36. Virgaatya

5.6K 368 39
                                    

Nah, siapa yang minta interaksi Virga dan Atya dibanyakin?

Nih aku kasih satu bab full Atya dan Virga

Semoga kalian suka💞

Happy reading🤗❤️

Saat Virga pulang, masih terdengar suara ponsel di kamar Atya. Virga melihat arloji di tangannya. Pukul 00.12.

"Dia belum tidur jam segini?" tanya Virga pada dirinya sendiri. Pemuda itu masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Tidak biasanya Atya jam segini belum tidur. Biasanya lewat jam sembilan keadaan rumah sudah sepi tidak terdengar suara lagi di kamar gadis itu.

Virga keluar dari kamar mandi dan suara ponsel masih terdengar. Namun, suara cenderung berulang-ulang sepertinya berasal dari suatu video. Iseng-iseng pemuda itu mendekatkan telinga di daun pintu.

Daun pintu terbuka membuat Virga hampir terhuyung masuk jika tidak segera menahan kenop.

"Lah, tumben pintunya gak dikunci." Virga mendorong pintu sedikit terbuka, sekedar melihat sedang apa Atya di dalam. Gadis itu berbaring di kasur, sepertinya tidur, tapi ponselnya masih menyala.

"Astaga. Dia ketiduran sampe gak matiin hp." Pemuda itu memutuskan untuk masuk, niatnya hanya untuk mematikan ponsel. Di layar ponsel sedang berputar video di sebuah aplikasi. Sepertinya gadis itu sedang men-scroll toktik sebelum akhirnya tertidur.

Virga mengembalikan tampilan ponsel ke layar beranda, mematikan ponsel dan menyimpannya di atas laci.

"H-hah!" Atya menggeliat, berbaring miring dan meringkuk. Kondisi tubuhnya tidak sedang terbungkus selimut.

Virga memakaikan selimut pada gadis itu. Menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahnya. Pipi gadis itu tampak basah, sekitar matanya juga terlihat memerah.

"Atya nangis?" gumam Virga, memperhatikan sekitar mata Atya yang tampak sembab. Ibu jari pemuda itu mengusap bekas air mata di pipi Atya. Benar, gadis itu sempat menangis sebelum tidur. Tapi, tunggu, sepertinya ada yang aneh dengan suhu tubuh kulit gadis itu.

"Atya demam?!" Virga hampir memekik ketika memeriksa kening Atya dengan telapak tangan. Kening gadis itu terasa panas. Virga terserang panik. Melihat jam yang sudah menunjukkan tengah satu dini hari.

"Gimana ini? Dimana ada klinik terdekat? Di rumah ada obat penurun demam gak, sih? Pertolongan pertama pas demam apa, sih?"

Virga mengambil ponsel dari saku celananya. Mencari tahu cara menurunkan demam.

"Di kompres, ya dikompres air hangat." Virga berlari ke dapur, memeriksa dapur yang tidak tersedia air hangat. Apa harus mengambil air dari dispenser?

Pemuda itu mengambil handuk kecil dan baskom, mengisi baskom dengan air hangat dari dispenser lalu kembali ke kamar. Gadis itu masih meringkuk, tubuhnya tampak menggigil. Virga meletakkan baskom di lantai samping kasur, membuka selimut yang menutupi tubuh Atya.

Dicelupakannya handuk ke dalam air hangat, memerasnya dan meletakkan handuk tersebut dil kening Atya. Berulang-ulang, tapi suhu tubuh gadis itu tak kunjung menurun.

Virga memutuskan memanggil Kai. Dalam keadaan seperti ini tidak mungkin membawa Atya sendiri hanya dengan motor.

"Halo, Virga, Atya kenapa?" Sepertinya Kai merasakan ikatan batin dengan Atya hingga tahu anaknya sedang tidak sehat.

"Atya demam, Yah, bagaimana ini? Virga gak bisa bawa dia ke rumah sakit pakai motor. Udah Virga kompres tapi demamnya gak turun-turun."

Wajah Atya tampak pulas tertidur meski sekarang bibirnya bergetar. Virga mencelupkan kembali handuk ke dalam air dan menaruhnya di dahi Atya setelah diperas.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang