47. Berangkat Ke Desa

5.2K 363 13
                                    



Virga dan Dares membelokkan motornya ke sebuah warnet. Bersamaan mereka melepas helm full face-nya. Dares menyibak poninya yang menutupi kening, sedangkan Virga mengacak-ngacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Mereka turun dari motor ninja mereka, berjalan bersampingan memasuki warnet.

Dares yang memilih komputer untuk bermain. Mereka duduk bersampingan yang dibatasi kubikel warnet. Dengan headset yang terpasang di kepala mereka, dua pemuda itu serius dengan pertempuran di layar komputer.

Berjarak satu meja di depan meja mereka, seorang gadis fokus pada komputernya. Tangannya dengan lincah menari-nari di keyboard komputer. Matanya sangat fokus menatap garis dan kode yang tertera di sana. Jarinya menekan tombol pada mouse, mengunci kursor pada sesuatu di sana.

"Nah ini!" serunya lirih. Gadis itu mengambil ponsel yang tergeletak di samping komputer. Meja kanan dan kirinya kosong, membuatnya bisa tenang tanpa ada yang mengetahui sedang apa dia.

Atya menyambungkan komputer dengan ponselnya. Mengotak-atik keyboard komputer hingga layar ponselnya menunjukkan suatu lokasi. Sudut bibir gadis itu tertarik membentuk senyuman. Setelah mengunci lokasi, Atya mengembalikan pengaturan komputer seperti semula.

Gadis itu beranjak seraya membawa ponselnya, menghampiri penjaga warnet untuk membayar. Setelah selesai, segera keluar dari warnet dan menaiki motornya.

Tak lupa memakai helm, Atya mulai melajukan kendaraannya mengikuti alamat yang ditunjukkan di layar ponselnya. Melewati lalu lintas ramai, berjarak kiloan meter, dua kali melewati lampu merah, lalu memasuki jalanan komplek.

Gadis itu membelokkan motornya di sebuah gang. Sedikit sulit menguasai arena karena jalan sempit dan berliku. Atya tetap melajukan motornya, hingga berhenti di lorong sempit yang tak mungkin dimasuki motor.

Atya melihat ponselnya. Untuk mencapai titik merah di layar ponsel, Atya harus berbelok di anak gang itu.

Atya mencari tempat yang sekiranya aman untuk memarkirkan motornya. Menaruh motornya di depan rumah seseorang, tak lupa meminta tolong pada pemilik rumah untuk menjaga motornya, ia juga mengunci stang motornya, serta memberikan seberapa tanda terimakasih pada orang tersebut.

Gadis itu berjalan kaki memasuki anak gang. Begitu sempit dengan rumah-rumah yang saling berhadapan. Setiap jalan hanya bisa dilewati satu orang saja.

Atya mengikuti arahan pada ponselnya. Titik hijau itu tempatnya berada dan titik merah itu adalah tujuannya. Setelah berjalan cukup lama, Atya berbelok ke kiri, kembali berjalan beberapa meter sebelum berbelok ke kanan. Gadis itu berbelok ke kanan lagi. Titik hijau sudah dekat dengan titik merah.

Atya berhenti melihat di depan ada tiga lelaki yang tampak sibuk dengan sesuatu. Mereka saling melempar pendapat yang membuat Atya terkekeh.

"Gak ada untungnya. Sial!" Salah satu dari mereka mengumpat, raut wajahnya terlihat sangat kesal.

"Udah ditawarin kemana-mana tetep gak laku." Lelaki satunya lagi menyahut.

"Ya iyalah, siapa juga yang mau beli laptop mati?"

Kaki Atya berhenti di belakang mereka yang duduk di lantai, langsung menyahut, "Laptopnya tidak mati Kakak Kakak, tapi aku yang sengaja menguncinya."

Tiga lelaki itu menoleh ke belakang bersamaan, hingga tampaklah laptop hitam yang menjadi bahan pembicaraan mereka.

"Siapa lo?" Salah satu dari mereka bertanya menyentak. Melihat gadis berkerudung dengan pakaian tertutup berdiri tegap di depan mereka.

"Jangan ikut campur urusan kita!"

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang