🎀🌷💌: Karena Nggak Semua Orang Bisa Bertahan Sampai Akhir

55 8 0
                                    

Dor!! Dor!! Dor!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dor!! Dor!! Dor!!

"MAS! MAS! BUKA, INI URGENT!!" Naf'an dengan nyawanya yang belum terkumpul setengah itu hanya menyumpah serapahi adiknya yang sudah gedor-gedor pintu kamarnya pagi-pagi.

Dengan langkah beratnya Naf'an bangkit dan membuka pintu, "MAS—"

"Apa? Ganggu tidur orang aja lo?!" Laki-laki itu berucap sambil mengucek matanya. "Ada hal yang harus lo konfirmasi sekarang juga!" Gadis itu memperlihatkan layar hp nya. Terlihat ada foto dua orang—laki dan perempuan—yang tengah berfoto di sebuah cafe. Itu Rai yang memeluk Daniel dengan erat, dan Daniel berpose mengacak rambut Rai.

"Ini apa?!"

Jujur, Naf'an terkejut. Di balik wajah bantalnya ada rasa tidak suka melihat foto itu. Ternyata Daniel tidak berbohong. Dia benar-benar pacar Raina.

Dan Naf'an memilih berlalu. Membiarkan tangan Eca yang mengangkat ponselnya tetap di udara.

"Mas!" Dan tentu saja Eca kesal karena telah di abaikan.

"Raina udah punya pacar. Jadi lo jangan jodoh-jodohin dia sama gue lagi." Mungkin air dingin di kamar mandi bisa membuatnya sadar. Tidak, bukan sadar diri, tapi ia ingin sadar bahwa Naf'an tidak benar-benar menyukai gadis itu.

No, BIG NO.

🌷🌷🌷

Ketika Eca yang sedari pagi terus mencari-cari kekurangan Daniel. Maka teman-temannya tidak.

"Gila, bro, Rai keren banget dapet kayak bang Daniel." —Renja.

"Gue juga nggak paham, lo tahu kan bang Daniel itu panutan kita pas futsal." —Idan.

"Raina yang mukanya kayak jomblo ngenes aja bisa dapet ya? Mana kayaknya udah lama lagi." —Zalva.

Dan Naf'an tidak berkomentar apapun. Mereka memang hobi ngomongin Rai dan circle nya. Terutama Zalva yang memang sudah mengincar Kai. Tapi kalau orang-orang cintanya terhalang restu orang tua.

Ini malah cinta terhalang restu bestie.

Bang Daniel emang keren. Dia presiden ikatan alumni 2020. Penyumbang piala terbanyak dari IPS, prestasinya kebanyakan non-akademik sih, kata temen-temennya otak Daniel sudah di forsir untuk mengatur strategi futsal, tidak sempat memikirkan hal lainnya selain pelajaran.

Tapi bang Daniel nggak sebodoh yang Naf'an banyangkan. Setidaknya dia selalu berada di paralel 5 besar di kelas.

Jadi ketika teman-temannya membicarakan kerennya Daniel, Naf'an akan ikutan nimbrung. Tapi ketika topiknya di tambahi dengan Raina di dalamnya, Naf'an jadi enggan.

Apa ya.. Naf'an insecure.

Dan Naf'an jadi membenci Daniel tanpa alasan karena gadis itu. Bukan, sebenarnya Naf'an bukan membenci, tapi dia iri.

Puk!

Naf'an tersadar ketika bahunya di tepuk Zalva. Mungkin laki-laki itu merasa kalau ada yang nggak beres dengan temannya. "Kenapa diem?"

"Serah gue lah." Jawab Naf'an sambil menghembuskan asap rokok ke udara. "Kapan hari lo main sama bang Daniel kok ga ajak-ajak sih?"

"Orangnya ngajak mendadak, nggak ada persiapan juga." Balas Naf'an santai. Renja berdehem, "eh, ngomong-ngomong gimana reaksi lo pas tau ternyata bang Daniel pacar Rai?"

Naf'an agak terkejut dengan pertanyaan itu. Tapi ia sembunyikan dengan menyesap kopi hitam yang belum ia sentuh sama sekali.

"Reaksi apa maksud lo? Mereka pacaran ya tinggal pacaran aja kali, ngapain butuh reaksi gue?" Ketiga temannya saling berpandangan begitu mendengar jawaban agak ketus dari Naf'an.

Sampai orang yang mereka bicarakan tiba-tiba berada di depan Naf'an. "Oi oi oi." Sapa Rai pada keempat cowok di sana.

Naf'an melirik sekitar ketika hanya menemukan Mala di belakang Rai yang berjongkok membetulkan sepatunya. Entah kenapa helaan nafas lega nya keluar dan mengundang orang-orang untuk menoleh.

Yup, tanpa bang Daniel.

🌷🌷🌷

"Reaksi apa maksud lo? Mereka pacaran ya tinggal pacaran aja kali, ngapain butuh reaksi gue?"

Rai tahu seharusnya ini tidak benar. Merasa sakit dengan apa yang ia dengar dari mulut Naf'an barusan. "Eh ada anak-anak, Mal, samper yuk?"

"Oh, bentar gue benerin sepatu dulu."

Luasnya Jakarta yang ia tinggali, memang bukan tidak mungkin menemukan sekumpulan cowok-cowok yang dulu sekelas dengannya. Hari ini setelah pulang bimbel Mala bilang gabut, sedangkan Kai keluar dengan mamanya. Jadi anak itu mengajaknya ngopi-ngopi ringan di daerah Menteng.

Agak capek sih kalau di pikir-pikir, Rai bahkan belum menyentuh kasurnya sama sekali, tapi ia sudah biasa. Tapi mendengar Naf'an berbicara seolah Rai itu bukan sesuatu yang penting, Rai merasa capek lagi.

Mereka tidak bertegur sapa. Laki-laki itu sibuk merokok dengan diam, hanya melirik Rai sebentar dan sibuk dengan dunianya lagi. "Darimana kalian?" Tanya Idan. "Dari rumah lah, nih anak tiba-tiba ngajak ngopi." Tunjuk Rai pada Mala yang sudah selesai membenarkan sepatunya.

Di saat yang bersamaan Naf'an menatapnya. Tatapan itu seolah berkata, "lo nggak di marahin?" Dan di saat Rai mengerutkan keningnya, Naf'an mengalihkan pandangan.

"Mau gabung nggak?" Tanya Renja kali ini. Rai sudah mau membuka mulut, tapi Mala keburu menjawab dengan sorak senang. "Mau dong! Katanya ada discount beli mile crepe all variant buy 3 get 1! Nanti bill kita di satuin aja ya! Hehehe." Bisa apa Rai selain menarik kursi dan duduk di sebelah Mala.

Sedangkan depannya persis di isi oleh Naf'an dan Zalva.

Fak, canggung banget. "Kai mana?" Tanya Zalva setelah tadi sibuk dengan ponselnya. "Kai lagi keluar sama mamanya." Jawab Rai. Sebenarnya ada yang perlu ia bahas dengan Zalva. "Eh, Zal, gue mau nanya sesuatu deh." Rai berbicara pada Zalva. Tapi seluruh atensi langsung tertuju padanya. Kecuali Naf'an yang memandang arah lain.

"Kejadian ini memang udah agak lama, Kai bilang, lo deketin dia dua bulan yang lalu." Rai menjeda ucapannya.

"Tapi kenapa tiba-tiba lo ngilang sekarang? Bukannya kalo lo serius dan kalo ada banyak hal lain yang jadi tantangannya, bukannya lo harus hadepin?"

"Karena nggak semua orang bisa bertahan sampai akhir. Lo nggak bisa ngekang orang lain buat dapetin apa yang dia mau, perjalanan itu nggak semulus apa yang lo lihat kalo lo nggak ngelakuin sendiri." Bukan Zalva. Tapi Naf'an dengan santainya menjawab pertanyaan yang bukan ditujukan untuk dia.

Jadi ketika Naf'an menyerah, ia sukar untuk bangkit lagi? Mencari lagi apa yang ia mau?

🌷🌷🌷

NOTES:

To bangh Naf'an Damar Langit. Ngomongin diri sendiri bangh? Wakakakak

Naf'an: /😿😾😿😸😿😾😿

Rules Semeja!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang