41. Pantai Dan Malam Itu

6.1K 347 17
                                    



Pukul 17.18.

Virga baru pulang dan langsung memarkirkan motornya di teras rumah. Motor matic Atya sudah terparkir cantik di tempatnya. Virga membuka pintu yang saat itu tidak terkunci.

Aroma masakan menyeruak indra penciuman. Virga menghirupnya dalam, melempar tas sekolahnya ke sofa dan berjalan menuju dapur. Membuka panci di atas kompor, ada dua bungkusan dari daun pisang yang sedang dimasak.

Pintu belakang terbuka, Virga ke belakang rumah untuk menemukan Atya. Gadis itu sedang menyiram gundukan tanah yang dibuat memanjang beberapa baris.

"Lo nyiram apa, Ya?"

Mendengar suara Virga gadis itu menoleh, dengan dagu menunjuk kemasan kecil yang masih ada isinya di meja kayu. Kemasan itu adalah bibit cabai, tomat dan kangkung yang Atya beli kemarin.

"Ya, lo masak apa itu? Kayaknya enak, gue udah laper."

Atya yang sudah kembali menyiram benih yang baru di tanam tidak menoleh, menjawab dengan singkat pertanyaan Virga, "Pepes."

"Pepes apa? Pasti enak tuh. Udah matang belum itu, Ya? Gue mau makan." Virga menepuk perutnya yang terasa kosong, menghirup aroma masakan yang sampai sini masih tercium baunya.

"Pepes belut."

Virga yang sedang menikmati aroma lezat dari masakan Atya membuka mata, menelan ludah susah payah. "Kenapa harus pepes belut, sih, Ya? Enggak ada ikan lain apa? Itu bungkusannya ada dua. Pasti satu pepes belut buat lo, yang satunya pepes gurame buat gue."

"Tidak. Dua-duanya pepes belut." Atya menaruh ember yang telah kosong ke samping keran air, mencuci tangan dan kaki sebelum masuk ke dalam, meninggalkan Virga yang memasang wajah lesu.

"Selain itu lo masak apa lagi?" Virga mengikuti Atya masuk, melihat bagaimana gadis itu mengangkat dua bungkusan dari daun pisang dan menaruhnya di wadah. Makanan itu sangat menggoda, hanya saja daging yang dimasak adalah daging belut.

"Hanya ini. Mau dimakan, tidak mau yasudah." Selanjutnya gadis itu menaruh masakannya ke meja makan, menutupnya dengan tudung saji lalu bergegas masuk ke kamarnya.

Virga menelan ludahnya. Membayangkan hewan licin dan lincah itu, ia menelan ludahnya susah payah. Saat hidup saja sudah menggelikan seperti ular, bagaimana jika sudah dimasak? Tangan pemuda itu terasa berat saat membuka tudung saji, membalik piring dan mengisinya dengan nasi. Satu bungkus pepes dibukanya. Di dalamnya terdapat beberapa potongan belut berbentuk tabung yang dipotong dengan ukuran sama.

Virga mencomot daging pepes dengan jarinya. Meski merasa perutnya bergejolak tapi ia tetap memasukkan daging yang sudah ia ambil ke mulutnya.

Kunyahannya berhenti, matanya membola, bibirnya tersenyum merasakan makanan yang ia makan ternyata lezat. Virga mulai menyantap masakan Atya itu dengan nasi.

Atya keluar dari kamar, menaruh sebungkus rokok di meja depan Virga lalu kembali ke kamar.

"Masakan lo enak, Ya."

"Besok-besok masak lagi kaya gini, tapi jangan belut."

"Ya, besok kita ke pantai yuk!"

***

Virga memotong jam pelajarannya. Pukul dua siang dimana waktunya Atya pulang sekolah, Virga diam-diam pergi dari sekolah tanpa sepengetahuan guru. Pemuda itu mengendap-endap keluar pagar, sedikit berlari menuju warung makan di pinggir jalan tempatnya menitipkan motor.

Ia kendarai motornya dengan kecepatan tinggi, ingin segera sampai rumah dan bersiap mengajak Atya ke tempat yang telah ia janjikan.

Sampai di rumah, tidak ada motor Atya di teras, gadis itu belum pulang dari sekolah. Virga segera masuk ke dalam dan membersihkan diri di kamar mandi, bersiap menggunakan pakaian terbaik untuk kencan yang akan ia dan Atya lakukan.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang