Dari pagi Rai masih murung. Naf'an tahu pasti tidak semudah itu melepaskan orang yang biasanya mengisi hari-harinya. Tapi untuk ukuran Rai, mungkin bisa di bilang lebih baik.
Dia tidak sedih berlarut-larut sampai harus menangis tiap saat karena mengingat berakhirnya hubungannya dengan Daniel.
"Hoodie lo masih belum kering. Besok nggak apa-apa?"
"Ya." Jawab Naf'an seadanya. Perutnya keroncongan. Hari ini Naf'an bekal lagi. Pakai rawon plus kecambah pendek dan sambal. Jangan lupakan kerupuk udang warna peach yang paling Naf'an suka itu.
Ketika bell istirahat berbunyi dan pelajaran di akhiri, Naf'an langsung mengeluarkan kotak bekalnya. Dia membawa dua, yang satu lagi di sodorkan ke Rai. Membuat pemiliknya bingung.
"Buat gue?" Tanyanya.
"Buat Mala." Guyon Naf'an. Rai mengatakan 'oh' tanpa suara. Kecewa. "Jealous yaa? Buat lo Bocilll."
"Apasih?!" Rai ketus, tapi tetap membuka kotak bekal dari Naf'an. Matanya berbinar begitu menemukan kuah rawon yang hitam dan pekat di sana.
"Makasih.." ciut Rai.
Naf'an terkekeh. Gengsinya benar-benar lebih tinggi dari langit. "Lo bisa nggak kurangin kadar kegalakan lo ke gue? Apa nggak bosen galak terus?"
Rai menoleh ketika selesai menuangkan kuah hitam itu di atas nasinya, aroma rempah berupa keluak dan teman-temannya kian menguat ketika bercampur nasi yang masih hangat.
Gadis itu menatap Naf'an dengan sedikit menyalang. Seperti ingin menemukan sosoknya di kedua mata Naf'an.
"Mau lo sogok pake 1000 panci Rawon mama lo, gue nggak akan mengurangi kadar kegalakan gue ke elo, Damar."
Naf'an benar-benar tidak habis pikir dengan jawaban Rai yang begitu di luar nalar. Sebenci itu??
"Oke. Ibuk gue juga gak bakal sudi bikinin lo 1000 panci Rawon. Ngarep banget."
Lalu mereka melanjutkan makan. "Jadi sebenernya apa alasan bang Daniel ninggalin lo? Lo juga nggak coba tanya-tanya lagi?" Naf'an bersuara.
"Dia ga bilang apa-apa, dan gue males nyari tau."
Naf'an tidak berharap di jawab. Ia bahkan berfikir kalau Rai akan mencebiknya dengan kalimat, "bukan urusan lo" seperti sebelum-sebelumnya. Jadi mendengar Rai yang.. ekhem, meluluh, Naf'an agak senang.
"Kai sama Mala udah tau?"
"Udah. Gue ceritain semuanya semalem." Rai menghela nafas. "Lo juga ngapain sih pake bocorin gue sakit segala? Gue pengen istirahat sambil deep talk sama mama jadi gagal."
"Ya sorry, ntar temen-temen lo jealous kalo tau Rai-main-sama-temennya-yang-lain." Rai menolehkan sedikit kepalanya. "Temen gue yang lain? Siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules Semeja!
FanfictionHari ini Rai memakai jepit rambut Lotso nya lagi. Tidak ada yang salah dengan jepit rambut itu, hanya saja afeksi yang di timbulkan membuat Naf'an harus dua kali kerja--menjadi tempat terurainya kegalakan Rai, dan juga mengatur detak jantungnya. Sua...