"DAMAR! BALIKIN PULPEN GUE!"
Naf'an panik sampai keluar keringat dingin. Laki-laki itu bahkan sampai mengungsi ke kelas sebelah. "Gila bisa mati gue kalo dia tau pulpennya ilang.."
"Lagian lo gimana sih? Pinjem-pinjem di ilangin." Jawab Zalva yang tak mengindahkan temannya menggerutu di bangku belakang. Itu bangku milik Kai. "Ya mana gue tauu, gue taro di saku kayak biasa tapi pas gue mau balikin udah ilang."
Dari dulu Raina memang selalu protektif dengan barang miliknya. Terutama pulpen, pensil dan antek-anteknya. Selain ada di rules mereka berdua kalau pinjem barang harus di kembalikan, gadis itu pasti akan mengomel tidak ada hentinya.
"Gimana nih, Zal.."
"Masa lo takut sih sama dia? Kalo ga ketemu tinggal beliin yang baru, kan beres."
"B-bukan takut! Cuma gue males denger dia ngomel."
Zalva mendengus, temannya ini memang aneh. Keduanya langsung menoleh ke arah speaker yang terpasang di pojok depan kelas karena suara bell berganti mata pelajaran terdengar. Artinya free class di kelasnya mungkin akan berakhir karena sudah berganti guru. "Lo balik deh, bentar lagi gurunya dateng."
Naf'an pasrah. Paling nanti dia akan kena omel dan membelikan pulpen yang sama.
Saat keluar dari kelas Zalva, ia bertemu dengan Kai dan Mala. Kedua gadis itu menatapnya aneh. Tapi ia acuh dan tetap berjalan.
"Fan."
Sementara Kai memanggilnya. Naf'an berbalik. "Apaan?" Jawabnya.
"Raina masuk hari ini?"
"Lah bukannya kalian temennya, masa nggak tau?" Baru setelah itu Naf'an kembali melanjutkan untuk kembali berjalan ke kelas. Konspirasi di otaknya mulai di satukan. Mungkin.. bad mood nya Rai karena dia sedang bertengkar dengan kedua temannya.
"Balikin pulpen gue!"
Naf'an tersentak. Ayolah baru saja ia masuk ke kelas. "Dam--"
"Lo bisa stop manggil nama bapak gue nggak sih??" Rai menutupi mulutnya, menyembunyikan wajah terkejutnya. "Nama bapak lo Damar?"
"Iye."
"Ya mana gue tau! Lagian Naf'an terlalu bagus buat lo yang nyeleneh." Laki-laki itu melotot. "Lo yakin ngomong gitu?? Apa selama 12 tahun lo nggak menyadari kalo gue itu ganteng?" Rai speechless. Bagaimana.. bagaimana bisa ada orang sepede Damar--maksudnya Naf'an.
"Ngomong lo sama tembok! Lagian percuma kalo lo beneran ganteng, 12 tahun gue nggak pernah liat lo gandeng cewek." Naf'an memangut-mangut mengerti. "Oke.. lo mau liat gue gandeng cewek ya?"
Rai rolling eyes, sudah begitu malas menanggapi dan memilih melanjutkan nonton di iPad kesayangannya.
"Gue akan buktiin itu ke elo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules Semeja!
FanficHari ini Rai memakai jepit rambut Lotso nya lagi. Tidak ada yang salah dengan jepit rambut itu, hanya saja afeksi yang di timbulkan membuat Naf'an harus dua kali kerja--menjadi tempat terurainya kegalakan Rai, dan juga mengatur detak jantungnya. Sua...