38. Virgaatya : Ke Pasar 2

5K 374 27
                                    



Beberapa menit kemudian perjalanan mereka menjadi saling diam, Atya ataupun Virga tidak ada yang membuka suara. Virga berjalan di belakang Atya mengalihkan pandangan ke arah lain. Sedangkan gadis itu berjalan di depan dengan plastik berisi belut di tangannya, karena Virga menolak untuk membawa belut itu.

Atya berhenti di toko pertanian. Gadis itu membeli bibit cabai, kangkung dan tomat dalam kemasan, juga pupuk mutiara serta obat hama. Selanjutnya kembali berjalan tidak memperdulikan Virga yang berjongkok memainkan ponselnya.

Melihat Atya sudah keluar dari toko, Virga menyimpan ponselnya ke dalam saku celana lalu menjinjing belanjaannya dan bergegas menyusul sang istri.

Mereka masuk ke pasar pakaian. Virga melihat-lihat berbagai jenis pakaian yang dijual dengan harga ramah dompet. Namun, sepertinya Atya tidak tertarik dengan pakaian-pakaian itu, karena mereka hanya melewati pasar pakaian untuk menuju ke pasar kecantikan.

"Ya, lihat, bajunya lucu-lucu!" Virga berseru setelah lama diam. Niatnya ingin mengambek sampai Atya membujuknya, siapa sangka gadis itu malah balik mendiamkannya. "Huh, ngajak introvert perang dingin? Setahun pun gak bakalan keluar suara kalo bukan gue yang ngomong duluan," gerutunya lirih.

Atya hanya melihat arah yang ditunjuk Virga sekilas, sebelum kembali berjalan dan fokus ke depan. Virga menghela napas. Baru saja interaksi mereka sedikit membaik tadi, sekarang sudah kembali merenggang.

Virga melebarkan langkah untuk menyusul Atya. Ia mengambil posisi di samping gadis itu seraya mengangkat lebih tinggi tangannya agar belanjaan yang dibawanya tidak menyentuh tanah.

"Atya, yuk liat-liat itu!" Virga menarik kain lengan Atya seraya berlari menuju ke suatu arah. Atya yang tidak mau lengan bajunya melonggar terpaksa mengikuti pemuda itu.

"Liat, Atya, baju bayinya lucu-lucu. Lo mau beli gak?" Virga menunjuk pada sebuah toko yang menjual berbagai baju bayi dan anak-anak.

Plak!

Jemari mungil itu mendarat di pipi tirus Virga. Pemuda itu memegangi pipinya yang kembali disentuh telapak tangan lembut itu.

"Kok gue ditampol, sih?"

Atya mengalihkan pandangannya, tidak mau melihat Virga ataupun baju-baju bayi di toko di depannya. Gadis itu memejamkan matanya dengan tangan mengepal di sisi tubuh.

"Kita liat-liat dulu, yuk! Siapa tau ada yang mau dibeli."

"Nggak!" Suara Atya meninggi. Gadis itu berbalik dan mendongak menatap wajah Virga yang jauh lebih tinggi darinya.

Virga membeku. Ini pertama kalinya gadis itu berani mengangkat wajah untuk melihat wajahnya.

"Ng--nggak! P--pokoknya gak ada bayi-bayian!" Gadis itu menekan giginya kuat sebelum berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Virga.

Virga yang masih terbengong dengan tangan memegangi pipi bergumam, "Apa salahnya liat-liat dulu? Kalo tertarik ya dibeli. Gue cuma mau beliin calon adek gue baju. Emang dia gak mau gitu beliin calon adek dia baju?"

Pemuda itu berlari menyusul Atya. Mereka kembali saling diam. Virga juga kembali berjalan di belakang. Pasar pakaian cukup luas, mereka masih harus berjalan untuk sampai ke pasar kecantikan.

"Atya, lo nggak mau beli baju dinas gitu? Itu banyak tuh. Bagus bagus lagi. Kainnya menerawang banget. Ya, lo beli satu ya buat gue?"

Langkah gadis itu kembali berhenti. Virga segera mengerem kakinya agar tidak menabrak punggung gadis di depannya. Atya berbalik, maju selangkah dan kembali melayangkan tangannya.

Virga lagi-lagi terkena tamparan Atya yang tidak terasa sakit baginya.

"Ya, udah dua kali loh lo nampar gue." Virga seperti tak percaya. Meski tamparan Atya tidak terasa di kulit pipinya, tetapi gadis itu yang kembali melayangkan tangannya membuatnya tidak terima.

Introvert WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang