Virga terkejut tiba-tiba sebuah gerobak melintas di depannya. Pemuda itu segera menginjak rem hingga ban motor bagian belakang terangkat lebih tinggi dari badannya.
"Hei! Gimana sih pake motornya?!" Bapak yang mendorong gerobak berteriak marah, menunjuk Virga dengan emosi. "Turun kamu! Kamu kira ini jalan milik kakek kamu? Asal kebut-kebutan aja!"
Pemuda masih dengan seragam sekolahnya itu turun dari motor, menghampiri bapak penjual siomay yang tak henti-hentinya mengomel.
"Liat nih, kaki saya jadi sakit gara-gara kamu! Sekarang gimana saya mau jualan?!"
Virga mengabaikan bapak itu yang terduduk di aspal masih mengomel, ia memilih membantu pria bernama Rio itu berdiri. Pak Rio sedikit terhuyung dan berakhir berpegangan pada gerobaknya.
"Mana siomay saya masih banyak lagi."
Virga memperhatikan siomay dalam gerobak yang tinggal setengah, lalu melihat sang penjual yang memegangi kakinya.
"Saya gak mau tau, gantikan saya menjual siomay jika tidak mau saya melapor karena hampir menabrak saya sampai kaki saya terkilir."
"Apa? Bapak yang benar aja dong. Saya harus jualin dagangan Bapak? Dikiranya saya anak orang miskin ap---"
Virga mengulum bibirnya membuat ucapannya menggantung. Pemuda itu memang bukan anak orang miskin, tapi hidupnya sekarang tidak berbeda dengan hidup orang yang kekurangan.
"Saya gak mau tau, pokoknya kamu jualin dagangan saya atau saya lapor ke polisi. Liat, di sana ada cctv." Tunjuk Pak Rio pada atas toko bunga yang tak jauh dari sana.
"Sial," desis Virga yang tidak didengar oleh bapak itu. Virga membuka kemeja sekolahnya dan memasukkannya ke dalam tas, kini pemuda itu hanya memakai kaus hitam yang sedari tadi dipakai di dalam kemeja putihnya.
"Cepat, jualin dagangan saya!" desak bapak itu.
Virga berdecak kesal, menaruh tas punggungnya di atas jok motor yang sebelumnya telah diparkir di tempat yang memungkinkan. Sedangkan Pak Rio memilih duduk di pinggir jalan di bawah pohon rindang memijat kakinya.
Virga mulai mendorong gerobak siomay melalui pedagang kaki lima lainnya. Pemuda itu berteriak dengan keras, menjajakan jualannya kepada pejalan kaki di pinggiran jalan.
"Siomay siomay!"
Seraya memukul pentungan kecil yang disediakan, Virga terus mendorong gerobak dan berteriak.
"Siomay!"
"Coba, Adek Ganteng, tante mau siomaynya lima puluh ribu."
Mata Virga membola, melihat tante-tante dengan dandanan menor melambai ke arahnya. Pemuda itu bergidik, tetapi tetap mendorong gerobaknya mendekat ke arah wanita itu.
"Li--lima puluh ribu, Tan?"
"Iya. Ih, kamu masih muda udah congek aja telinganya." Wanita itu berkata dengan centil, jarinya menyentuh lengan Virga yang kekar. Selanjutnya wanita itu bergerak seperti cacing kepanasan, menggeliat sendiri merasakan otot lengan Virga yang keras.
Meski merasa risih dan sesekali menjaga jarak dengan wanita itu. Virga membuatkan pesanan sang tante.
Hanya memasukkan siomay ke dalam plastik dan menuangkan bumbu kacangnya.
"Ya ampun, kamu masih muda gini udah jualan. Kerja sama tante aja. Enak kok, enggak kepanasan, kamu tinggal bikin tante uh-ah udah dapet duit gede."
Virga bergidik ngeri. Setelah menerima uang dari wanita itu buru-buru mendorong gerobaknya menjauh. Ayolah, dengan Tante menor bertubuh tambun itu? Virga juga pilih-pilih pasangan kali. Dan satu lagi, dia tidak mungkin menjadi berondong tante-tante girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Wife
Fiksi RemajaEnd tanggal 18 Mei 2023 Sebuah insiden membuat Virga Bimoora terpaksa menikah dengan seorang gadis introvert. Virga yang pembangkang, brandal dan kaku harus menghadapi sifat seorang introvert yang misterius dan membingungkan. Apalagi mereka tinggal...