30. Kejadian Di Pagi Hari

5.9K 349 25
                                    




Dering ponsel untuk yang kesekian kalinya mengusik tidur Virga. Pemuda itu menggeliat, mengucek matanya yang masih terasa berat, tangannya meraba kasur mencari di mana ponselnya berada. Tanpa melihat si penelpon, Virga meletakkan ponselnya di telinga.

"Kamu semalam gak datang, Ga?"

Itu suara Azella.

Virga terpaksa membuka matanya dan melihat alarm di atas laci samping kasur. Masih jam empat subuh, pantas benda bulat itu belum berbunyi.

"Aku udah nyiapin semuanya, aku nungguin kamu semalaman tapi kamu gak datang, Ga. Aku telponin dari malem baru jam segini kamu angkat. Jangan bilang kamu dari tadi main sama cewek lain?!"

Di seberang sana suara Azella meninggi.

Virga mengubah posisinya menjadi duduk. Ia benar-benar lupa jika ada janji temu dengan gadis itu. Setelah makan malam yang lagi-lagi sendiri tanpa Atya, Virga bermain game di kamarnya hingga tertidur dan tidak mengetahui Azella menelponnya.

"Virga, kamu denger aku gak si---"

Prang!

Virga tersentak, bergegas berlari melempar ponselnya begitu saja. Pemuda itu membuka pintu kamar dengan tergesa, menuju dapur dengan langkah lebarnya.

"Kenap---"

"Meow."

Di dapur seekor kucing berdiri di dekat wastafel, pecahan piring berserakan di lantai. Virga melihat sekeliling, tidak ada keberadaan Atya di sana. Pemuda itu menghela napas lega. Baguslah jika gadis itu tidak kenapa-kenapa.

"Lo ngapain di rumah gue, Cing?" tanya Virga pada kucing oren yang kini beringsut mundur menjauhinya.

"Meow."

"Kagak ada. Pagi-pagi gini bini gue belum masak, gak ada makanan buat lo! Pergi sono!" Virga mengibaskan tangannya ke arah kucing itu. Bukannya berlari menuju pintu, kucing itu justru melompat ke arah rak yang membuat beberapa piring jatuh berserakan.

"Anjing lo! Keluar dari rumah gue!" Virga mengambil sapu, mengarahkannya pada si oren yang semakin berlari kalang kabut.

Hewan berbulu itu berlari ke arah kamar, Virga mengejar kucing itu menuju kamar mandi. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Virga yang berlari segera mengerem dengan menahan tangannya di antara kedua sisi pintu.

Atya memejamkan matanya erat, melihat virga yang hendak menabraknya. Kedua tangan gadis itu meremas ujung handuk di dadanya.

Virga yang terkejut memfokuskan pandangannya. Napasnya masih memburu ketika netranya membola.

Atya di depannya memejamkan matanya erat, tubuhnya sedikit membungkuk ke belakang. Rambut gadis itu basah, dengan luka cukup lebar di pelipisnya. Wajah gadis itu juga basah.

Virga menurunkan pandangannya. Jakunnya bergerak naik turun. Pundak Atya yang putih mulus terlihat jelas, lengannya memang kecil, kedua tangannya meremas handuk yang ia kenakan.

Virga menelan ludahnya susah payah.

Handuk sebatas atas lutut itu sedikit memperlihatkan pahanya yang tak kalah mulus. Betis Atya semampai dan sedikit berisi.

Lagi-lagi Virga menelan salivanya.

Sepanjang betisnya, bulir-bulir air mengalir membasahi lantai kamar mandi. Jari-jemari kaki Atya tampak mungil dan bulat, terlebih kelingkingnya yang hampir seperti bola kelereng.

Handuk putih itu melilit di tubuh Atya. Virga kembali menaikkan pandangannya. Matanya terfokus pada apa yang ditutupi kedua tangan gadis itu.

Tidak merasakan sesuatu yang menabraknya, Atya membuka sebelah matanya, melihat Virga yang terfokus menatap ke arah dadanya. Tangan kanan gadis itu dengan cepat menampar pipi Virga sampai wajah tirusnya sedikit tertoleh.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang