53. End

17.7K 716 101
                                    

Malam hari setelah pesawat Atya lepas landas.

Virga menatap layar ponsel bercasing hitam itu, menunggu balasan pesan yang ia kirimkan kepada Atya. Dia yakin pesawat sudah mendarat beberapa jam yang lalu, mungkin juga Atya telah sampai di apartemen yang disiapkan Deors. Namun, gadis itu tak juga memberinya kabar. Pesan yang dia kirim hanya centang satu pertanda Atya belum mengaktifkan ponsel. Dia melihat profil Atya yang memang kosong sejak lama.

Pemuda itu menaruh ponsel di samping tubuh yang berbaring, memandangi langit-langit kamar dengan bantalan kedua lengan. Rumah sederhananya kini terasa sepi, tidak terdengar suara aktivitas di luar kamar. Biasanya jika bukan bunyi pisau berpadu talenan, dengungan blender atau mesin cuci yang menghiasi hari.

Atya memang pendiam, tetapi tanpa kehadirannya hidup Virga terasa hampa. Pemuda itu seakan kehilangan semangat hidup, bahkan sejak pulang dari bandara perutnya sama sekali tidak terisi makanan. Mendadak Virga merindukan pepes belut masakan istrinya.

Pemuda itu berguling, berbaring tengkurap lalu mengambil ponsel untuk mengecek lagi pesannya.

Virga :
Ya, udah sampai belum? Bagaimana keadaan di sana?

Masih sama, yaitu centang satu. Virga kembali meletakkan ponsel, kekhawatiran mendera pikirannya. Atya pertama kali menaiki pesawat dan harus pergi sendiri tanpa ditemani keluarga. Bagaimana jika istrinya mabuk udara? Apa Atya tetap sehat di sana?

Cepat-cepat Virga menggeleng untuk mengenyahkan pikiran buruk yang menyusup begitu saja. Dia mencoba berpikir positif. Mungkin saja Atya kelelahan, sehingga setelah membereskan barang bawaan dia langsung tidur. Lagian, selama ini gadis itu memang mudah pulas jika kelelahan sedikit saja.

Akhirnya Virga tidak lagi mengirim pesan kepada Atya. Dia turun dari kasur dan keluar dari kamar menuju dapur untuk membuat makan malam. Biasanya Atya yang memasak, kini dia harus memasak untuk dirinya sendiri.

Sebelum memulai menyiapkan bahan-bahan masakan, Virga memandangi sekeliling dapur dan ruang tamu. Bayang-bayang Atya berseliweran seakan-akan gadis itu masih berada di rumah ini.

"Lihat, Ya, rumah kita sepi banget gak ada lo."

Mata Virga terpusat pada foto di dinding belakang sofa. Beberapa foto pengantin mereka menggantung apik di sana. Ada foto Atya dan dirinya yang duduk bersandingan, menunduk dengan pakaian pengantin mereka.

Lalu Virga mengamati foto lainnya. Di sana terlihat dia mencium kening Atya. Angel foto diambil dari belakang istrinya, sehingga wajah mereka tidak terlihat jelas. Di dalam foto itu Virga tampak kaku mencium kening Atya.

"Meow ...."

Ititi mendongak di samping kaki Virga, menatap lekat wajah pemuda yang menjulang tinggi itu. Virga menoleh ke bawah, mengulas senyum tipis lalu berjongkok untuk mengelus kucing berbulu oren lebat itu.

"Apa? Kamu nyariin Mama, ya? Mama gak ada. Mama lagi di negeri nan jauh mengejar cita-citanya. Yuk, sama Papa aja. Papa yang buatin makan. Oke?" Suara Virga terdengar serak dan pertahanannya goyah. Ititi terdiam melihat Virga menitikkan setetes air mata.

***

"Bunda, Aya gak bisa dihubungi ini gimana?" Virga merengsek masuk ke rumah mertuanya seraya terisak, mengadu kepada Mawar yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Mawar dan Kai saling pandang, pasalnya beberapa jam yang lalu mereka baru saja bertukar kabar dengan anaknya.

"Gak bisa dihubungi gimana, Virga?"

"Gak bisa Bunda, chat yang Virga kirim centang satu terus." Pemuda itu menunjukkan ponselnya. Seakan melupakan jati dirinya sebagai laki-laki, dia tersedu-sedu di depan kedua mertua.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang