Baseball

334 32 7
                                    

"Come on, Dragon. Pertandingannya sebentar lagi akan dimulai!" ucap seorang pria berambut pirang sembari menarik-narik lengan putra satu-satunya.

"Sabar!, lagipula lapangan bisbol nya tidak akan pergi kemanapun, Ayah!" balas bocah berusia sepuluh tahun itu sembari memutar matanya malas.

Draco, itu adalah nama bocah sepuluh tahun dengan rambut pirang yang sama persis seperti yang dimiliki Ayahnya. Hari ini ia dan sang Ayah akan menonton pertandingan bisbol tim favorit mereka berdua.

Sungguh, Draco jauh lebih terlihat seperti seorang Ayah daripada Ayahnya sendiri. Lihatlah, bagaimana sejak tadi Ayahnya berseru heboh karena tim favoritnya, yaitu tim bisbol Slytherin, akan bertanding melawan tim lawan yang sedari dulu selalu menjadi musuh besar tim Slytherin, apalagi kalau bukan tim Gryffindor.

Draco juga menyukai olahraga bisbol, ia bahkan memiliki poster tim Slytherin yang terpampang memenuhi dinding kamarnya, hanya saja ia tidak se-fanatik Ayahnya.

Draco berjalan beberapa meter dibelakang sang Ayah, tiada henti baginya menghela napas setiap kali Ayahnya itu berseru heboh ketika ada orang lain yang mendukung tim Slytherin juga.

Sungguh, Draco terlihat seperti seorang Ayah yang sedang mengawasi putranya bermain, padahal usianya baru genap sepuluh tahun, bulan lalu.

Bruk!

Ditengah kegembiraan sang Ayah, secara mengejutkan Ayah Draco malah tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria dengan pakaian tim lawan, ohh sepertinya pria itu adalah penggemar dari tim Gryffindor.

Draco menepuk dahinya ketika kini Ayahnya dan pria itu tersungkur di pelataran stadion, Ayahnya itu sungguh tidak bisa diam, buat malu saja, pikir Draco.

"Perhatikan jalanmu!" ucap Lucius, alias Ayah Draco dengan ekspresi yang kentara sekali mengatakan jika dirinya sangat kesal.

"Kau yang tidak memperhatikan jalanmu!" balas pria itu yang sama kesalnya.

Draco mencoba mendekati Ayahnya dan membantu Lucius untuk bangun dari acara tersungkurnya, kini mereka menjadi bahan tontonan orang-orang yang tidak sengaja menyaksikan kejadian saling tubruk tersebut.

"Ayah!" ucap Draco sembari menarik tangan Ayahnya dan berusaha membantunya berdiri.

"Papa, are you okay?" tiba-tiba muncul seorang bocah, mungkin seusia Draco. Namun dengan proporsi tubuh yang jauh lebih mungil, ia datang dan membantu pria yang sebelumnya Lucius tabrak.

"Papa baik-baik saja, Pumpkin!" jawab pria itu dan dengan senang hati menerima uluran tangan mungil itu.

Draco terdiam sejenak sembari terus memperhatikan bocah mungil tersebut, entah mengapa Draco merasakan sesuatu ketika melihatnya.

Bocah mungil itu terlihat sangat menggemaskan dengan pakaian serta topi nya yang semuanya serba berwarna merah yang merupakan ciri khas tim Gryffindor. Akh, dan jangan lupakan mata hijaunya yang dibingkai menggunakan kacamata bulat yang sebenarnya kalau boleh jujur itu terlihat sangat kuno, namun ketika bocah itu yang memakainya dia terlihat sangat manis.

"Cih, lain kali gunakan mata mu dengan benar, dasar Gryffindork!" ucap Lucius menghina nama tim bisbol favorit pria itu. Lucius tau jika pria di depannya ini adalah pendukung tim Gryffindor, tentu saja terlihat jelas dari pakaiannya.

Ngomong-ngomong suporter tim Slytherin dan Gryffindor memang tidak pernah akur, saking tidak akurnya, bahkan mereka memiliki nama panggilan kasar untuk satu sama lain.

"Kau yang berjalan tidak benar, dasar Shitherin!" jawab pria itu yang tidak mau kalah, ia menatap Lucius dengan tatapannya yang tajam.

"Papa, sudahlah lebih baik kita masuk saja!" ucap bocah mungil yang sedari tadi menjadi fokus Draco, si mungil itu berkata sembari berusaha menarik lengan pria yang ia sebut sebagai Papa, menjauh dari Draco dan Lucius.

Random Story (Drarry)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang