Dari namanya sih Naf'an kelihatan kalem. Naf'an Damar Langit. Tapi dulu, begitu tahu bentukan Damar kayak gitu, Rai langsung ilfill keduluan.
Ya meskipun Damar yang sekarang nggak sedekil dulu, tapi tetap aja ngeselin. Sebenarnya mereka nggak pernah kenalan secara resmi. Maksudnya awalnya cuma saling tau nama aja, terus kebetulan satu TK, SD, SMP, ya taulah sekarang juga satu bangku pas SMA.
Rai juga bosen kok, tiap PPDB di buka, nama yang tertera Naf'an lagi-Naf'an lagi. Gara-gara sering ketemu pas ambil raport, dan kebetulan pas SD mereka tetanggaan, bunda dan ibu Naf'an jadi kenal.
Mau tau seasing apa mereka?
Mereka nggak saling follow sosmed. Ig, Twitter, kayaknya cuma Facebook doang sih, Naf'an yang add friend dari 2016 sampai sekarang nggak di confirm. Karena seperti yang Rai bilang di atas, dia udah terlanjur ilfill.
Nah kalau sosmed aja nggak, WhatsApp dan Line apalagi. Mereka bener-bener kayak nggak kenal sama sekali padahal sering satu kelas. Kadang, Rai sampai mengeluh sendiri, apa kotanya kurang besar untuk menampung sekolah ya? Apa sekolah negeri lainnya masih kurang?
Rasanya terlalu kebetulan sampai mereka di satukan dalam satu sekolah berkali-kali.
Rai melirik kertas rules mereka di bawah jendela, kemudian beralih menatap Naf'an yang lagi nulis rumus di papan tulis, "apa dia ngikutin gue ya?" Gumamnya.
Gadis itu mengubah posisinya dari menompang dagu jadi menyandarkan punggungnya sambil mengyilangkan tangan.
"Gila si Bu Sri, masa suruh ngerjain semua?? Dipikir gue cucunya Albert Einstein apa."
"Saya dengar itu, Naf'an." Laki-laki itu melotot, untung dia memunggungi Bu Sri, kalau guru matematika minat itu melihatnya, bukan hanya Naf'an yang akan dapat hukuman, tapi satu kelas. Wanita itu sangat menjunjung tinggi nilai solidaritas.
Sedangkan Rai melirik Naf'an yang kembali duduk di tempatnya.
Bu Sri kembali menjelaskan rangkaian angka itu hingga bisa di hitung, sebenarnya Rai sudah mengerti, ia tidak begitu menikmati liburan dan menghabiskan waktunya untuk les. Mempelajari materi-materi yang akan datang di kelas sebelas. Jadi, rasanya ia muak melihat bagaimana angka-angka itu terbentuk.
Saat fokus-fokusnya, Rai mendengar suara grusak-grusuk dari bangku sebelah, alias Naf'an. Karena geram, Rai pun menghentikan kegiatan menulisnya dan meletakan pulpen dengan keras.
"Lo bisa diem nggak sih?!"
"Gak bantu nyari, mending diem." Jawab Naf'an sambil terus merogoh-rogoh tas abu-abunya. Setahunya tas itu dari kelas sembilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules Semeja!
Hayran KurguHari ini Rai memakai jepit rambut Lotso nya lagi. Tidak ada yang salah dengan jepit rambut itu, hanya saja afeksi yang di timbulkan membuat Naf'an harus dua kali kerja--menjadi tempat terurainya kegalakan Rai, dan juga mengatur detak jantungnya. Sua...