34. Tidur Sekamar

8K 382 33
                                    




Hari semakin malam, udara dingin menusuk kulit. Jalanan telah sepi hanya beberapa saja kendaraan yang lewat, termasuk kendaraan Virga yang melaju kencang di gelapnya malam. Arloji di tangannya menunjukkan pukul dua belas malam. Virga menghentikan motornya di depan rumah, turun dengan sempoyongan karena kepalanya terasa pusing. Pemuda itu berdiri di depan pintu menyandarkan keningnya di sana.

Tangannya merogoh saku celana, mencari kunci cadangan yang biasa ia bawa. Baju bagian dada pemuda itu basah, terkena alkohol yang tadi diminumnya. Setelah kejadian dengan Aleor tadi, Virga ditemani Dares menghabiskan satu botol alkohol berdua.

"Di mana sih?!" Virga menggerutu, merogoh kantung sebelahnya mencari kunci pintu yang tidak ditemukan. "Sial! Gue taruh mana sih tadi?"

Virga menggebrak pintu untuk melampiaskan kekesalannya. Pemuda itu menghantam kepalanya ke daun pintu, baru ingat jika ia tidak membawa kunci karena terburu-buru. Ini sudah malam, pasti Atya sudah tidur.

Mendengus kesal, tubuh Virga melorot ke lantai, duduk bersandar pada daun pintu. Sesekali ia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa berat pada kepalanya.

"Masa iya gue harus tidur di luar?" Mata Virga perlahan mengatup, pemuda itu tiba-tiba merasa mengantuk, matanya semakin tertutup dan mulai tertidur.

Daun pintu yang dijadikan sandaran punggung Virga terbuka, membuat tubuh pemuda itu terhuyung ke belakang sebelum terbangun. Virga membuka matanya, sedikit menyipit karena pandangannya sedikit mengabur. Setelahnya ia berdiri, berbalik menghadap Atya yang berdiri dengan tangan memegang kenop pintu.

Gadis itu sedikit bergeser saat Virga berjalan masuk. Pemuda itu menutup mulutnya rapat-rapat, tidak mau Atya mencium bau alkohol yang dibawanya. Tak kuat menahan kantuk, Virga merebahkan tubuhnya di sofa begitu saja, tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu.

Atya menutup pintu dan menguncinya. Melihat Virga yang mulai tertidur sebelum mematikan lampu ruang tamu. Gadis itu berjalan ke dapur yang masih terang, membuka kulkas untuk mengambil sebuah lemon. Diletakkannya panci kecil di atas kompor, lalu mulai memasak air.

Virga dalam keadaan setengah sadar menekuk kakinya, melepas sepatu dan kaus kaki yang membuat kakinya merasa gerah dan tidak bebas.  Meletakkan dua pasang benda itu di samping kaki meja sebelum kembali memejam.

Sambil menunggu air mendidih Atya memeras lemon lalu memasukan air perasannya ke dalam gelas. Air yang sudah mendidih kemudian dituangkan sebanyak setengah gelas. Atya mengaduk minumannya seraya kembali mendekati Virga.

"Minum."

Virga samar-samar mendengar suara Atya. Ia membuka sedikit matanya, menyipit melihat bayangan Atya tak terlalu jelas. Gadis itu sedikit menunduk meletakkan air lemon hangat ke atas meja.

Virga berdiri, bergerak cepat memeluk Atya dengan erat dari belakang.

"Eh!" Gadis itu terkejut, mencoba melepas tangan Virga yang melingkar di perutnya.

Antara sadar dan tidak sadar, Virga mulai menghirup aroma di cekuk leher Atya.

"Le--lepas ... kumohon lepas."

Virga tak menghiraukan suara Atya yang mulai menangis. Tubuh gadis itu bahkan mulai bergetar. Bibir Virga secara perlahan menjelajahi leher jenjang Atya.

"Ja--jangan sentuh ... jangan ... hentikan!"

Tangan Virga tak tinggal diam, meski Atya menghalanginya, tangannya menelusup di balik baju tidur yang Atya gunakan. Dengan kekuatannya Virga membawa gadis itu maju, menumpukan semua berat badan hingga mereka sama-sama jatuh ke sofa dengan posisi Atya berada di bawah Virga.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang