan telepon mulai terhubung.
"Halo? Iya sorry lo baru di sini tapi gue udah minta tolong aja."
"..."
"Loh luar kota? Oke gue tunggu nanti. di depan ruko.." Naf'an sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. "Ruko apa?" Tanyanya pada Rai. "Emas gemintang."
"Di ruko emas gemintang, jalan .. kayak nggak kepake gitu,"
"..."
"Motornya Scoopy warna ungu nude. Oke, makasih, bang Dannnn sayang banget deh sama lo." Rai menatap risih cowok di depannya yang kini mulai memasukkan ponsel ke dalam saku seragam sekolah dengan susah payah karena memakai mantel. "Temen lo?"
"Iya, bang Daniel, inget nggak? anaknya kan lagi di Jakarta, gue manfaatin lah, sayang tuh jurusan teknik otomotif nya kalo ga di pake pas urgent." Naf'an menjawab sambil menjalankan motornya. "BANG DANIEL??"
Dan pertanyaan terkejut lainnya keluar dari mulut Rai. "Kenapa emang??"
"Eung.. gapapa.." gimana nggak inget, orang hari-harinya di isi oleh suara Daniel. Aduh.. kalau kak Iel tahu itu motornya dia akan salah paham nggak ya?
Hatchimm!
Ha. Ha. Hatchimm!
"Sakit lo?"
"Efek kehujanan aja kali.." jawab Rai sambil mengusap hidungnya yang sudah mulai keluar ingus. "Ini kemana?"
"Belok kanan, terus ada ruko-ruko pokoknya di sana." Naf'an mengangguk mengiyakan. "Lo nggak lagi buru-buru kan? Ngapain juga lo tadi lewat situ?"
"Sebenarnya mau jemput Eca. Tapi dia pasti mau nunggu kok, kan gue lagi anterin kakak kesayangannya." Nada mengejek dan menyindir Naf'an membuat Rai tertawa. Oo jadi begini Mas Naf'an kalau lagi jealous sama adiknya..
Drrt.. drrt..
"Eh bentar, bokap gue nelpon." Naf'an menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Tidak biasanya papa menelpon. Karena tidak mau kena amuk tanpa alasan, jadi Rai segera menekan tombol hijau dan menggesernya. "Halo, pa?"
"Dimana kamu?"
"Di jalan, mau les."
"Miss Diana lagi di Bandung, les libur hari ini. Jadi pulang dan jangan keluyuran."
"Mau makan dulu boleh nggak?"
"Makan apa? Mama kamu masak capek-capek, kamu malah makan di luar!! Cepetan!" Rai nyengir dan mematikan telepon sepihak, tidak peduli di sebrang sana papa sudah menyumpah serapahi anak tunggalnya.
Rai lupa soal itu, Miss Diana, tutor les nya selama ini kan mama nya Kak Iel, jadi kemungkinan ikut kondangan ke Bandung. "Puter balik. Gue gajadi les."
"Lah?"
"Sorry.. tapi tutor gue ada keperluan, jadi libur.. maaf ya, Damar.."
"Hadeh ngerepotin aja sih lo!" Sungutan dari Naf'an membuat Rai tersulut. "Lah? Yang tiba-tiba nawarin nganterin kan lo?? Kenapa jadi nyalahin gue? Gue juga nggak tahu kalo kalo bakal libur? Lain kali kalo nggak ikhlas gausah sok-sokan bantuin, buat apa sih? Caper lo?" Mereka berkotak mata lewat spion sebelum keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.
Yang membuat Rai lebih kesal lagi, Naf'an tertawa setelahnya.
"Boong guee! Bocilnya baperan hahahah!"
Dan sore kemarin berakhir mereka makan bakso di dekat ruko gemintang. Bang Daniel di kabarkan pulang malam jadi Naf'an mencoba memperbaiki Nude. Baru mau magrib di percobaan 44 pakai starter, Nude baru bisa menyala kembali.
Seperti biasa, saat pulang mama dengan raut khawatirnya, dan papa--oh papa belum pulang jadi Rai aman. Tapi rentetan pesan dari Kak Iel membuat Rai agak panik.
Tapi jari nakalnya mengetik dan menyuruhnya berbohong.
🌷🌷🌷
NOTES:
Chapter ini di ciptakan karena aku juga lagi denial di antara dua cowok. Satunya keren banget, satunya lagi keren banget + ganteng. Ya kayak Bang Daniel sama Mas Naf'an gitu..
Bedanya, Rai punya cowok, sedangkan gwejh jomblo:v
Kurang ajar emang, mendahului author nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules Semeja!
FanfictionHari ini Rai memakai jepit rambut Lotso nya lagi. Tidak ada yang salah dengan jepit rambut itu, hanya saja afeksi yang di timbulkan membuat Naf'an harus dua kali kerja--menjadi tempat terurainya kegalakan Rai, dan juga mengatur detak jantungnya. Sua...