16. Malu Sampai Ubun-ubun

8.5K 557 10
                                    

Happy reading!
------------------------


Usai makan malam dengan suasana yang masih tanpa percakapan, Virga duduk di sofa ruang tamu sambil bermain game online di ponselnya. Atya sendiri di dalam kamarnya tidak keluar sedari tadi. Suasana rumah pasangan baru itu kembali sepi, hanya suara pertempuran dari ponsel Virga yang terdengar.

Virga sudah menghabiskan berjam-jam dengan duduk di sofa bermain game, tujuannya agar ia tidak mati gaya dan mati gerak berada di rumah yang canggung ini. Virga berharap waktu cepat berlalu dan kantuk datang, sehingga ia bisa tidur tidak seperti orang yang tinggal sendirian di rumah.

Petunjuk waktu yang terpasang di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Virga menghela napas. Pemuda itu biasa tidur di atas jam dua belas malam, wajar saja sekarang dirinya belum merasa mengantuk. Apalagi ini malam Minggu dimana biasanya ia menghabiskan waktu di bar.

Virga sangat fokus dengan permainannya. Jari-jemarinya dengan lincah bergerak di layar ponsel.

Tiba-tiba sebuah ponsel muncul di dekat wajah Virga. Pemuda yang sedang fokus bermain game itu menegakkan kepala, melihat Atya berdiri di sampingnya dengan tangan terulur di depannya.

"Bu--bunda ... mau ngomong." Suara gadis itu lirih, hampir tidak terdengar telinga Virga. Wajahnya sedikit menunduk menghindari menatap wajah dengan rahang tegas di depannya.

Virga meletakkan ponselnya di meja, tangannya sedikit gemetar untuk mengambil ponsel milik gadis di depannya. Tanpa bersentuhan, Virga berhasil mengambil ponsel Atya. Gadis yang merupakan istrinya itu langsung kembali masuk ke kamarnya.

Pandangan Virga mengikuti gerak gadis itu hingga hilang di balik pintu kamar, ia menghela napas kasar. Kenapa gadis itu seakan-akan takut padanya? Dia 'kan suaminya. Enggak gigit juga.

Virga mengalihkan pandangan ke ponsel di tangannya. Ponsel tersebut sedang tersambung dengan ibu mertuanya.

"Halo, Bunda, ada apa?" tanya Virga sopan.

"Kata mama-mu kalian tinggal di rumah sendiri, ya?"

Virga terdiam sejenak. Perasaannya mendadak tidak tenang mendengar pertanyaan Mawar.

"Mm ... iya Bunda, papa nyuruh Virga sama Atya tinggal di sini," jawab Virga lirih, menelan ludah susah payah. Berbagai ketakutan hadir di benaknya. Bagaimana jika Mawar meragukan keselamatan Atya saat tinggal bersama Virga?

"Ya gak papa, Vir, itu bisa melatih kedekatan kalian. Bunda awalnya gak tenang tahu kamu tinggal berdua aja sama Atya, tapi ayah-mu bilang dengan begitu kalian bisa lebih mudah akrab. Tapi kalian satu kamar apa beda kamar?"

"Virga sama Atya gak sekamar, Bun, kamarnya ada dua."

Di seberang Mawar ber-oh-ria. Virga sedikit merilekskan tubuhnya dengan bersandar di sofa. Mematikan ponselnya yang tergeletak di meja. Virga harus mengakhiri pertempurannya untuk mengobrol dengan Mawar.

"Kamu memang masih muda, Ga, pasti kamu masih suka nongkrong-nongkrong seperti kebanyakan remaja pada umumnya. Atya sendiri orangnya lebih suka di rumah, gak keluar kamar kalau gak dipanggil atau gak ada keperluan."

"Maaf, mungkin bunda sedikit lancang, tapi boleh gak bunda minta kamu gak keluar kalo malam? Maksud bunda, keluar boleh tapi jangan sampai pulang larut atau malah gak pulang. Soalnya Atya ... bunda agak takut kalo kepikiran Atya di rumah sendiri malam-malam."

Untuk permintaan satu itu Virga tidak bisa langsung mengiyakan. Hidupnya yang dulu sangat dekat dengan dunia malam tidak bisa dengan mudah diubah. Virga juga ketua Noxious yang lebih sering mengadakan kegiatan di malam hari. Untuk tidak pergi malam rasanya mustahil, tapi untuk tidak pulang pagi pemuda itu masih bisa.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang